Konten dari Pengguna

Menyiapkan Sukses Anak dengan Bermain

Riza Dian
Pranata Humas Tingkat Ahli di Kementerian ESDM
2 Juli 2021 13:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riza Dian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bermain di Alam Terbuka/Foto: rizadian
zoom-in-whitePerbesar
Bermain di Alam Terbuka/Foto: rizadian
ADVERTISEMENT
Kebersamaan orang tua dengan buah hati merupakan saat-saat berharga dan terasa sangat cepat berlalu, apalagi mengingat masa-masa terlewat nyaris tanpa hal yang bermakna. Tetapi ketika “rezeki” pandemi memberikan kesempatan membersamai tumbuh kembang anak di rumah, lebih banyak keluh kesah dan berjalan tiap hari tanpa makna.
ADVERTISEMENT
Ketika si kecil mengajak berbicara dan bermain, orang tua seakan acuh sibuk dengan urusan dan layar gadgetnya. Tinggal dalam satu atap rumah, tetapi hati dan pikiran berjauhan entah ke mana. Tiap detik berlalu begitu saja. Benar-benar orang tua payah…
Sebagai orang tua memang kita dituntut untuk harus terus belajar untuk bisa menjadi orang tua yang baik. Tidak ada orang tua yang sempurna tapi orang tua yang baik adalah orang tua yang mau terus belajar, baik belajar dari pengalaman maupun mencari tahu tentang parenting.
Bahkan kalimat pembuka tokoh Antiapartheid dalam pidato peluncuran Nelson Mandela Children’s Fund di Pretoria, Afrika Selatan pada Mei 1995 menyampaikan bahwa tidak ada cara yang lebih jitu untuk mengungkap jiwa suatu masyarakat selain melihat bagaimana masyarakat itu memperlakukan anak-anak. Sangat sentral hubungan cara pengasuhan anak terhadap kemajuan sebuah peradaban bangsa.
ADVERTISEMENT
Belajar Dari Pedagogi Danish
Pada 1871, dua orang Denmark, Niels dan Erna Juel Hansen, mencetuskan teori pendidikan berdasarkan konsep bermain yang beranggapan bahwa bermain memiliki peran krusial untuk tumbuh kembang anak dan hingga kini di Denmark masih memegang konsep ini.
Orang Denmark sudah mengetahui nilai penting bermain bebas sebagai disiplin ilmu dan mungkin ini salah satu penyebab utama Denmark selama empat puluh tahun berturut-turut menjadi negara yang warganya paling bahagia sejagat.
Di Denmark, bermain tidak dipandang sebagai kegiatan bermalas-malasan nan langka, melainkan sebagai landasan tumbuh kembang. Pada saat bermain, anak-anak bebas mengeksplorasi potensi mereka sepenuhnya dan mengembangkan bakat individual, tanpa dikekang batasan ala orang dewasa.
Saya yakin bahwa masa mendatang, bermain akan dianggap sebagai salah satu kegiatan paling bernilai edukatif dan tentunya bermain juga tidak memakan biaya sepeser pun. Peran orang tua hanya perlu hadir mendampingi dan memberikan sedikit perhatian, terutama saat pandemic kini.
ADVERTISEMENT
Sebagai orang tua, penting agar kita "mencermati" zona perkembangan anak kita. Bukan zona perkembangan yang kita inginkan agar dicapai oleh anak, melainkan zona perkembangan yang ditemukan oleh anak kita sendiri.
Cermati zona perkembangan dengan cara menyimak gagasan atau inisiatif awal dari anak Anda. "Aku bisa sendiri...!", "Ayah duduk di situ, aku duduk di sini", "Lihat aku bisa naik setinggi apa". Pernyataan-pernyataan tersebut mengindikasikan keinginan aktif untuk mencoba hal baru, yang anak rasa siap mereka lakukan. Peran orang tua dengan menunjukkan rasa percaya kepada mereka karena anak akan bertumbuh ketika kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita percaya mereka bisa berhasil.
