Konten dari Pengguna

Rusaknya Citra Masyarakat Madura Akibat Kasus Carok

Rizal Humaidillah
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
20 Oktober 2024 4:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizal Humaidillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Madura (sumber: pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Madura (sumber: pexels.com)
ADVERTISEMENT
Budaya madura merupakan salah satu dari sekian banyaknya warisan budaya yang ada di indonesia dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya serta keanekagaramannya. Budaya madura sendiri dikenal dengan nilai – nilai keberanian, kehormatan, dan solidaritas yang kuat. Namun, tradisi carok-duel bersenjata tajam untuk menyelesaikan perselisihan terkait kehormatan-telah menjadi sorotan negatif yang mencemarkan citra masyarakat madura.
ADVERTISEMENT
Peristiwa carok yang terjadi di Bangkalan, Madura, pada tanggal 12 Januari 2024, antara Hasan busri dan Mat Tanjar beserta kelompoknya, merupakan tragedi yang sangat tragis. peristiwa ini menewaskan empat orang, termasuk Mat Tanjar dan Mat Terdam. Peristiwa ini juga meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat sekitar. Kronologi kejadian yang terungkap melalui berbagai sumber menunjukkan bahwa perselisihan antara Hasan Busri dan Mat Tanjar berakar dari dendam pribadi dan konflik lahan. Pada kasus ini, Hasan busri serta adiknya wardi yang terbukti melakukan tindak pidana serta melakukan pembunuhan hingga menghilangkan nyawa orang lain dikenakan pasal 338 KUHP Juncto pasal 55 ayat 1 KUHP yaitu 10 tahun penjara.
Tragedi ini menjadi bukti nyata bahwa dendam dan kekerasan dapat berujung pada kematian dan kesedihan. Peristiwa ini juga memunculkan pertanyaan tentang peran masyarakat dan penegak hukum dalam mencegah konflik dan kekerasan. Penting untuk diingat bahwa kekerasan bukanlah solusi untuk menyelesaikan konflik.
ADVERTISEMENT
Tradisi carok sebagai mekanisme penyelesaian konflik
Tradisi carok merupakan sebuah praktik penyelesaian konflik dengan cara berduel yang melibatkan celurit. Celurit dianggap sebagai simbol kejantanan laki – laki. Menurut Budayawan D. Zawawi Imron, bentuknya yang melengkung seperti tanda tanya dapat diartikan sebagai salah satu bentuk kepribadian masyarakat madura yang selalu ingin tahu. Selain itu, bagi masyarakat madura celurit adalah simbol dari tulang rusuk pria bagian kiri yang hilang, maka dari itu banyak dari masyarakat madura menyimpan celurit di pinggang sebelah kiri. Pribahasa yang dipegang teguh masyarakat madura “katembheng Pote Mata ango’a poteya tolang” yang berarti daripada seseorang menanggung malu lebih baik mati. Pribahasa ini menunjukkan bagaimana masyarakat madura sangat menjunjung tinggi dalam menjaga harga diri dan kehormatannya.
ADVERTISEMENT
Karakter masyarakat madura sering kali diidentikan dengan ketegasan, keberanian, dan semangat juang yang tinggi. Namun, di balik sifat – sifat tersebut, terdapat juga nilai – nilai yang kompleks, termasuk rasa harga diri dan kehormatan yang sangat dijunjung tinggi. Kasus carok antara hasan busri dan mat tanjar menjadi contoh nyata bagaimana karakter masyarakat madura dapat terwujud dalam situasi konflik. Carok yang merupakan tradisi penyelesaian konflik di madura, sering kali dipandang sebagai ekspresi budaya yang mencerminkan keberanian dan keteguhan hati. Konflik hasan busri dan mat tanjar yang berujung carok menunjukkan bagaimana masyarakat madura memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan permasalahan.
