Konten dari Pengguna

Voyeurisme, Kelainan Seksual yang Meresahkan

RIZKA YUSIA RAHMA DILLA
Mahasiswa Psikologi Semester 5 UIN Sunan Ampel Surabaya
14 Desember 2021 13:19 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RIZKA YUSIA RAHMA DILLA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teman-teman, masih ingatkah kalian dengan kasus teror sperma yang viral pada bulan September lalu? Seorang lelaki yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di daerah Semarang ini harus berurusan dengan hukum karena ketahuan mengintip rekan sejawatnya mandi. Saat ia sedang mengintip, ia juga melakukan onani yang kemudian melanjutkan aksinya dengan mengoleskan spermanya ke makanan korban.
ADVERTISEMENT
Hampir sama seperti kasus sebelumnya, terjadi lagi kasus yang baru pada bulan Desember di mana satpam Universitas Negeri Makassar (UNM) tertangkap basah sering melakukan aksi merekam mahasiswi yang mengikuti pertukaran pelajar mahasiswa (PPM) di daerah Makassar, Sulawesi Selatan. Satpam tersebut merekam mahasiswi yang sedang mandi di wisma dan Hotel Lamacca milik Universitas Negeri Makassar.
Seram enggak sih, kalau kita diintip sama orang asing? Nah, dalam psikologi, perilaku seperti ini bisa dijelaskan secara ilmiah, lho! Perilaku suka mengintip orang lain yang sedang telanjang ini dinamakan dengan Gangguan Voyeurisme. Memangnya, apa sih gangguan voyeurisme itu?
Voyeurisme merupakan salah satu jenis gangguan parafilik. Gangguan parafilik memiliki pola ketertarikan seksual yang tidak biasa, seperti voyeurisme, fetisisme, transvestisme, ekshibisionisme, masokisme seksual, froteurisme, sadisme seksual, transvestik, dan pedofilia. Teman-teman, bagi orang awam seperti kita, biasanya gangguan parafilik ini kita sebut sebagai kelainan seksual.
ADVERTISEMENT
Nah, orang yang mengidap gangguan voyeurisme ini akan terangsang secara seksual saat melihat orang lain telanjang atau melakukan hubungan seksual secara diam – diam. Tak hanya mengintip, pengidap voyeurisme biasanya akan membayangkan fantasi seksual dan kemudian melakukan masturbasi ketika sedang mengintip orang lain telanjang. Seram, kan?
Faktanya, menurut literatur gangguan voyeurisme ini lebih banyak dialami oleh jenis kelamin laki – laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Selain itu, seseorang yang memiliki gangguan voyeurisme ini dianggap memiliki keterampilan sosial dan pengetahuan seksual yang terbatas. Mereka juga dianggap memiliki masalah dengan disfungsi seksual dan keintiman. [1] Jadi, karena ada masalah ini lah mereka akhirnya lebih suka mengintip orang asing.
Jika melihat orang lain telanjang termasuk dalam gangguan voyeurisme, apakah berarti saat kita suka melihat pasangan kita telanjang, kita termasuk dalam orang yang mengidap voyeurisme teman-teman? Jawabannya adalah tidak. Tenang saja, melihat pasangan yang sedang telanjang tidak termasuk dalam gangguan voyeurisme kok. Hal ini karena pasangan kita tahu bahwa dirinya sedang dilihat dan diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Mereka yang memiliki gangguan voyeurisme akan melakukan kegiatan melihat korbannya secara diam-diam. Tapi nih ya, meskipun berisiko untuk tertangkap dan berurusan dengan hukum, mereka tetap menyukai kegiatan mengintip itu lho. Justru hal seperti inilah yang menambah ketertarikan mereka karena mereka akan merasakan adrenalin yang mengalir di samping mencapai kepuasan seksual. [2]
https://pixabay.com/id/photos/teropong-melihat-dengan-tajam-954021/
Nah sekarang, bagaimana kriteria diagnosis orang dengan gangguan voyeurisme ini? Dalam psikologi, kriteria diagnosa orang dengan gangguan jiwa ada dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM). Jadi, menurut DSM-V ini, orang akan didiagnosis memiliki gangguan voyeurisme ketika mereka memiliki kriteria
1. Memiliki gairah seksual untuk terus melakukan aksi mengintip orang lain telanjang atau berhubungan seksual. Gairah seksual ini harus terus ada dengan minimal waktu 6 bulan.
