Bandara di Banyuwangi Berkonsep Hijau, Benarkah?

Rita Kartika
Live between nature, creature, and architecture.
Konten dari Pengguna
26 Juli 2017 3:57 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rita Kartika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagai melipat jarak, Jakarta-Banyuwangi yang biasanya ditempuh menggunakan jalur darat selama paling cepat 22 jam kini dapat dipersingkat menjadi 90 menit saja dengan menggunakan pesawat. Waktu tempuh dapat dipotong mencapai 85.33%. Dengan bantuan teknologi, jarak memang tak ubahnya adalah imaji yang relatif.
ADVERTISEMENT
Bandara yang telah berperan sebagai katalisator akselerasi pergerakan ekonomi di Kabupaten yang dijuluki "The Sunrise of Java" ini bernama Bandara Blimbingsari Banyuwangi.
Jika diibaratkan manusia, bandara ini cantik, humble, baik hati, peduli kondisi sekitar, serta berkelas tanpa perlu terkesan glamor dan foya-foya. Inilah bandara berkonsep arsitektur hijau pertama di Indonesia.
Tak hanya sok-sokan berlabel bangunan hijau agar naik pamornya, bandara ini memang memiliki konsep-konsep desain berkelanjutan. Terbukti dari sejuknya udara di dalam bandara dengan penghawaan alami tanpa air conditioner, penggunaan cahaya alami, sistem pengolahan air hujan, serta beberapa material daur ulang. Tak ketinggalan, adanya elemen air sebagai buffer udara juga tanaman hijau sebagai penyedia oksigen di siang hari juga semakin memperkuat konsep "green" pada bangunan ini.
ADVERTISEMENT
Pola solid void, pemilihan material, elemen vertikal-horizontal, permainan shade and shadow, minim ornamen, membuat bangunan ini merefleksikan kekhasan langgam rancangan andalan arsiteknya, Andra Matin.
Bandara Blimbingsari Banyuwangi ini dapat menjadi pioneer tergeraknya kota/kab lain di Indonesia untuk berinovasi pada pembangunan infrastruktur dan fasilitas kota/kabnya, juga dapat menjadi preseden yang baik untuk bandara kelas menengah di Indonesia.