news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Asal Viral atau Asal Benar? Etika Anak Muda di Era Konten Digital

Rita Novia Simalango
Mahasiswa, Fakultas Ekonomi di Universitas Katolik Santo Thomas Medan
12 Maret 2025 11:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rita Novia Simalango tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sumber: https://unsplash.com/photos/a-man-holding-a-cell-phone-in-his-hand-dIfsOkzzSk4)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber: https://unsplash.com/photos/a-man-holding-a-cell-phone-in-his-hand-dIfsOkzzSk4)
ADVERTISEMENT
Saat ini, media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi anak muda. Dengan satu klik, siapa saja dapat membuat dan menyebarkan konten ke seluruh dunia. Namun, ada satu pertanyaan besar yaitu apakah konten yang dibuat selalu mengutamakan kebenaran, atau justru hanya mengejar popularitas?
ADVERTISEMENT
Fenomena ini menimbulkan dilema etika di kalangan anak muda. Banyak yang rela melakukan apa saja demi viral, meskipun isinya merugikan orang lain atau mengandung informasi yang salah. Artikel ini akan membahas bagaimana budaya asal viral berkembang, dampaknya terhadap etika anak muda, serta bagaimana cara agar anak muda lebih bertanggung jawab dalam bermedia sosial.
Budaya Asal Viral di Kalangan Anak Muda
Di era digital, viralitas menjadi ukuran kesuksesan. Semakin banyak likes, views, dan komentar, semakin besar pengaruh seseorang di media sosial. Sayangnya, banyak anak muda yang tertarik untuk melakukan hal-hal ekstrem agar kontennya viral, tanpa mempertimbangkan apakah yang mereka lakukan benar atau tidak. Anak muda di masa sekarang lebih mengejar popularitas dan pengakuan. Media sosial memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk menjadi terkenal. Banyak anak muda yang ingin mendapatkan perhatian dan validasi dari orang lain. Mereka berpikir bahwa semakin viral suatu konten, semakin mereka dianggap "keren" atau berpengaruh.
ADVERTISEMENT
Banyak anak muda yang bercita-cita menjadi konten kreator atau influencer. Karena persaingan yang sangat ketat, mereka merasa harus membuat sesuatu yang lebih unik, lebih berani, dan lebih kontroversial agar tidak tenggelam di antara konten lainnya. Tidak semua anak muda memahami bahwa konten yang mereka buat dapat berdampak besar pada orang lain. Ada yang menyebarkan berita palsu, menyampaikan pesan kepada seseorang, atau melakukan lelucon yang keterlaluan tanpa menyadari akibatnya. Selain itu Banyak anak muda yang aktif di media sosial tanpa bimbingan atau pengawasan dari orang tua dan guru. Mereka belajar sendiri bagaimana cara menggunakan platform digital, namun tidak selalu memahami etika yang seharusnya diterapkan.
Dampak Budaya Asal Viral Terhadap Etika Anak Muda
ADVERTISEMENT
Budaya asal viral bukan hanya sekadar tren, tetapi juga berpengaruh pada cara anak muda berpikir. Salah satu bahaya terbesar dari budaya ini adalah penyebaran berita palsu atau hoaks. Banyak orang membagikan informasi tanpa memeriksa kebenarannya, yang dapat menyebabkan kebingungan, ketakutan, bahkan kerugian bagi banyak orang.
Demi viral, beberapa orang rela membuat konten yang menjelaskan kepada orang lain, seperti mempermalukan teman, menyebarkan gosip, atau membuat prank yang berlebihan. Ini dapat merusak hubungan sosial dan bahkan menyebabkan dampak psikologis bagi korban. Ketika seseorang terlalu fokus pada popularitas, mereka dapat kehilangan rasa empati terhadap orang lain. Mereka hanya peduli dengan jumlah penonton, tanpa mempertimbangkan perasaan orang-orang yang terkena dampak dari konten mereka.
Apa yang terjadi di dunia digital sering kali mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Jika anak muda terbiasa dengan budaya asal viral, mereka dapat menjadi kurang menghargai norma sosial, kurang peduli terhadap kebenaran, dan lebih mengutamakan citra daripada integritas.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Anak Muda Dapat Lebih Bertanggung Jawab?
Mengubah budaya asal viral menjadi asal benar membutuhkan kesadaran setiap individu. Banyak cara yang dapat dilakukan agar anak muda lebih bertanggung jawab dalam membuat dan menyebarkan konten. Sebelum membagikan sesuatu, penting untuk memeriksa apakah informasi tersebut benar atau tidak. Media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan hal-hal baik. Anak muda dapat memanfaatkannya untuk berbagi informasi yang bermanfaat, menginspirasi orang lain, atau membangun komunitas yang positif. Setiap orang punya tanggung jawab untuk menjaga etika di dunia digital. Tidak hanya dengan berhati-hati dalam membuat konten, tetapi juga dengan tidak ikut-ikutan menyebarkan hal-hal yang tidak benar atau merugikan orang lain. Jika ingin budaya digital yang lebih baik, kita harus mendukung pembuat konten yang mengutamakan etika dan kebenaran.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, tren positif dapat lebih berkembang daripada konten-konten yang hanya mencari sensasi. Budaya asal viral memang menjadi tantangan besar bagi etika anak muda di era digital. Ketika popularitas menjadi tujuan utama, kebenaran dan nilai-nilai moral dapat terabaikan. Namun, ini bukan sesuatu yang tidak dapat diubah.
Anak muda memiliki peran besar dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat. Dengan lebih berhati-hati dalam membuat dan menyebarkan konten, berpikir sebelum bertindak, serta mengutamakan kebenaran daripada sekadar viral, kita dapat membangun media sosial yang lebih bertanggung jawab dan berkata-kata. Pada akhirnya, yang lebih penting bukanlah seberapa viral sebuah konten, tetapi seberapa besar dampak positif yang dapat kita berikan. Jadi, pilihannya ada di tangan kita yaitu asal viral atau asal benar?
ADVERTISEMENT