Konten dari Pengguna

Jurnalisme Advokasi dan Kelompok Marginal Desa Cilembu

Rizki Alif Al-Hikam
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
22 September 2024 15:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Alif Al-Hikam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Desa Cilembu. Foto: Rizki Alif Al-Hikam
zoom-in-whitePerbesar
Desa Cilembu. Foto: Rizki Alif Al-Hikam
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), advokasi adalah istilah pembelaan, marginal artinya berada di pinggir. Jika dikaitkan dengan jurnalisme, jurnalisme advokasi berarti jurnalisme yang “membela”. Dalam konteks ini, disimpulkan bahwa jurnalisme advokasi bisa/harus/wajib membela kelompok marginal yang terpinggirkan di Desa Cilembu.
ADVERTISEMENT
Peran jurnalisme advokasi lebih banyak untuk membela, menyuarakan, dan mewakili kelompok tertentu yang sulit tersorot oleh pemerintah, termasuk kekuasaan. Jurnalis melalui kegiatan jurnalisme advokasi sudah seharusnya peduli dengan sekitarnya. Selain itu, peran jurnalis juga krusial untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi mereka lewat kekuatan media.
Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Cilembu merupakan sekumpulan wanita yang sebagian besar memiliki profesi sebagai ibu rumah tangga dengan keterbatasan akses teknologi. Karenanya, sebagian dari mereka merasa terancam oleh perekonomian yang terus berkembang. Selain menjadi ibu rumah tangga, biasanya KWT juga mengurus pertanian dan peternakan sapi perah yang ada di desa.
Keterbatasan yang tidak bisa dijangkau oleh desa membuat mereka bergantung pada aktivitas ekonomi tradisional (yang mudah mereka jangkau). Seperti contohnya membuat produk makanan yang bahan dasarnya dari hasil pertanian dan peternakan mereka kemudian tidak bisa dijual secara luas ke masyarakat. Hal itu karena kemasan yang dibuat tidak lolos kualifikasi pasar modern target mereka berjualan.
ADVERTISEMENT
“Kita pernah bikin keripik ubi, rasanya enak, gurih, pas di mulut, tapi pas mau taro di Indomaret atau Alfamart enggak bisa, masalahnya cuma satu, enggak bisa dijual di sana karena kemasannya kurang menarik,” jelas Yuli, ketua KWT Desa Cilembu.
Kegagalan bukan satu-satunya jalan untuk berhenti melakukan apa yang benefisial bagi mereka. Mereka tetap memproduksi keripik ubi dan dijual di gerai-gerai dekat desa. Meskipun begitu, mereka memiliki peran penting dalam keberlanjutan pertanian dan peternakan di Desa Cilembu.
Sebagai jurnalis, potensi yang mungkin dilakukan untuk membantu kelompok marginal di sana lumayan banyak. Jurnalis dari berbagai media, baik dari media kecil maupun media yang sudah besar berpotensi untuk menyorot aktivitas sehari-hari KWT dalam melakukan pekerjaannya. Kegiatan-kegiatan jurnalisme yang sekiranya akan menambahkan value untuk KWT sudah menjadi indikator dari jurnalisme advokasi.
ADVERTISEMENT
Misalnya, jurnalis melakukan peliputan mendalam yang nanti output-nya berupa artikel inspiratif, konten interaktif, dan human interest stories. Perjuangan KWT akan disorot melalui angle yang menarik agar menarik perhatian publik. Terlebih, jika masyarakat menjadi tahu dan mendukung serta membeli produk-produk yang mereka buat.
Publikasi dari berbagai media tidak hanya meningkatkan kesadaran publik tentang kondisi KWT, tetapi juga membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, LSM, dan sektor swasta.
Koneksi ini berpeluang bagi KWT untuk mengembangkan usaha mereka lebih jauh. Melalui berbagai output, jurnalis secara tidak langsung mempromosikan produk KWT ke masyarakat luas. Liputan media yang konsisten berfungsi sebagai alat advokasi untuk menarik perhatian publik.