Konten dari Pengguna

Teknologi Digital Mulai Merebak di Sektor Pertanian

3 Maret 2018 12:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RiTx UMG Idealab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjadi negara agraria sudah menjadi jati diri Indonesia sejak zaman penjajahan dahulu. Tak ayal, apabila pemerintah pada zaman orde baru bersemangat membangkitkan swasembada pangan di Indonesia. Bahkan, pemerintahan baru-baru ini pun kembali menggelorakan semangat tersebut yang sebelumnya mengalami penurunan.
Teknologi Digital Mulai Merebak di Sektor Pertanian
zoom-in-whitePerbesar
Langkah besar itu diawali pemerintah dengan gelora "Menegakkan Kembali Sang Raksasa Pangan Dunia" pada slogan Kementerian Pertanian Republik Indonesia saat ini.
ADVERTISEMENT
Namun, lambat laun kesan tersebut kurang berjalan signifikan pada realitanya. Alasan salah satunya karena, semakin tinggi persentase impor pangan yang dilakukan Indonesia. Sebut saja, impor beras yang banyak di impor dari Thailand.
Beberapa pandangan menyebutkan turunnya hasil produksi pertanian di Indonesia disebabkan beberapa faktor. Yaitu, semakin berkurangnya lahan pertanian, penanaman modal di sektor pertanian dinilai kurang menguntungkan, perdagangan bebas dan rendahnya infomasi teknologi di bidang pertanian sehingga mendorong paradigma masyarakat untuk meninggalkan pertanian.
Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Februari 2017 lalu menyebutkan masih terdapat 39,68 juta penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian. Namun, miris apabila melihat realita petani Indonesia saat ini yang mayoritas masih di bawah garis ekonomi rendah.
ADVERTISEMENT
Dalam menanggapi permasalahan tersebut, sebagian masyarakat atau kelompok memilih untuk tak berdiam diri saja. Dengan memanfaatkan pesatnya pendidikan dan teknologi yang terus berkembang saat ini.
Beberapa pelaku masyarakat mendorong hadirnya inovasi teknologi di bidang pertanian, yang biasa disebut perusahaan rintisan (starup) pertanian/Agtech (Agricultural Technologhy).
Agricultural Technologhy atau dikenal dengan Agtech merupakan aplikasi yang fokus pada pengembangan bisnis di bidang pertanian. Tak hanya mencari tahu dan memperoleh produk berkualitas. Tapi, teknologi ini pun menjadi sumber informasi bagi petani mengenai cara bercocok tanam secara modern dan cepat, serta solusi dalam mengatasi masalah pertanian dan sebagainya.
Beberapa tahun belakangan ini mulai hadir teknologi agrikultur yang digandrungi para peminat sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
Adalah, TaniHub dan Sayurbox dalam bidang E-Commerce (jual beli), PanenID dalam Direct trading (penjualan langsung), TaniFund ataupun Crowde dalam Crowdfunfing (pencarian dana) dan Teknologi Question & Answer.
Belum lama ini, terdapat satu Agtech yang mampu mengkolaborasikan bidang-bidang tersebut dalam satu teknologi yang integratif. Adalah, RiTX sebuah perusahaan rintisan yang dikembangkan oleh putera/puteri Indonesia dari akademisi Universitas Gajah Mada dan UMG Idealab untuk memberikan solusi berbagai permasalahan petani.
Inovasi yang dimiliki RITX yaitu; 1). Fitur marketplace sebuah wadah yang dapat dimanfaatkan petani dalam memasarkan produksinya; 2). Fitur konsultasi pertanian memfasilitasi petani dalam menjawab berbagai masalah pertanian, seperti informasi harga komoditas, prakira cuaca dan lain-lainnya; 3) Fitur crowdfunding memberikan kemudahan petani dalam mencari dana/investor untuk membiayai kegiatan operasional setiap musim tanam.
ADVERTISEMENT
RITX ini sendiri pun telah berjalan selama dua tahun dan bertekad untuk meningkatkan inovasi teknologinya setiap tahun. Sehingga, besar haraon dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk pertumbuhan produksi pangan maupun kesejahteraan petani-petani di Indonesia.