ADVERTISEMENT
2. Memiliki dorongan atau fantasi seksual yang membuat mereka menderita secara klinis, sosial, pekerjaan, atau hal lainnya.
3. Berusia minimal delapan belas tahun. [3]
Nah, orang yang bisa menegakkan diagnosis seseorang menderita gangguan voyeurisme hanyalah psikolog ataupun psikiater. Jadi, kita harus membawa mereka dulu ke profesional untuk tahu apakah benar mereka mengidap gangguan voyeurisme atau tidak.
Dan juga, sebelum menentukan seseorang itu mengidap voyeurisme atau tidak, para profesional akan melakukan beberapa pemeriksaan dahulu. Pemeriksaan ini meliputi wawancara dan juga observasi. Nantinya para profesional akan mencari informasi lebih dalam tentang intensitas gairah seksual yang muncul pada orang tersebut. Baru deh profesional akan mendiagnosis apakah itu termasuk gangguan voyeurisme atau bukan. [4]
ADVERTISEMENT
Memangnya, kenapa ya ada orang yang mengidap gangguan voyeurisme? Apa penyebabnya?
Jadi teman-teman, gangguan voyeurisme ini bisa disebabkan oleh kecemasan ketika berhubungan seksual langsung dengan orang lain. Kecemasan inilah yang akhirnya membuat orang tersebut lebih memilih melakukan aktivitas seksual yang tidak melibatkan orang dewasa lain secara langsung, misalkan kontak seksual dengan benda atau mengintip orang lain yang sedang telanjang.
Orang yang memiliki latar belakang keluarga kurang baik juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan voyeurisme nih. Dalam buku Abnormal Psychology and Life karya Timothy J. Trull dan Christopher A. Kearney, dikatakan bahwa orang yang mengidap gangguan parafilik (termasuk salah satunya voyeurisme) sering menggambarkan kehidupan rumah mereka sebagai kekerasan emosional, tidak stabil, atau kekerasan fisik. [4]
ADVERTISEMENT
Selain itu, gangguan ini juga bisa muncul akibat trauma psikologis yang pernah terjadi dan akhirnya membuat rasa percaya diri menjadi tidak ada saat ingin melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Teman-teman tahu kan kalau ketidaksengajaan akhirnya bisa membuat ketagihan?
Nah akhirnya, ketidaksengajaan melihat orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual membuat mereka menjadi ketagihan. Karena itulah, muncul keinginan pada diri orang tersebut untuk terus melakukan aksinya untuk mengintip orang lain telanjang. [5]
Seram ya kalau bertemu dengan orang pengidap voyeurisme! Bisa ngga ya voyeurisme ini diatasi?
Sebenarnya teman-teman, orang yang memiliki gangguan parafilik termasuk voyeurisme tidak memiliki keinginan untuk berubah. Justru mereka merasa senang dengan perilakunya yang membuat seksualnya terpuaskan. Nah biasanya, mereka yang melakukan pengobatan itu dikarenakan adanya tuntutan dari keluarga, pasangan, ataupun karena proses hukum.
ADVERTISEMENT
Tapi, bisa kan gangguan voyeurisme diatasi? Bisa kok. Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan voyeurisme.
