Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Nilai-Nilai Pendidikan di Mall
29 Juni 2020 8:54 WIB
Tulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era globalisasi ini mall di kota-kota besar atau kecil tumbuh dengan cukup pesat. Hampir di seluruh Kota di Indonesia terdapat mall. Baik kota kecil apalagi kota besar, banyak berdiri mall. Mulai dari mall yang megah sampai mall yang skalanya kecil.
ADVERTISEMENT
Mall memang menjadi tempat belanja sekaligus tempat liburan, juga hiburan masyarakat. Di hari biasa, senin-Jum'at mall tidak terlalu padat. Biasa saja. Kecuali Sabtu-Minggu terlihat padat. Dan yang paling padat akhir pekan ditambah tanggal muda, pasti cukup penuh.
Namun di mall tertentu, pengunjungnya bisa dihitung jari, misalnya carrefour yang ada di daerah Tangerang. Bahkan mall ini, per tanggal 1 Januari 2020 mulai tidak beroprasi lagi. Mungkin ini dinamika mall, pasang surut. Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti.
Yang jelas penulis sudah cukup lama mengamati mall tersebut. Memang letaknya dipaling belakang Lt. 3. Cukup kurang menarik minat bagi pembeli. Beda dengan hipermart, lokasinya cukup strategis. Persis ada disamping eskalator.
Mall memang menyajikan dunia hedonis. Liat saja, di mall penuh dengan pernak pernik yang melenakan. Liat kanan kiri penuh dengan aneka barang jualan. Tua muda terus berdatangan. Anak anak sekolah dewasa muda sampai orangtua terlihat di beberapa tempat makanan sedang ngobrol santai dengan sesama rekannya.
ADVERTISEMENT
Disisi lain, ada juga orang dewasa memegang laptop dengan beberapa temannya sambil ngobrol ngalor ngidul, seperti tak jelas apa yang sedang dibicarakan. Tapi tak menutup kemungkinan ada orang dewasa yang ngobrol membicarakan bisnis.
Mall sebagai tempat belanja sekaligus tempat hiburan, tentu setingannya untuk itu. Mall memang bukan tempat pertunjukan untuk dunia pendidikan. Di mall "sangat minim nilai-nilai pendidikan". Jam saja untuk pengingat waktu tidak ada, mungkin "tak akan pernah ada".
Dari sini bisa kita jelaskan bahwa mall memang didesign untuk pengunjung dengan segala pernak perniknya agar tetap betah berlama-lama di mall. Toko buku, seperti; Gramedia, Gunung Agung, dll, pun yang lumayan menyajikan unsur edukasinya, terlihat sepi pengunjung.
Hanya ada beberapa pengunjung saja. Kecuali hari libur, toko buku cukup rame. Itu pun, sebagian besar hanya liat-liat saja tanpa beli buku. Karena memang literasi di Indonesia rendah. Penataan ruangan mall, toko, outlet, stand jualan, merek, musik, pengunjung minim unsur-unsur pendidikan.
ADVERTISEMENT
Menyajikan kerapihan, kebersihan, ketertiban, dan himbauan membuang sampah pada tempatnya memang bisa dilihat dan didengar. Paling sesekali ada lomba yang melibatkan anak-anak sekolah. Itu pun jarang.
Di mall juga ada mesjid atau musholla untuk para pengunjung yang posisinya "selalu" di ujung, lantai dasar, dan di pojokan. Bisa dipastikan seperti itu. Mungkin juga ada mall tertentu yang menampilkan sisi "syariah", menampilkan mesjid ditengah-tengah mall. Tapi tentu sangat jarang sekali.
"Realitas" ini seolah-olah mall menjauhkan pengunjung dari ketaatan agama. Tidak adanya jam dan mesjid yang pada umumnya ditempatkan di lokasi yang kurang terjangkau, semakin memperkuat bahwa mall adalah tempat melenakan pengunjung dan menjauhkan dari ketaatan terhadap agama.
Disamping penglihatan, pendengaran, dan penciuman dimanjakan dengan pemandangan, suara, dan aroma yang semakin memperbetah pengunjung. Kiranya ke depan harus ada pihak-pihak yang mencoba mempertontonkan unsur unsur pendidikan.
ADVERTISEMENT
Misalnya; ada kajian agama di mall, menghafal kitab suci, parade anak pintar, parade santri, tablig akbar, dll. Tapi pada umumnya kurang familiar acara tersebut. Kalaupun ada, sifatnya hanya insidental saja. Bukan untuk waktu yang lama.
Semoga kedepan, geliat mall dibarengi dengan unsur-unsur edukasi agar pengunjung disamping belanja juga mendapatkan pencerahan sebagai pengingat bahwa "kehidupan hedonis tidak akan membawa ketenangan justru titik awal pembawa ketidak tenangan".
Penulis adalah Ketua DPD FDI (Forum Dosen Indonesia) Banten dan Dosen Univ. Muhammadiyah Tangerang.