Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kurikulum Merdeka dalam PAI: Inovasi atau Erosi Nilai Tradisional?
21 Oktober 2024 13:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rizal Permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia menuai berbagai pandangan yang kontroversial, terutama dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI). Di satu sisi, pendekatan ini dianggap sebagai inovasi yang memungkinkan fleksibilitas dan relevansi yang lebih besar dalam proses belajar-mengajar. Di sisi lain, beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka dalam PAI dapat mengikis nilai-nilai tradisional yang telah menjadi kultur yang akut dan mengurangi kekuatan pendidikan agama dalam membentuk karakter generasi muda.
ADVERTISEMENT
Fleksibilitas atau Pembauran Nilai?
Salah satu aspek kontroversial dari Kurikulum Merdeka adalah penekanan pada pembelajaran yang lebih fleksibel dan berbasis minat siswa. Dalam konteks PAI, ini berarti siswa dapat memiliki kebebasan untuk memilih topik keislaman yang ingin mereka eksplorasi lebih dalam. Namun, kebebasan ini bisa menjadi pedang bermata dua. Ada kekhawatiran bahwa jika siswa tidak diberikan panduan yang kuat mengenai nilai-nilai dasar agama, mereka bisa saja memilih untuk mengabaikan aspek-aspek penting dari ajaran Islam yang dianggap membosankan atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Beberapa kalangan konservatif menilai bahwa fleksibilitas ini bisa mereduksi makna mendalam dari pendidikan agama, mengarah pada pembauran nilai-nilai sekuler dan spiritual. Mereka berargumen bahwa ajaran agama seharusnya dipelajari dengan disiplin yang ketat, dan bahwa kebebasan memilih dalam pembelajaran PAI bisa menyebabkan siswa tidak memahami Islam secara menyeluruh. Pendekatan yang terlalu fleksibel dapat dianggap melemahkan otoritas pendidikan agama tradisional.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Berbasis Proyek dan Risiko Pengabaian Nilai-Nilai Fundamental
Penggunaan pembelajaran berbasis proyek dalam Kurikulum Merdeka juga memunculkan kontroversi. Metode ini bertujuan untuk menghubungkan ajaran Islam dengan kehidupan nyata melalui proyek-proyek sosial atau aktivitas berbasis komunitas. Meskipun bertujuan untuk menjadikan pendidikan agama lebih kontekstual, ada kekhawatiran bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek bisa saja terlalu menekankan aspek "praktis" dan mengabaikan landasan teoritis atau esensi nilai-nilai spiritual Islam.
Beberapa kritik menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek dalam PAI cenderung lebih fokus pada hasil praktis, seperti keterlibatan dalam kegiatan sosial, daripada pemahaman mendalam mengenai doktrin agama atau ritual keagamaan. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan siswa kehilangan pemahaman yang mendalam tentang esensi ajaran Islam dan nilai-nilai spiritual yang seharusnya menjadi inti dari pendidikan agama.
ADVERTISEMENT
Modernisasi atau Kompromi?
Ada juga pertanyaan apakah Kurikulum Merdeka membawa modernisasi yang dibutuhkan atau justru memaksa kompromi pada nilai-nilai yang sudah mapan dalam pendidikan Islam. Sebagai contoh, penggunaan teknologi dalam pembelajaran PAI, seperti aplikasi dan simulasi digital, dapat meningkatkan minat belajar siswa, tetapi ada kekhawatiran mengenai pengaruh negatif dari budaya digital terhadap nilai-nilai keislaman yang tradisional.
Bagi sebagian masyarakat, modernisasi pendidikan agama dengan memasukkan unsur teknologi dan pendekatan pembelajaran abad ke-21 dianggap berisiko menurunkan makna kesakralan dari ajaran Islam. Penggunaan teknologi secara berlebihan dalam PAI dianggap dapat mengalihkan fokus siswa dari nilai-nilai spiritual dan ibadah yang harus dijalankan dengan ketulusan hati.
Mencari Keseimbangan dalam Pendidikan Agama Islam
Kontroversi seputar penerapan Kurikulum Merdeka dalam PAI sebenarnya mencerminkan kebutuhan akan keseimbangan dalam menghadapi perubahan zaman. Pendekatan fleksibel yang ditawarkan Kurikulum Merdeka memang memberikan ruang untuk inovasi, tetapi harus tetap memperhatikan nilai-nilai fundamental dalam ajaran agama.
ADVERTISEMENT
Penting bagi para pemangku kepentingan dalam pendidikan Islam untuk berkolaborasi mencari jalan tengah, di mana modernisasi dan penguatan nilai-nilai tradisional dapat berjalan seiring. Pembelajaran PAI dalam Kurikulum Merdeka harus tetap menjaga integritas nilai-nilai Islam sambil memanfaatkan teknologi dan metode inovatif secara bijaksana.
Jika keseimbangan ini dapat dicapai, Kurikulum Merdeka tidak hanya akan menjadi inovasi pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman, tetapi juga tetap mempertahankan kedalaman nilai spiritual dan moral yang diajarkan dalam Islam.
Live Update