Cara untuk mengatasi gangguan voyeurisme yang pertama adalah dengan obat-obatan. Di Amerika, orang dengan voyeurisme yang menjalani proses hukum akan diberi obat anti androgen yang bertujuan untuk mengatur kadar hormon testosteron.
https://pixabay.com/id/photos/memata-matai-mata-mengintai-4270361/
Kemudian, cara yang kedua adalah dengan terapi kognitif perilaku (Cognitive Behavioral Therapy (CBT)). Jadi, di sini orang dengan voyeurisme akan diminta untuk melatih empati mereka dengan membayangkan diri mereka berada di posisi korban yang sedang diintip oleh orang lain. Nah, hal ini akan membentuk empati mereka yang kemudian akan disadari bahwa tindakannya tidak tepat dan merugikan orang lain. [6]
Selain pelatihan empati, teknik lain dari terapi kognitif perilaku adalah pelatihan keterampilan sosial. Seperti yang telah dibahas di atas, orang yang memiliki gangguan voyeurisme dianggap kurang memiliki keterampilan sosial. Jadi, pengadaan pelatihan keterampilan sosial ini diharapkan akan dapat membantu mereka untuk memperbaiki kemampuannya untuk berhubungan dengan orang dewasa lainnya.
ADVERTISEMENT
Keterampilan sosial yang akan diajarkan pada pelatihan ini meliputi keterampilan percakapan sosial, perilaku asertif, dan keterampilan berkencan nih teman-teman. [2] Dengan adanya pelatihan ini, orang dengan voyeurisme akan mampu mulai berkencan dengan orang lain. Jadi, kebiasaan mereka untuk mengintip bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan deh.
Memang, seram rasanya ketika ada orang lain yang mengintip saat kita sedang telanjang atau berada di kamar mandi, terutama bagi perempuan. Maka dari itu, ketika kita sedang berada di toilet umum, lebih baik jika kita memastikan keadaan sekitar aman dari kamera tersembunyi yang memungkinkan ada orang lain merekam ketika kita sedang tidak memakai baju. Bukan begitu?
Sama halnya ketika kita sedang membeli baju dan ingin mencoba di ruang ganti, atau saat kita menginap di suatu hotel, kita juga harus tetap waspada dan memperhatikan keadaan sekitar lho.
ADVERTISEMENT
Periksa sudut-sudut ruangan apakah ada kamera tersembunyi! Periksa juga cermin yang ada untuk mengantisipasi adanya cermin dua arah yang biasa dipakai pelaku untuk mengintip orang lain!
Kalau dirasa aman, baru deh bisa melepas baju dengan aman.
Selain itu, ketika berada di rumah kita juga harus memastikan rumah aman terkunci dan tidak ada orang asing yang masuk ke dalam rumah ketika ingin mandi. Jangan lupa ya teman-teman, ketika kalian mendapati ada orang asing yang mengintip, jangan pernah ragu untuk melaporkan seseorang tersebut kepada pihak berwajib agar diproses secara hukum!
Menjadi pribadi yang waspada memang sangat dibutuhkan nih di masa sekarang demi melindungi diri dari perbuatan tidak baik dari oknum – oknum tidak bertanggung jawab. Jadi, tetap waspada dimanapun kalian berada ya!
ADVERTISEMENT
Menjaga tubuhku adalah kewajibanku! Karena tubuhku adalah privasiku.
https://pixabay.com/id/photos/mengintip-fotografi-jalanan-rakyat-2352898/
Referensi
1. Beidel, D. C., Bulik, C. M., & Stanley, M. A. (2012). Abnormal Psychology (2nd ed.). New York: Pearson Education, Inc.
2. Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2014). Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
3. Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya.
4. Dewi, D. S. (2020). Mengenal Voyeurisme, Kepuasan Seks dengan Mengintip Orang. Retrieved from https://tirto.id/mengenal-voyeurisme-kepuasan-seks-dengan-mengintip-orang-ewhw
5. Kearney, C. A., & Trull, T. J. (2018). Abnormal Psychology and Life: A Dimensional Approach (3rd ed.). Boston: Cengage Learning.
6. Artasari, D. N. (2014). Voyeurisme. Retrieved from https://www.kompasiana.com/novidwi28/54f93403a333112b058b483b/voyeurisme