Carok biasanya terjadi karena masalah harga diri, perempuan, atau warisan. Masyarakat madura dikenal dengan nilai – nilai budaya yang kuat, dimana harga diri dan kehormatan sangat dijunjung tinggi. Jika seseorang merasa harga dirinya terinjak – injak, carok dianggap sebagai cara untuk mengembalikan kehormatan dan harga diri.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks hukum adat, carok dianggap sebagai solusi bagi masyarakat Madura dalam menyelesaikan konflik. Namun, di era modern saat ini, tradisi carok menghadapi tantangan besar. Pada pasal 1 ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa “Indonesia adalah negara hukum” artinya, hukum memiliki kedudukan yang tinggi di indonesia dan segala tatanan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara didasarkan pada hukum positif yang berlaku. Dan carok jelas bertentangan dengan hukum positif yang berlaku. Carok di anggap sebagai tindakan kekerasan dan pembunuhun yang tidak dibenarkan.
Kasus ini mengungkap situasi yang dihadapi oleh hukum adat dan hukum positif di Madura. Walaupun carok telah menjadi bagian dari budaya, jelas bertentangan dengan hukum positif yang berlaku di indonesia. Tradisi carok tidak bisa dihapus begitu saja. Namun, perlu ada upaya untuk menyelamatkan tradisi ini dari lingkaran kekerasan. Pemerintah dan masyarakat madura khususnya tokoh – tokoh adat dimadura harus bekerja sama untuk membangun sistem penyelesaian konflik yang lebih manusiawi dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
ADVERTISEMENT
Upaya Mengembalikan Citra Masyarakat Madura Pasca Kasus Carok
Masyarakat Madura, yang dikenal dengan kaya akan budaya dan tradisi, sering kali mendapatkan stereotip negatif akibat kasus carok, sebuah tradisi duel yang melibatkan senjata tajam untuk menyelesaikan konflik. Meskipun carok hanya dilakukan oleh sebagian kecil individu, dampaknya terhadap citra keseluruhan masyarakat Madura cukup signifikan. Oleh karena itu, upaya untuk mengembalikan citra positif masyarakat Madura adalah langkah yang sangat penting untuk dilakukan.
Pertama-tama, pendidikan dan penyuluhan menjadi kunci utama dalam mengubah persepsi masyarakat luas. Program pendidikan yang menekankan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan penyelesaian konflik secara damai perlu diperkuat. Selain itu, penyuluhan tentang bahaya dan konsekuensi hukum dari carok harus terus dipertegas, baik di kalangan muda maupun tua, tujuannya untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Kedua, penguatan budaya lokal yang positif harus didorong. Masyarakat Madura memiliki banyak tradisi dan kesenian yang indah, seperti tari topeng, musik saronen, dan kerajinan batik. Promosi budaya ini melalui festival, pameran, dan media sosial dapat membantu menunjukkan sisi positif dan kaya dari budaya Madura, yang sering kali terabaikan.
Selanjutnya, peran tokoh masyarakat dan agama sangat penting dalam memberikan teladan dan mengarahkan masyarakat menuju perilaku yang lebih damai dan harmonis. Tokoh-tokoh ini dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam menyebarkan pesan - pesan perdamaian dan mengutuk tindakan kekerasan seperti carok. Selain itu, media juga memegang peran penting dalam membentuk opini publik. Media harus lebih bijak dalam memberitakan kasus carok, dengan tidak hanya fokus pada sensasi negatif tetapi juga memberikan ruang bagi cerita-cerita positif tentang masyarakat Madura. Berita tentang prestasi, inovasi, dan kontribusi masyarakat Madura dalam berbagai bidang perlu lebih banyak diangkat.
ADVERTISEMENT
Terakhir, pemerintah daerah dan pusat perlu memberikan dukungan yang nyata dalam bentuk kebijakan dan program-program yang mendukung perdamaian dan pembangunan sosial-ekonomi di Madura. Pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, yang sering kali menjadi akar dari berbagai konflik. Secara keseluruhan, upaya mengembalikan citra masyarakat Madura memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, tokoh masyarakat, media, dan masyarakat itu sendiri. Dengan komitmen dan langkah-langkah yang tepat, citra masyarakat Madura yang damai, kaya budaya, dan berprestasi dapat kembali terangkat.