Pahami Potensi Obesitas pada Diri Sendiri

Riyardi Arisman
www.riyardiarisman.com for more story
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2019 11:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riyardi Arisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Obesitas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Obesitas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semua orang pasti pernah mendengar istilah obesitas, dan setidaknya tahu bagaimana ‘keadaan’ orang yang obesitas. Secara teori, obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi masuk (energy intake) dengan energi yang digunakan atau dikeluarkan (energy expenditure) dalam waktu lama.
Dampak lanjutan dari obesitas. Sumber: instagram @p2ptmkemenkesRI
Seiring perkembangan zaman, kita semakin mengenal istilah ‘mager’ atau malas gerak, dan kita terjebak di dalamnya. Banyak dari kita mungkin mengalami hal tersebut karena sadar akan peran teknologi yang memudahkan, tapi sayangnya lupa untuk menyeimbangkannya, sehingga energi yang masuk tak sama dengan energi yang digunakan. Kita terlalu nyaman, kemudian lupa akan peningkatan berat badan yang terlalu drastis.
ADVERTISEMENT
Menurut riset 2017 dari Harvard T.H Chan School of Public Health, orang yang mengalami kenaikan berat badan 2 hingga 9 kilo sebelum usia 55 tahun meningkatkan risiko kematian dini dan penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung iskemik dan stroke) yang menyebabkan kematian, diabetes, gangguan muskuloskeletal, dan kanker (endometrium, payudara, ovarium, prospat, hati, kandung empedu, ginjal, dan usus besar).
Ada 3 faktor utama penyebab obesitas. Pertama faktor genetik, yaitu obesitas yang disebabkan karena faktor keturunan, bila salah satu orang tuanya obesitas maka anaknya memiliki peluang 40-50% terjangkit obesitas juga, tapi jika kedua orang tuanya obesitas, maka anaknya dipastikan 70-80% akan mengidap obesitas juga. Dalam hal ini, obesitas seperti bom waktu, yang siap meledak jika orang tersebut tak menjaga keseimbangannya.
Cara mudah melihat potensi obesitas saat ini. Sumber: instagram @p2ptmkemenkesRI
Faktor kedua adalah faktor lingkungan, mulai dari pola makan yang tak seimbang, dimana jumlah asupan energi yang berlebih sehingga menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas, hingga pola aktivitas fisik yang minim, yang membuat tubuh tidak punya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan melalui gerak tubuh. Masyarakat Indonesia nampaknya ada di tahap ini, sehingga riwayat obesitas di negeri ini meningkat pesat.
ADVERTISEMENT
Yang terakhir adalah faktor obat-obatan dan hormonal. Ternyata, obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama juga berpengaruh terhadap pemicu obesitas, misalnya obat-obatan jenis steroid untuk terapi asma, osteoartritis dan alergi yang dapat meningkatkan nafsu makan. Kemudian hormonal pun berperan dalam kejadian obesitas antara lain hormon leptin, ghrelin, tiroid, insulin, dan estrogen.
Dari faktor di atas, kita seharusnya sudah tahu bagaimana potensi tubuh kita terhadap obesitas. Dan nampaknya semua orang berpotensi terkena untuk saat ini. Yang bisa kita lakukan agar obesitas tak timbul pada tubuh kita adalah melakukan Prinsip Pengelolaan Obesitas, dimana kita harus mengatur keseimbangan energi dalam tubuh. Pertama adalah memperhatikan pola makan, yang mencangkup jumlah, jenis, jadwal, dan pemilihan bahan makanan. Kita bisa menggunakan piring model T, yang terdiri dari jumlah sayur 2 kali lipat dari jumlah karbohidrat (mi, nasi, singkong, dan lain-lain) dan jumlah makanan sumber protein setara dengan karbohidrat.
Sumber: instagram @p2ptmkemenkesRI
Kemudian pola aktivitas fisik, yaitu kita wajib bergerak secara kontinyu, atau setidaknya 30 menit kita sisihkan khusus untuk olahraga setiap harinya. Gerak sejatinya juga bisa dilakukan di kehidupan sehari-hari saat bekerja, misalnya memilih tangga daripada lift dan jalan kaki, atau dengan mengikuti event lari.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya perhatikan juga pola emosi makan, yaitu suatu kebiasaan makan dengan jumlah berlebih dan cenderung memilih jenis makanan yang tidak sehat. Dan terakhir adalah perhatikan pola tidur/istirahat, karena kurang tidur dapat menyebabkan hormon leptin terganggu sehingga rasa lapar tidak terkontrol.