Konten dari Pengguna

Menikmati Masa Tua di Yogyakarta: Antara Harapan dan Kenyataan

Rizkana Andika Rakhman
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
10 Oktober 2024 17:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizkana Andika Rakhman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang lansia berjualan sate di trotoar Malioboro pada minggu (12/5) oleh Rizkana Andika Rakhman
zoom-in-whitePerbesar
Seorang lansia berjualan sate di trotoar Malioboro pada minggu (12/5) oleh Rizkana Andika Rakhman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kota Yogyakarta, dengan daya tarik budaya yang khas serta biaya hidup yang relatif rendah, kerap dijadikan destinasi favorit bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati masa tua. Berdasarkan survei dari GoodStats tahun 2024, sebanyak 61,9% masyarakat Indonesia memilih Yogyakarta sebagai tempat tinggal ideal di usia tua, peringkat kedua setelah Kota Surakarta.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik kenyamanan yang ditawarkan, terdapat realita pahit, yaitu banyaknya lansia di Yogyakarta yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan harus terus bekerja di sektor informal, seperti berjualan makanan di pinggir jalan. Dalam foto tersebut, tampak seorang nenek yang mengadu nasib dengan berjualan sate di trotoar Malioboro.
Fenomena kemiskinan di Yogyakarta merupakan cerminan dari permasalahan sosial yang lebih besar. Lansia di kota ini menghadapi tantangan ganda, yaitu keterbatasan fisik akibat usia serta tekanan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Banyak dari mereka yang bekerja tanpa jaminan sosial maupun tunjangan pensiun, yang memaksa mereka untuk bertahan hidup dalam kondisi sulit.
Upah Minimum Regional (UMR) Yogyakarta tahun 2023 berada pada angka Rp2.006.000, menjadikannya salah satu UMR terendah di Indonesia. Dengan kondisi ini, banyak masyarakat Yogyakarta yang terpaksa harus mencari penghasilan tambahan di sektor informal.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi sebuah anomali, di mana kota yang diharapkan dapat dijadikan opsi untuk masa tua, harus dihadapkan pada fakta bahwa banyak lansia hidup dalam kemiskinan.
Pemerintah dan berbagai lembaga sosial memiliki peran krusial dalam memperbaiki situasi ini. Pemberdayaan ekonomi lansia, program pensiun yang lebih inklusif, serta perbaikan akses layanan kesehatan sangat penting untuk membantu mengurangi angka kemiskinan di kota ini.
Menikmati masa tua di Yogyakarta mungkin tampak sebagai pilihan yang ideal bagi sebagian masyarakat Indonesia, namun bagi mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan, tantangan untuk bertahan hidup masih menjadi kenyataan pahit yang harus dihadapi.***
Rizkana Andika Rakhman, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta