Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Perubahan Makna Bahasa Reportase Komentator Sepak Bola
18 Desember 2020 16:09 WIB
Tulisan dari Rizki Agung Permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
“Jebret, Jebret, GOLLL!!!”
Sebelum menganalisis kalimat atau ungkapan dari komentator sepak bola, terlebih dahulu membahas pengertian bahasa. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Seperti yang telah diungkapkan Chaer, bagi linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder (Chaer, 2012: 82). Kajian linguistik atau bahasa dibagi menjadi beberapa bidang, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Kajian yang mengkaji makna atau arti dari suatu ungkapan atau tulisan adalah semantik. Semantik secara terminologis dapat didefinisikan sebagai bidang linguistik yang mengkaji arti bahasa (Subuki, 2011: 16). Kemudian menurut Chaer, bahasa yang merukan sistem lambang bunyi yang mengacu pada konsep, ide, atau pikiran maka bisa dikatan bahwa bahasa itu mempunyai makna (Chaer, 2012: 44). Dengan hal tersebut kita sering melihat ataupun mendengar suatu kata yang sama namun mempunyai makna yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya, ketitika mendengar kata “bunga desa” dan “bunga matahari” yang sama-sama terdapat kata “bunga” tetapi kata “bunga” dalam kedua kalimat tersebut berbeda maknanya. Kata “bunga desa” dalam KBBI luring bermakna perawan (pemudi) yang disenangi pemuda karena kecantikannya di desa tempat tinggalnya. Sedangkan kata “bunga matahari” dalam KBBI memiliki makna tanaman yang bunganya besar dan bundar berwarna kuning, bijinya dapat dibuat mentega; kanigara. Jadi kata “bunga” ini akan memiliki makna tanaman atupun pemudi (perempuan) tergantung dari kata berikutnya/yang mengikutinya.
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Indonesia sebuah kata pasti bermakna dan ada kemungkinan akan mengalami perubahan makna atau pergeseran makna. Pergeseran makna adalah gejala perluasan, penyempitan, pengonotasian (konotasi), penyinestesian (sinestesia), dan pengasosiasian makna kata yang masih dalam satu medan makna. Dalam pergeseran makna rujukan awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal mengalami perluasan atau penyempitan rujukan. Kemudian perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari simbol bunyi yang sama. Dalam perubahan makna terjadi perubahan pada rujukan yang berbeda dengan rujukan awal (Pareta, 2004: 145).
Selanjutnya bahasa merupakan alat yang dipakai oleh semua kalangan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, salah satunya komentator sepak bola. Sepak bola merupakan olahraga populer yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia terdapat Liga 1 yang merupakan turnamen sepak bola terbesar di Indonesia. Pertandingan sepak bola Liga 1 dan pertandingan tim nasional Indonesia merupakan tontonan yang sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Indonesia. Karena salah satu acuan menarik tidaknya pertandingan sepak bola tergantung pada komentatornya. Komentator sepak bola merupakan pekerjaan mengulas dan mengomentari secara langsung jalannya pertandingan sepak bola. Pekerjaan tersebut salah satu pekerjaan yang mengandalkan bahasa, yakni bahasa lisan. Salah satu komentator terkenal di Indonesia yaitu Valentino Simanjuntak atau biasa disebut Bung Jebret.
ADVERTISEMENT
Pergeseran Makna Bahasa Oleh Komentator Sepak Bola
Ungkapan atau kalimat yang biasa dituturkan oleh komentator sepak bola pada suatu pertandingan sepak bola yaitu: Pertama, pada ungkapan atau kalimat “juru racik yang handal”. Terdapat kalimat “juru racik” yang terdiri dari dua kata yaitu “juru” dan “racik”, “juru” dalam KBBI luring berarti orang yang pandai dalam suatu pekerjaan yang memerlukan latihan, kecakapan dan kecermatan (keterampilan). Sedangkan kata “racik” dalam KBBI luring berarti “ramu”. Jadi, juru racik adalah orang yang pandai atau mempunyai keterampilan meramu. Istilah ini biasa digunakan dalam bidang tataboga atau farmasi. Sedangkan komentator sepak bola menggunakan istilah “juru racik” dalam konteks sepak bola yakni bermakna orang yang pandai dalam melatih atau membuat formasi dalam tim sepak bola. Dalam kalimat tersebut terjadi pergeseran makna emotif atau konotatif dari kata “juru racik” yang disebabkan oleh faktor emotif dan faktor perbedaan bidang pemakaian. Makna emotif atau konotatif adalah arti atau makna yang lebih luas dari arti sentral dan arti utamanya (Subuki, 2011: 16). Kemudian faktor emotif yakni berkaitan dengan perjalanan bahasa itu sendiri dari generasi ke generasi, perkembangan konsep ilmu pengetahuan, kebijakan institusi, serta perkembangan ide dan objek yang dipakai.
