Manifestasi Iman: Seni Bersyukur

Rizka Azkia
Peminat Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Konten dari Pengguna
4 November 2022 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizka Azkia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dr. Tamer Besouky dalam artikelnya yang berjudul “The Art of Gratitude: Qur’anic Themes of Shukr”, menyebutkan bahwa pada hakikatnya, syukur adalah mengakui kebaikan yang diterima orang lain.
ADVERTISEMENT
Syukur dapat berwujud sebagai transaksi sosial, perasaan, dan perilaku. Dan di atas semua hal itu, syukur merupakan salah satu bentuk ibadah.
Selain itu, beliau juga mengutip pendapat dari Syuraih al-Kadi bahwa tidaklah seorang hamba diberi kesengsaraan kecuali Allah memberikannya tiga keberkahan, yaitu: kesengsaraan tersebut bukanlah cobaan bagi agamanya, kesengsaraan tersebut tidak lebih besar daripada sebelumnya, dan kesengsaraan tersebut sudah berlalu (tidak selamanya).
Sehingga dapat dipahami bahwa syukur tidaklah melulu berupa nikmat harta, kesehatan, kecerdasan, kebahagian, kerukunan dan lain-lain. Namun, ada kalanya nikmat tersebut menyamar dalam bentuk kesengsaraan atau musibah.
Dengan ini, maka sudah seharusnya seorang hamba selalu bersyukur atas apapun yang menimpanya. Baik hal itu berupa rezeki, kenyang, sehat, sakit, ataupun lapar. Dibalik semua itu terdapat banyak nikmat yang dapat disyukuri.
ADVERTISEMENT
Dr. Tamer Besouky mengungkapkan bahwa salah satu cara bersyukur yang paling sederhana adalah dengan mengucap hamdalah. Dan menurut Imam Al-Ghazali, cara bersyukur adalah dengan memanfaatkan nikmat sebagaimana mestinya.
Jika diberi sepasang tangan yang sehat maka digunakan untuk berbuat baik, jika diberikan kecerdasan maka digunakan untuk menimba ilmu, dan seterusnya.
Kemudian, mengutip dari kitab Minhaj al-Abidin, disebutkan bahwa minimalnya seseorang bersyukur adalah dengan tidak menggunakan nikmat yang dimiliki untuk bermaksiat.
Maka, jika apapun yang kita miliki merupakan nikmat, baik itu tangan, kaki, cerdas, sehat dan lainnya, seharusnya kita tidak menggunakan hal-hal tersebut untuk bermaksiat.
Dan sesuai dengan janji Allah dalam Al-Qur’an mengenai balasan bagi orang yang bersyukur dan yang kufur pada Q.S. Ibrahim ayat 7:
ADVERTISEMENT
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Praktik ayat ini sudah sering kali penulis saksikan dan alami. Baik hamba yang menerima nikmat tersebut kaya ataupun miskin. Jika hamba tersebut bersyukur dan berulang kali mengucap terima kasih dan hamdalah pada Allah, nikmat tersebut akan kembali dengan berlipat ganda dan tak ada hentinya selama mereka masih terus mengucap syukur.
Sebaliknya, sering kali seorang hamba yang sudah menerima nikmat dalam berbagai macam bentuk, namun dalam hatinya masih menginginkan lebih dan merasa tidak puas, bahkan melontarkan keluhan terhadap ini itu, pada suatu titik mereka justru tersandung kegagalan dan kekecewaan berat. Wallahu a'lam bisshawab.
ADVERTISEMENT