Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Setan Dibelenggu pada Bulan Ramadhan, Kenapa Manusia Masih Berbuat Keburukan?
30 April 2022 10:15 WIB
Tulisan dari Riyadh Arasyi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seringkali kita mendengar berita tentang setan yang dibelenggu ketika bulan Ramadhan. Hal tersebut memang bertolak belakang dengan logika, dan tidak bisa dibuktikan sebagai fakta. Namun sangat banyak orang yang percaya, karena katanya agama tak pernah berdusta. Tetapi pada kenyataannya, di bulan Ramadhan masih banyak orang yang meninggalkan ibadah dan hanya mengikuti hawa nafsu semata.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Ramadhan kali ini saja, marak terjadi kejahatan seperti perampokan dan pencurian yang ramai dalam pemberitaan. Niat hati ingin mencari uang untuk lebaran, tetapi malah membuat pelaku mendekam di tahanan. Atau jika kita berjalan pada siang hari, pasti akan banyak menjumpai penampakan warteg bertirai yang di dalamnya banyak orang tidak berpuasa. Dan hal yang paling familiar di setiap daerah pada bulan Ramadhan adalah, ketika salat tarawih hari pertama, masjid dipenuhi orang-orang hingga membludak. Namun barisan saf salat tarawih tersebut semakin hari kian melonggar seperti papan catur yang bidaknya sudah hampir habis dimakan.
"Apakah benar setan dibelenggu pada bulan Ramadhan?"
Jika kita melihat dari sudut pandang agama dan merujuk pada perkataan nabi Muhammad SAW, memang betul bahwa setan dibelenggu pada bulan Ramadhan. Seperti hadits berikut:
ADVERTISEMENT
"Tetapi mengapa manusia masih banyak yang melakukan hal buruk pada bulan Ramadhan?"
Cukup klise jika menjawab pertanyaan tersebut dengan alasan karena godaan setan. Sebab kalau memang karena godaan setan, seharusnya tidak ada orang yang melanggar norma sosial maupun agama di bulan Ramadhan, toh setannya kan sedang dibelenggu. Oleh sebab itu, mari kita jawab pertanyaan tersebut secara rasional dan ilmiah berdasarkan teori yang empiris, yaitu teori psikoanalisis. Psikoanalisis adalah teori psikologi yang dicetuskan oleh Sigmun Freud (psikolog asal Austria). Walaupun teori ini sudah jarang digunakan dalam dunia psikologi, tetapi cukup rasional untuk membahas permasalahan tersebut. Karena sejauh ini penulis belum pernah menemukan yang menjawab pertanyaan di atas berdasarkan teori psikoanalisis.
Dalam teori psikoanalisis, Freud membagi struktur kepribadian manusia menjadi tiga bagian, yaitu id, ego, dan superego. Sederhananya, id adalah hawa nafsu alamiah manusia yang memberikan rasa lapar, birahi, dan sejenisnya. id sangat bersifat hewani tanpa pernah memperdulikan hal baik atau buruk. superego adalah norma dan aturan-aturan yang diterima manusia dan akan menjadi dinding pembatas bagi hawa nafsu manusia (id). Dan ego memiliki tugas sebagai hakim untuk memilih hal mana yang akan direalisasikan dalam bentuk tindakan oleh manusia tersebut.
ADVERTISEMENT
Mari kita coba korelasikan teori tersebut dengan orang yang sedang berpuasa. Ketika seseorang sedang berpuasa, id akan memberikan hasrat alamiah berupa rasa lapar dan haus. id ingin hasratnya segera terpenuhi tanpa perduli aturan-aturan puasa. Tetapi di sisi lain, superego akan segera menghadang id, karena seperego puasa memiliki aturan tidak boleh makan ataupun minum. Maka terjadilah perdebatan antara id dan superego, hal inilah yang biasa kita sebut dengan pergolakan batin. Lalu ego akan menjadi penengah di antara perdebatan keduanya, dan akan memutuskan untuk memilih siapa yang akan dikonversikan dalam bentuk tindakan. ego akan cenderung memilih yang lebih kuat. Jika id lebih kuat, maka ego akan berpihak kepada id. Tetapi jika superego lebih kuat, maka ego akan berpihak kepada superego.
ADVERTISEMENT
Konklusinya adalah, ada atau tidaknya setan pada dasarnya manusia memang mempunyai hawa nafsu alamiah yang sebetulnya lebih berbahaya dari setan itu sendiri. Tetapi justu hawa nafsu tersebut lah yang menjadi energi utama bagi manusia agar tetap hidup. Karena hawa nafsu tersebut yang memberikan manusia rasa lapar, haus, gairah seksual, gairah belanja, dan sebagainya. Bisa dibayangkan jika manusia tidak memiliki hawa nafsu, pasti akan seperti benda mati. Namun ironisnya terkadang manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya dibandingkan norma maupun aturan-aturan yang ada. Akan tetapi jika seseorang terlalu mengikuti hawa nafsunya, bukan berarti ia tergoda oleh setan. Tetapi karena kurangnya penguatan nilai dan norma yang berlaku di suatu lingkungan sosial atau agama kepada dirinya yang membuat superego-nya menjadi lemah. Sehingga ego di dalam diri orang tersebut cenderung berpihak kepada id dibandingkan kepada superego.
ADVERTISEMENT
Demikianlah pemaparan penulis tentang kenapa di bulan Ramadhan masih banyak orang yang berlaku buruk. Diharapkan tulisan ini dapat menjawab pertanyaan tersebut secara rasional agar bisa diterima oleh logika. Terimakasih.