Strategi UMKM Batik Tulis Lasem di Tengah Pandemi

Muhammad Riza Ainul Yaqin
Mahasiswa UMM prodi Ekonomi Pembangunan
Konten dari Pengguna
22 Januari 2022 9:30 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Riza Ainul Yaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/batik-keahlian-budaya-tradisional-5697482/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/batik-keahlian-budaya-tradisional-5697482/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sektor UMKM yang berpotensi berperan penting di masa pandemi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagi hasil di Indonesia khususnya Jawa Tengah, sektor korporasi dan industri batik. Permasalahan yang dihadapi pada UMKM menghambat perkembangan dan memerlukan strategi pengembangan agar mampu bersaing.
ADVERTISEMENT
Tujuan saya mengomentari tingkat daya saing, faktor internal dan eksternal dalam pengembangan usaha UMKM batik di kawasan Lasem di masa pandemi COVID-19. Indonesia merupakan negara yang tunduk pada persaingan ekonomi di pasar terbuka. Dalam persaingan ekonomi yang sangat ketat ini diharapkan mampu mencapai stabilitas dan pembangunan ekonomi yang kuat guna menghadapi arus persaingan global.
Menurut Laporan Perekonomian Indonesia 2015, isu-isu yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dinamika ekonomi dunia dan masalah struktural di dalam negeri. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 menyebutkan bahwa salah satu upaya untuk memperkuat daya saing negara adalah dengan memperkuat perekonomian domestik berdasarkan keunggulan masing-masing daerah.
Secara global, penurunan harga komoditas memberikan tekanan yang besar pada kinerja ekspor, namun permasalahan struktural domestik telah menghambat kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan internasional.
ADVERTISEMENT
Dengan mulai berlakunya pasar bebas di Asia Tenggara pada tahun 2015 dan persaingan ekonomi yang semakin ketat, tantangan baru ke depan adalah pengenalan produk impor dan impor yang serupa dengan produk lokal. Karena tingkat harga, masuknya barang impor sejenis tentu akan membahayakan perusahaan dalam negeri.
Impor cenderung lebih sedikit dibandingkan produk lokal. Produk dalam negeri perlu menjadi produk unggulan yang dapat bersaing dengan produk luar negeri agar dapat diekspor ke luar negeri. Mengharapkan upaya pemerintah untuk memastikan produk dalam negeri tidak hanya menjadi target pasar negara lain, tetapi juga menjual produk unggulan ke luar negeri, akan membantu mengoptimalkan pembangunan ekonomi.
Pengembangan ekonomi dapat dioptimalkan melalui pengembangan sektor maritim, revolusi spiritual, pembangunan infrastruktur, industri kreatif/UKM, efisiensi penjualan, dll. Potensi sumber daya yang paling besar adalah potensi sumber daya ekonomi, salah satunya adalah kontribusi UMKM terhadap perekonomian.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi, kementerian usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian negara. Pengembangan UMKM di masa pandemi ini menjadi prioritas dalam pembangunan negara karena UMKM dapat mengatasi masalah ketimpangan antar kelompok pelaku ekonomi dengan tingkat pendapatan yang berbeda dan memperluas basis ekonominya.
Menurut saya, UMKM mendominasi pertumbuhan ekonomi dalam negeri dengan memanfaatkan sumber daya, terutama di industri batik lokal di kota lasem. Batik lokal lasem yang paling terkenal adalah model tiga negeri yang pernah dikenakan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, presiden keenam Republik Indonesia.
UMKM memiliki situs di berbagai lokasi, termasuk yang berada di luar jangkauan. Berbeda dengan daerah yang biasanya ramai dan lokasi perusahaan besar di pusat kota, keberadaan UMKM di semua negara bagian memungkinkan orang untuk bekerja sama di kota karena mereka dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar, tidak harus. Jalani hidup yang layak.
ADVERTISEMENT
Pendapat saya mengenai faktor internal: Sumber daya manusia, bahan baku, pemasaran dan keuangan yang mewakili kekuatan dan kelemahan, faktor eksternal : teknologi, kondisi sosial dan ekonomi, pemerintah dan pesaing yang mewakili peluang dan ancaman, daya saing, dan lasem. Serta juga adanya pengembangan alternatif strategi dengan UKM di Kabupaten Rembang.