Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Ilmu, Moral, dan Sifat Dasar: Apa yang Menggerakkan Manusia?
7 Februari 2025 13:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rival Laosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan kehidupan manusia, ilmu pengetahuan dan emosi sering kali dianggap sebagai dua entitas yang saling bertentangan. Ilmu pengetahuan mengandalkan rasionalitas, logika, dan objektivitas, sedangkan emosi mencerminkan perasaan, intuisi, dan subjektivitas. Namun, sebenarnya hal apa yang menggerakkan manusia? Apakah ilmu, moral, sifat dasar manusia, atau alam itu sendiri yang menjadi faktor utama dalam menentukan tindakan dan keputusan manusia?
ADVERTISEMENT
Berada pada dunia Ilmu pengetahuan memungkinkan manusia memahami dunia dan mengembangkan teknologi untuk meningkatkan kehidupan. Dari perspektif ini, manusia bergerak berdasarkan logika, bukti, dan perhitungan rasional. Ilmu berfungsi sebagai alat yang membantu manusia mengontrol emosinya dan membuat keputusan yang lebih objektif. Namun, yang diketahui secara umum ilmu itu sendiri bersifat netral, sebagaimana hanya alat yang digunakan manusia berdasarkan nilai dan tujuan. Ketika ilmu digunakan tanpa pertimbangan moral, hal ini bisa menjadi instrumen yang berbahaya, tetapi jika dengan arahan yang benar, ilmu dapat membawa manfaat besar bagi peradaban. Seperti yang dijelaskan oleh Immanuel Kant dalam Groundwork for the Metaphysics of Morals, ilmu harus diarahkan oleh prinsip-prinsip moral agar dapat memberikan manfaat bagi kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, moral adalah seperangkat nilai yang menentukan mana yang baik dan buruk. Banyak manusia sebagaimana bertindak berdasarkan moralitas, baik yang bersumber dari agama, filsafat, atau norma sosial serta lingkungan sekitarnya. Michael Sandel dalam Justice: What's the Right Thing to Do? menegaskan bahwa moralitas bukan hanya soal aturan, tetapi juga soal bagaimana kita memahami keadilan dan kebajikan. Tanpa moral, ilmu bisa digunakan secara destruktif, seperti dalam pengembangan senjata nuklir atau eksperimen manusia yang tidak etis. Namun, moral juga harus dinamis dan mampu menyesuaikan diri dengan temuan ilmiah agar tidak menghambat kemajuan peradaban. Keseimbangan antara moral dan ilmu ini sangat penting agar keduanya dapat berjalan seiring dalam membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan.
ADVERTISEMENT
Selain ilmu dan moral, jika berbicara sifat dasar manusia juga maka hal ini berperan besar dalam menggerakkan tindakan manusia itu sendiri. Beberapa teori psikologi dan biologi evolusioner di dalamnya berpendapat bahwa manusia digerakkan oleh naluri dan sifat dasar, seperti bertahan hidup, mencari kenyamanan, dan bereproduksi. Sebagaimana Richard Dawkins dalam The Selfish Gene menjelaskan bagaimana sifat dasar manusia yang diwariskan secara biologis memengaruhi perilaku dan keputusan. Sifat dasar ini bisa menjelaskan perilaku manusia pada tingkat paling fundamental, bahkan sebelum konsep moral dan ilmu berkembang. Selain itu, halnya manusia adalah bagian dari alam dan tidak bisa lepas dari pengaruhnya. Lingkungan, cuaca, bencana alam, dan ekosistem turut memengaruhi keputusan dan tindakan manusia. Kita bisa ketahui melalui sejarah yang sudah mencatat bagaimana banyak peradaban berkembang atau hancur karena kondisi alam yang berubah.
ADVERTISEMENT
Dalam berbagai bidang kehidupan, keseimbangan antara ilmu, moral, dan sifat dasar manusia sangat diperlukan. Daniel Kahneman dalam Thinking, Fast and Slow menunjukkan bagaimana manusia menggunakan sistem berpikir cepat yang didorong oleh intuisi dan emosi, serta sistem berpikir lambat yang rasional dan berbasis bukti.
Untuk mencapai keseimbangan antara ilmu dan moral, kita dapat mengadopsi kembali konsep "Rasionalitas Emosional," yaitu pendekatan yang menggabungkan logika dan empati dalam pengambilan keputusan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Konsep ini dapat diterapkan melalui pendidikan yang menanamkan pemikiran kritis serta kecerdasan emosional, kepemimpinan yang mengutamakan data tetapi juga mempertimbangkan aspirasi masyarakat, serta penelitian ilmiah yang selalu mempertimbangkan dampak etis dari setiap inovasi yang dihasilkan.
Ilmu, moral, sifat dasar manusia, dan alam bukanlah faktor yang saling bertentangan, melainkan elemen-elemen yang harus bekerja bersama untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Ilmu menyediakan alat untuk memahami dunia dan meningkatkan kehidupan, moral memberikan arah agar ilmu digunakan dengan bijak, sifat dasar manusia mendorong manusia untuk bertahan dan berkembang, sementara alam menjadi konteks tempat manusia hidup. Dengan menemukan titik temu dalam berbagai bidang seperti pendidikan, politik, psikologi, dan filsafat, serta menerapkan konsep "Rasionalitas Emosional," kita dapat menciptakan dunia yang lebih seimbang antara rasionalitas dan kemanusiaan.
Pada akhirnya, manusia yang ideal bukanlah mereka yang hanya mengandalkan ilmu atau moral semata, melainkan mereka yang memiliki kebijaksanaan untuk menyeimbangkan keduanya dalam menjalani kehidupan.
ADVERTISEMENT