Bermain Adalah Guru Terbaik
Menurut Scott Kaufman, Psikolog dan Direktur Imagination Institute di Universitas Pennsylvania di Amerika menyampaikan bahwa orang-orang yang teramat cerdas dan kreatif terus bermain sepanjang hidupnya mereka. Ada yang bermain video game, bermain peran dan yang lain bermain dengan anak-anak dan dengan tantangan terkait pekerjaan. Orang-orang sukses ini paham betul bahwa kegembiraan yang timbul dari bermain sungguh istimewa dan bernilai. Bermain menjadikan rasa ingin tahu berbuah manis dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Ketika anak bermain bebas akan memacu kreativitas, imajinasi dan empati yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan jiwa raga dan tentunya membantu anak belajar tentang orang lain. Selagi bermain, anak belajar berbagi dan bergiliran. Mereka belajar mengungkapkan emosi, mendengarkan, berbicara dengan teman bermain dan berangsur-angsur mengikuti aturan.
Bermain mengajari anak tentang norma sosial, benar salah dalam interaksi dengan orang lain. Mereka belajar mengikuti arahan sebagai bagian dari perkembangan kognitif mereka. Anak-anak mengasah kemahiran berolahraga, belajar jujur, tidak curang dan memecahkan masalah sendiri.
Dalam proses ini, penting peran orang tua mempersilakan anak-anak belajar berinteraksi sosial sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Salah satu caranya dengan memberikan keleluasaan untuk mencerna konflik dan mengelola perasaan sendiri sesudah jengkel. Misalnya saat anak berkelahi, maka coba tenangkan dulu perasaannya kemudian lanjutkan bermain kembali. Ingat, konflik hal yang wajar dan bagian dari sebuah proses.
ADVERTISEMENT
Membangun Atmosfer Bermain
Bagi seorang anak, hubungan nyaman bermain dengan orang tua ibarat melompat kembali ke dalam rahim ibu, memberikan rasa aman dan dikasihi serta merefresh kenangan positif dari masa-masa yang telah silam. Dengan bermain di lingkungan nyaman tersebut, tumbuhlah rasa tenteram dan kepercayaan diri pada anak-anak.
Ketika suasana rumah mendukung kegiatan bermain, anak-anak akan spontan bermain. Berikut ini sejumlah masukkan tentang cara bermain dengan anak yang menumbuhkan atmosfer positif.
Pertama, Bermain Perosotan ke Lantai. Saya sengaja berbaring di lantai setidaknya lima belas menit setiap hari. Kegiatan ini khusus agar anak saya bisa bermain dengan saya setiap hari dan usahakan dilakukan pada waktu yang sama setiap hari karena ritme teratur dan prediktabilitas akan menciptakan rasa damai dan aman bagi anak, alhasil momen itu akan dinanti-nantikan.
ADVERTISEMENT
Pastikan kita menghadirkan diri sepenuhnya dan merasa santai, lalu sediakan diri untuk dirambati dan terbukalah untuk menerima apa pun yang terjadi. Anak gemar duduk di perut kita, menunggangi punggung dan lainnya, sedangkan waktu yang mesti diluangkan hanya lima belas menit.
Kedua, Bergulat-Gulatan. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan di tempat tidur dan pastikan agar kegiatan ini betul menyenangkan untuk anak dan hargai batasan pribadi anak. Permainan ini menguji kekuatan anak dan cara bagus bagi anak belajar tentang diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Camkan agar selalu menetapkan aturan jelas, misalkan jangan memukul wajah, berhenti ketika disuruh, menggelitik/berguling/berputar dan melempar pelan-pelan.
Ketiga, Ajak Bayi Anda Bicara. Kalaupun anak kita masih bayi, bisa saja mengajaknya bermain dan berbincangbincang. Pegang bayi Anda dengan jarak tak kurang dari 25-30 cm, tatap mata bayi Anda dan bersuaralah. Waktu tanggap bayi lama, tetapi bayi nantinya pasti
ADVERTISEMENT
menjawab. Anda bisa berpura-pura sedang mengobrol dengan cara bergantian mengeluarkan suara aneh dan kocak.
Kegiatan di atas mungkin sebagian cara bermain yang relevan, tetapi kita sendiri yang paling mengenal anak dan paling mengerti kegiatan mana yang paling cocok untuk anak kita pada saat tertentu. Yang paling penting untuk diingat adalah: Inti bermain adalah bersenang-senang.