Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Di Balik Tawa, Ada Luka: Mengapa Bullying Tidak Boleh Dianggap Sepele?
7 Oktober 2024 6:59 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari rizka ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian menemui kondisi di sekitar kalian dimana ada tindakan bullying namun dianggap hal lumrah dengan kejadian korban dan pelaku sama sama tertawa? memang benar,ketika kita mendengar cerita tentang bullying kita seolah menganggap hal itu hanya sebagai candaan anak anak yang dianggap “biasa dan lumrah”.Namun,dibalik tawa dan candaan itu ada luka yang sering Kali tak terlihat,luka yang sering kali terabaikan,namun membekas di dalam hati korban seumur hidup hingga menimbulkan trauma sendiri di dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Bullying sering Kali disalahartikan sebagai candaan yang tidak berbahaya.Padahal jelas akan perbedaan antara candaan sejati dengan bullying.candaan sejati adalah candaan dimana dua pihak sama sama melibatkan kesenangan bersama dan dimana semua pihak merasa nyaman.Sebaliknya,bullying adalah tindakan yang menyebabkan salah satu pihak merasa dirugikan dan direndahkan.Tawa yang dihasilkan dari keadaan bullying adalah tawa palsu yang menyimpan luka yang tersembunyi.
Apa yang mungkin terlihat seperti ejekan kecil namun bisa meninggalkan dampak besar bagi korban.Penelitian menunujukan bahwa korban bullying sering kali mengalami penurunan rasa percaya diri,kecemasan berlebih,hingga depresi.Bahkan dalam beberapa kasus,parahnya hingga sampai pada titik frustasi hingga bunuh diri (self harm),korban bullying juga cenderung kesulitan untuk bersosialisasi dan sulit untuk memulai hal baru.Mereka mungkin merasa takut untuk berbicara didepan umum,meragukan kemampuan diri sendiri,dan menganggap dirinya tak berharga.ini buktinya bahwa bullying bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele,apalagi ditertawakan.
ADVERTISEMENT
Dalam kenangan masa sekolah, seringkali kita menyaksikan momen di mana tawa dan candaan sekelompok teman berubah menjadi alat untuk menyakiti. Salah satu bentuk perilaku tersebut adalah memanggil teman dengan julukan hewan yang tak pantas, terutama mereka yang dianggap berbeda secara fisik. Teman yang bertubuh lebih besar, misalnya, kerap kali disamakan dengan hewan seperti ayam atau binatang lain yang diasosiasikan dengan tubuh besar.
Apa yang tampak sebagai candaan bagi sebagian orang, sebenarnya meninggalkan luka mendalam bagi korban. Mereka sangat merasa dipermalukan di depan banyak orang, diperlakukan seperti objek lelucon, dan perasaan mereka diabaikan. Saat itulah bullying terjadi melalui penghinaan yang terus-menerus, rasa percaya diri korban terkikis dan pandangan positif korban mulai menghilang. Bullying seperti ini, yang sering kali dianggap sepele, dapat membekas hingga dewasa, meninggalkan trauma psikologis yang tak mudah disembuhkan.Seringkali hingga dewasa trauma itu sering terulang ketika korban menemui “oknum” pembully.rasa takut,kecewa,sedih,terbawa hingga lingkungan dewasa ketika Bullying terjadi di Sekolah Dasar.
ADVERTISEMENT
Sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu,dimana terdapat banyak siswa yang berkumpul dalam satu tempat yaitu di sekolah.Sekolah menjadi tempat menyalurkan dan menerima ilmu antara guru dengan siswa maupun sebaliknya.Dari sekian banyaknya siswa,siswa berasal dari latar belakang yang berbeda.Ada kaya ada miskin,ada pintar adapula yang kurang pintar dan serta perbedaan daerah asal,ras,suku,maupun bahasa.
Dari berbagai keragaman tersebut,sekolah diharapkan mampu menjadikan semua keberagaman menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mencapai satu tujuan yaitu menuntut ilmu.Namun di sisi lain,keberagaman menjadi satu hal yang sensitif.Alasanya ,karena perbedaan tersebut ada beberapa “oknum” siswa yang mungkin merasa asing dengan itu sehingga menjadikan perbedaan menjadi bahan candaan seolah merasa mereka itu “berbeda”.Dengan kondisi dimana ada satu atau beberapa siswa yang merasa dirugikan atau direndahkan karena candaan tersebut itulah yang disebut dengan Bullying pada lingkup sekolah.
ADVERTISEMENT
Sudah saatnya kita mulai mengentikan bullying disekitar kita.Menghentikan bullying bukan hanya tentang melindungi korban,tetapi juga tentang membangun lingkungan yang sehat dan supportif untuk semua orang.Ketika kita membiarkan bullying terjadi,kita secara tidak langsung menciptakan budaya dimana kekerasan verbal dianggap normal.kita perlu sadar bahwa tindakan kecil seperti berdiri membela korban atau tidak ikut tertawa bisa membawa perubahan besar.Tindakan kecil dengan berani menentang atau menasehati pelaku bullying saat melakukan aksi bullying sangat berarti bagi korban.Ia akan merasa dipedulikan yang mana hal itu membawa sisi positif yang sedikit lebih baik untuk mengurangi dampak buruk yang ada.Berusaha menjadi teman baik korban adalah hal yang paling mudah untuk langkah penyembuhan bullying.
Menghentikan bullying bukan hanya tugas korban atau pihak sekolah,tapi juga tanggung jawab kita semua.Di era media sosial yang serba cepat,bullying bahkan bisa lebih dari sekedar komentar komentar negatif atau tindakan yang merendahkan orang lain secara online.kita semua memiliki peran dalam mencegah dan menanggulangi tindakan bullying.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara untuk menghindari atau mencegah terjadinya bullying baik di lingkungan sekolah maupun media sosial apapun adalah adanya peran dari semua pihak yang sangat dibutuhkan. Dimulai dari lingkup paling kecil yaitu keluarga,lingkup sekolah yaitu Guru serta teman teman,dan lingkup luas ataupun masyarakat. Diawali dengan memberikan edukasi atau pemahaman sedari kecil bahwa semua manusia diciptakan memiliki takdir yang berbeda,namun hal itu bukan menjadi sebuah perbedaan yang harus di kucilkan.Menanamkan mindset bahwa semua orang mempunyai kekurangan dan kelebihan sedari dini sangat penting untuk mencegah adanya Bullying di masa depan.