ADVERTISEMENT
Kedua, pada ungkapan atau kalimat “bola bisa dipetik dengan baik” terdapat kata “dipetik” yang memiliki makna lain dari makna asalnya, dalam KBBI luring arti kata “dipetik” adalah diambil dengan mematahkan tangkainya, membunyikan kecapi, gitar dengan menggamit senar atau dawainya. Kata tersebut biasa dipakai jika ingin mengambil bunga atau cara untuk memainkan gitar. Sedangkan dalam konteks sepak bola, komentator memakai kata “dipetik” yang bermakna ditangkap. Pada kata tersebut terjadi pergeseran makna emotif atau konotatif dari kata “dipetik” yang disebabkan oleh faktor emotif dan faktor perbedaan bidang pemakaian. Makna emotif atau konotatif adalah arti atau makna yang lebih luas dari arti sentral dan arti utamanya. Faktor emotif yakni berkaitan dengan perjalanan bahasa itu sendiri dari generasi ke generasi, perkembangan konsep ilmu pengetahuan, kebijakan institusi, serta perkembangan ide dan objek yang dipakai.
ADVERTISEMENT
Ketiga, pada ungkapan atau kalimat “pasing manja yang diberikan oleh Febri” terdapat kalimat “passing manja” yang terdiri dari kata “passing” dan “manja”. Kata “passing” berasal dari bahasa Inggris yang berarti lewat, namun dalam konteks sepak bola kata “passing” bermakna mengoper bola. Kemudian kata “manja” dalam KBBI luring memiliki arti kurang baik adat kelakuannya karena selalu diberi hati. Kata “manja” tersebut biasa digunakan untuk memaknai sifat seseorang. Sedangkan dalam konteks sepak bola, komentator memakai kata “manja” dengan makna sangat terarah atau sangat baik. Jadi kalimat “passing manja” dalam konteks sepak bola bermakna operan yang sangat terarah atau baik. Dalam kalimat tersebut mengandung makna asosiasi, karena kata “manja” diasosiasikan dengan lembut dan terarah. Pada kalimat tersebut terjadi pergeseran makna yang disebabkan oleh faktor asosiasi. Faktor asosiasi terjadi karena adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan suatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Keempat, pada ungkapan atau kalimat “tandukan tersebut merobek gawang” terdapat kalimat “merobek gawang” yang terdiri dari kata “merobek” dan gawang”. Kata “merobek” dalam KBBI luring berarti meyobek, mengoyak (tentang tikar, baju, kain, dan sebagainya). Kemudian kata “ gawang” dalam KBBI berarti dua tiang yang dihubungkan dengan kayu palang pada bagian ujung atas. Kalimat “merobek gawang” jika bermakna sebenarnya atau bermakna aslinya yaitu mengoyak atau merusak gawang. Sedangkan dalam konteks sepak bola, komenator memaknai kalimat “merobek gawang” dengan sebuah gol. Dalam kalimat tersebut terjadi pergeseran makna emotif atau konotatif dari kata “merobek gawang” yang disebabkan oleh faktor perbedaan bidang pemakaian. Makna emotif atau konotatif adalah arti atau makna yang lebih luas dari arti sentral dan arti utamanya.
ADVERTISEMENT
Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan makna bahasa oleh komentator sepak bola berbentuk pergeseran makna, baik konotatif ataupun asosiasi. Faktor penyebab perubahan atau pergeseran makna tersebut diakibatkan oleh faktor emotif dan faktor perbedaan bidang pemakaian.
Salam Jebret!
Referensi
Subuki, Makyun. 2011. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Transpustaka.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
D. Pareta. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.