Belajar Adil dari Tokoh Kisah Mahabharata: Krishna

Riyatun aflika
Mahasiswa program studi Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
26 September 2022 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riyatun aflika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/succo-96729/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=802301">succo</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=802301">Pixabay</a>
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/succo-96729/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=802301">succo</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=802301">Pixabay</a>
ADVERTISEMENT
Mahabharata adalah sebuah epik India yang menceritakan perselisihan antara anak-anak Raja keturunan Bharata. Bharata dari Hastinapura, yakni Pandawa (lima bersaudara) dengan Kurawa (seratus bersaudara: 99 laki-laki, 1 wanita) sang saudara sepupu dari garis ayah. Peperangan antar keduanya dikenal dengan Bharatayudha (Peperangan antara keturunan Bharata).
ADVERTISEMENT
Di dalam Mahabharata ini terdapat banyak keterkaitannya dengan kenyataan sehari-hari rakyat India ketika itu. Di dalamnya tersimpan ajaran moral, etika politik, persaingan antar keluarga dalam memperebutkan takhta, akibat keserakahan dan peperangan, hingga kisah asmara. Tentu banyak dari kalian yang mungkin tidak asing dengan kisah Mahabharata ini, terlebih lagi cerita ini terdapat versi Indonesia yang ditulis oleh Nyoman S Pendit yang cukup terkenal juga. Kisah Mahabharata ini bahkan pernah difilmkan dan ditayangkan disalah satu stasiun televisi di Indonesia, tentu saya juga menonton filmya dan membaca cerita yang ditulis Nyoman S pendit tersebut.
Saat membaca kisah tersebut, terdapat hal yang cukup menarik perhatian saya dari cerita ini, yaitu terdapat dalam bab 34 dengan judul “Di antara dua pilihan” didalamnya mengisahkan bagaimana wasudewa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Krishna, didatangi oleh Arjuna dan Duryodhana yang bertujuan untuk meminta bantuan dalam perang yang akan keduanya lakukan, Duryodhana memintanya untuk bersikap adil tanpa memihak siapapun di antara mereka yang memiliki hubungan lebih dekat dengan Krishna secara individu, karena keduanya memiliki kedudukan yang sama sebagai saudaranya. Hingga diputuskan Arjuna lah yang mendapatkan kesempatan untuk memilih terlebih dahulu karena ia merupakan yang lebih muda. Lalu bagaimana Krishna memberikan pilihan, yang jika kita berpikir atau hanya mendengar sekilas itu sangat tidak masuk akal, bagaimana ia menawarkan pilihan bantuan perang berupa dirinya sendiri bahkan tanpa bersenjata, dengan pilihan lain yaitu balatentaranya gagah perkasa yang tentu saja tidak sedikit jumlahnya.
ADVERTISEMENT
Dan yang mengejutkan adalah bahwasanya Arjuna memilih pilihan pertama. Mungkin terdengar tidak adil jika perbandingan keduanya terlihat begitu besar, dan juga mungkin Arjuna terlihat bodoh karena menjatuhkan pilihannya pada pilihan pertama. Namun alasan Krishna memberikan pilihan tersebut cukup mengejutkan, karena dirinya se olah tahu apa yang dibutuhkan oleh keduanya sehingga membuat pilihan tersebut. Dengan begitu Krishna telah berlaku adil seperti apa yang Duryodhana inginkan. Krishna mengerti bagaimana Arjuna memilihnya karena itulah yang Arjuna inginkan begitu pula ia mengerti bahwa Duryodhana menginginkan bantuan darinya berupa pasukan perang untuk menambah kekuatan pasukannya.
Dari hal tersebut kita bisa belajar bagaimana bersikap adil, yang mana masih banyak dari kita mungkin masih berpikiran bahwa adil adalah membagi sama rata, padahal adil itu harus sesuai dengan porsinya, sebagai contoh, sederhana saja ada kakak-beradik yang memiliki umur terpaut cukup jauh, suatu ketika orang tuanya membelikan sandal untuk anak-anaknya. Apakah mereka akan disebut adil jika membelikan sama rata, seperti dengan ukuran yang sama? Tentu tidak kan,? bagaimana akan adil jika diberikan ukuran yang sama, maka salah satunya mungkin tidak akan pas ukuran sandal di kakinya. Maka agar tetap adil orang tuanya membelikan sandal sesuai dengan ukuran kaki masing-masing sesuai kebutuhannya, dari kisah Mahabharata ini kita bisa belajar bersikap adil dan hal lain yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial. Apalagi dikehidupan sekarang ini tentu kita harus lebih bijak dan teliti dalam melihat segala sesuatu, agar setiap tindakan atau keputusan yang diambil memiliki risiko yang lebih kecil.
ADVERTISEMENT