Konten dari Pengguna
Bela Negara untuk Ibu Pertiwi
20 Juni 2025 11:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
Kiriman Pengguna
Bela Negara untuk Ibu Pertiwi
Artikel ini meberi tau anda tentang: Bela Negara untuk Ibu Pertiwirivan said
Tulisan dari rivan said tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bela Negara untuk Ibu Pertiwi
Pendahuluan
"Ibu Pertiwi sedang menangis" — frasa ini kerap muncul dalam wacana publik setiap kali bangsa Indonesia menghadapi krisis. Entah itu bencana alam, konflik sosial, degradasi moral, atau ancaman dari luar. Namun, sejauh mana kita benar-benar peduli? Dalam konteks inilah, konsep bela negara bukan hanya sebuah doktrin militeristik, melainkan komitmen moral, sosial, dan kultural yang harus tumbuh dalam sanubari setiap warga negara.
ADVERTISEMENT
Bela negara untuk Ibu Pertiwi adalah ungkapan kecintaan dan tanggung jawab terhadap tanah air yang telah memberi kita identitas, kehidupan, dan masa depan. Dalam artikel ini, akan dibahas secara mendalam tentang makna bela negara dalam konteks kekinian, tantangan yang dihadapi, serta peran setiap elemen masyarakat dalam menjaganya.
Makna Bela Negara yang Sebenarnya
Bela negara seringkali disalahartikan sebagai kewajiban yang hanya melekat pada tentara atau aparat keamanan. Padahal, dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, disebutkan bahwa bela negara adalah hak dan kewajiban setiap warga negara. Artinya, siapa pun — tanpa memandang profesi, latar belakang, atau usia — memiliki peran dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa.
Bela negara dalam konteks luas mencakup:
ADVERTISEMENT
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Meningkatkan daya saing dan kontribusi positif dalam pembangunan nasional.
Melawan ancaman ideologi radikal, hoaks, dan disinformasi yang memecah belah bangsa.
Melestarikan budaya dan jati diri bangsa di tengah gempuran globalisasi.
Mengapa Kita Harus Membela Ibu Pertiwi?
1. Indonesia adalah Warisan dan Tanggung Jawab Kita
Tanah air ini dibangun dari perjuangan panjang para pendiri bangsa. Tugas kita hari ini adalah melanjutkan perjuangan itu, bukan hanya dengan senjata, tetapi dengan ilmu, etika, kerja keras, dan solidaritas. Indonesia bukan warisan nenek moyang semata, melainkan titipan anak cucu yang harus kita jaga.
2. Ancaman terhadap Indonesia Semakin Kompleks
Bela negara kini tidak hanya menghadapi ancaman militer, tapi juga:
ADVERTISEMENT
Radikalisme dan intoleransi yang menyusup lewat ideologi.
Serangan siber yang merusak data dan sistem negara.
Disinformasi dan propaganda yang memecah belah masyarakat.
Ancaman budaya global yang mengikis nilai luhur bangsa.
3. Ketahanan Nasional Bergantung pada Kesadaran Kolektif
Tanpa keterlibatan semua pihak, ketahanan nasional akan rapuh. Negara yang besar tidak cukup hanya dengan kekuatan ekonomi atau militer, tetapi dengan solidaritas sosial dan kesatuan nilai di antara rakyatnya.
Peran Bela Negara di Setiap Lini Kehidupan
1. Pelajar dan Mahasiswa
Menjadi generasi intelektual yang berpikir kritis, tidak mudah terprovokasi, serta aktif menyuarakan nilai kebangsaan. Membela negara dengan prestasi, inovasi, dan kontribusi ilmiah.
2. Pekerja dan Profesional
Menunjukkan integritas, produktivitas, dan tanggung jawab dalam profesi masing-masing. Tidak korupsi, tidak melakukan praktik curang, dan menjaga reputasi bangsa di dalam maupun luar negeri.
ADVERTISEMENT
3. Pemuka Agama dan Tokoh Masyarakat
Menjadi panutan yang menyebarkan nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan persatuan. Melawan narasi kebencian, ekstremisme, dan fanatisme sempit yang merusak sendi sosial.
4. Aparat dan Pejabat Negara
Menjalankan amanah secara adil, transparan, dan berpihak pada rakyat. Bela negara bukan hanya di medan perang, tetapi juga di meja kebijakan dan pelayanan publik.
5. Masyarakat Umum
Bela negara dengan cara sederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan, disiplin berlalu lintas, aktif dalam kegiatan sosial, serta menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.
Tantangan Bela Negara di Era Digital
Kecanggihan teknologi dan media sosial menjadi medan baru yang rawan digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian, radikalisme, dan polarisasi. Tantangan bela negara di zaman ini bukan lagi mengangkat senjata, melainkan mengangkat kesadaran kritis, literasi digital, dan kemampuan menyaring informasi. Perang modern adalah perang narasi, dan bangsa yang kalah dalam narasi akan mudah terpecah.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, bela negara masa kini membutuhkan:
Literasi digital sebagai benteng melawan hoaks.
Kritisisme terhadap informasi yang mengadu domba.
Peran aktif warga dalam menyebarkan pesan damai dan nasionalisme sehat.
Bela Negara adalah Cinta yang Berwujud
Mencintai Ibu Pertiwi tidak cukup hanya dengan kata-kata. Ia harus tampak dalam tindakan nyata, seperti:
Tidak merusak lingkungan.
Tidak menyebarkan kebencian.
Menghormati perbedaan.
Membantu sesama yang membutuhkan.
Menjadi teladan yang baik dalam keluarga dan masyarakat.
Karena sejatinya, bela negara adalah ungkapan cinta kepada tanah air dalam bentuk yang nyata dan berkelanjutan.
Penutup
"Bela Negara untuk Ibu Pertiwi" bukanlah slogan kosong. Ia adalah panggilan hati, kesadaran kolektif, dan bentuk tanggung jawab moral terhadap masa depan bangsa. Di tengah perubahan zaman yang cepat, arus globalisasi yang deras, dan tantangan bangsa yang kompleks, mari kita jadikan bela negara sebagai sikap hidup, bukan sekadar wacana.
ADVERTISEMENT
Kita mungkin tidak bisa memilih di mana kita lahir, tetapi kita bisa memilih bagaimana kita mencintai negeri ini. Dan mencintainya berarti menjaganya — dengan akal, dengan hati, dan dengan aksi nyata.
Ibu Pertiwi tidak butuh kita sempurna. Ia hanya butuh kita setia.

