Film Sick of Myself: Sindrom Karakter Utama yang Merusak Diri dan Orang Lain

Rizal Nurhadiansyah
Saya adalah penulis ulasan film yang aktif di blog dan media online, serta tertarik dengan berbagai genre dan aspek film. Saya juga menulis konten edukasi di Teras Politik, dan sedang menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya.
Konten dari Pengguna
22 Juli 2023 19:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizal Nurhadiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh Marija Zaric dari Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Marija Zaric dari Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Film Sick of Myself adalah komedi gelap asal Norwegia, yang ditulis dan disutradarai oleh Kristoffer Borgli.
ADVERTISEMENT
Pada suatu malam, sepasang kekasih duduk berhadapan di sebuah restoran mewah. Mereka adalah Signe (Kristine Kujath Thorp), seorang karyawan kedai kopi, dan Thomas (Eirik Sæther), seniman pemula yang mengidap kleptomania.
Mereka sedang menikmati kue ulang tahu, walaupun entah hari jadi siapa. Perayaan ini memang penuh kepalsuan, ditambah niat buruk Thomas -- ingin mencuri sebotol anggur senilai 2000 dolar AS. Ketika mereka selesai merayakan pesta yang kering ini, Thomas meminta Signe untuk berpura-pura menerima telepon, agar orang-orang memerhatikannya. Dengan begitu, dia bisa membawa kabur botol anggur tadi. Thomas memang dikejar-kejar oleh pelayan, tapi dia berhasil lolos. Saat si pelayan kembali ke restoran dengan wajah kusutnya, dia berpapasan dengan Signe. Namun, dia tidak melihat apalagi mendampratnya gara-gara tindakan Thomas. Bagi Signe, ini adalah hal yang menyedihkan. Dia merasa tidak 'hadir' di dunia. Terutama saat dia melihat Thomas tertawa bersama kawan-kawannya, merayakan pencurian botol anggur.
ADVERTISEMENT
Sejak malam itu, hubungan Signe dan Thomas menjadi sebuah persaingan dingin, mereka berlomba menjadi pusat perhatian sampai kadar yang membuatmu mual-mual. Baik Signe maupun Thomas, sama-sama melakukan segala cara demi menjadi pusat perhatian.
Signe memulainya dengan menolong orang di kedainya, tentu dengan bayaran eksposur. Namun dia tidak kunjung menjadi karakter utama, apalagi diperhatikan oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai mencoba hal yang lebih ekstrem, sampai akhirnya rela menyakiti diri sendiri. Signe merasa bahwa menjadi korban adalah jalan yang tepat untuk mengundang simpati orang lain. Thomas, di sisi lain, tidak seekstrem kekasihnya. Tapi dia mencuri karya orang lain, lalu mengundang wartawan untuk meliputnya.
Di film ini, Borgli memperlihatkan betapa manusia bisa mendorong self-destructive ke batas yang tidak wajar. Dia juga mampu menggambarkan bagaimana jadinya kalau dua orang terburuk di dunia menjadi sepasang kekasih.
ADVERTISEMENT
Saya rasa, film ini lebih memenuhi syarat untuk diberi judul The Worst Person In The World daripada film karya Joachim Trier itu.
Gambar oleh Michael Schaffler dari Unsplash
Sebagai sebuah satire, Sick of Myself sukses menyindir orang-orang narsis dengan kritik yang tajam, baik secara subtil maupun gamblang. Namun, Borgli tidak berhenti di situ. Dia mengarahkan film ini ke arah yang tidak terduga, menggunakan penggambaran hiperbolis yang dipadukan body horror. Kombinasi ini kemudian menghasilkan sebuah tontonan yang tidak hanya menggelitik, tetapi juga menyeramkan dan memuakkan. Sejujurnya, kesan seperti ini pernah saya dapatkan kala menyaksikan Triangle of Sadness karya Ruben Östlund. Sejak detik pertama, saya memang menemukan beberapa persamaan, terutama dalam hal 'suasana'.
Selain kenekatan Borgli dalam menceritakan kisah getir ini, saya juga mengapresiasi kecenderungannya untuk tidak berceramah walaupun punya kesempatan. Borgli mampu merawat kegilaan sampai akhir, demi kepentingan komedi dan tragedi yang menimpa karakter. Bahkan hingga akhir film, dia tidak membuat protagonis menyebalkan ini bertaubat dan berubah sepenuhnya, atau menggiring penonton untuk bersimpati dan mengasihani karakter. Menurut saya, mengakhiri film ini dengan pahit adalah keputusan yang tepat untuk menyimpulkan ceritanya.
ADVERTISEMENT
Aspek lain yang juga menonjol di film ini adalah penampilan Kristine Kujath Thorp. Dia memang tidak terlalu mahir dalam menunjukkan emosi yang subtil, tetapi dedikasinya perlu diapresiasi. Thorp mampu mentransfer emosi dengan upaya yang totalitas. Dia memastikan penonton muak dengan tingkah laku Signe, serta fantasinya untuk menjadi karakter utama dalam setiap kesempatan. Semua ini terlihat dari gerak-gerik Thorp di layar.
Dari awal hingga akhir, Sick of Myself secara konsisten menampilkan tontonan yang lucu, getir, sekaligus menggugah pikiran. Dalam hal komedi, Borgli berani melanggar batas demi satire yang jujur dan tanpa ampun. Secara keseluruhan, film ini adalah yang paling brutal dalam menguliti narsisisme dan main character syndrome pada masyarakat modern.
Film Sick of Myself dapat disaksikan di KlikFilm.
ADVERTISEMENT