Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Jurnalisme Immersif: Integrasi VR & AI untuk Pengalaman Berita yang Lebih Dalam
5 Januari 2025 12:07 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rizki Alif Al-Hikam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jurnalisme Immersif itu apa sih? Jurnalisme immersif adalah cara baru untuk menyajikan berita yang menggunakan teknologi canggih. Tujuannya untuk membuat pembaca atau penonton merasa seolah mereka benar-benar ada di tempat kejadian peristiwa yang diberitakan.
ADVERTISEMENT
Biasanya, ketika kita membaca berita di koran atau menonton di TV, kita hanya bisa melihat atau membaca apa yang disajikan. Kita tidak bisa melihat ke sekeliling atau memilih apa yang ingin kita lihat lebih detail. Tapi dengan virtual reality (VR), ceritanya jadi berbeda.
Menggunakan headset VR, kamu bisa merasa seperti berdiri di tengah-tengah tempat kejadian. Kamu bisa melihat ke segala arah (atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang) seolah-olah kamu benar-benar ada di sana. Ini yang dimaksud dengan pengalaman 360 derajat.
Lebih dari itu, kamu tidak hanya pasif menonton. Kamu bisa berinteraksi dengan lingkungan virtual ini. Misalnya, kalau ada bagian yang menarik perhatianmu, kamu bisa "berjalan" mendekatinya untuk melihat lebih jelas. Atau kalau ada benda yang ingin kamu periksa, kamu bisa "menyentuhnya" untuk mendapatkan informasi tambahan.
ADVERTISEMENT
Peran VR dalam Jurnalisme
VR dalam jurnalisme membuka dimensi baru dalam penyampaian berita, melampaui metode konvensional seperti teks, foto, atau video. Teknologi ini memungkinkan audiens untuk "hadir" secara virtual di lokasi peristiwa, memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan personal.
Bayangkan saat terjadi bencana alam. Alih- alih hanya melihat foto atau rekaman video, VR bisa membawa kita langsung ke tengah-tengah area terdampak. Kita bisa melihat sekeliling, merasakan skala kerusakan, dan mendapatkan gambaran yang jauh lebih jelas tentang situasi di sana.
Dengan VR, jurnalisme tidak lagi sekadar menyampaikan fakta, tapi juga mengajak kita untuk merasakan dan memahami situasi secara lebih mendalam. Ini bisa mengubah cara kita melihat berbagai peristiwa di dunia dan mungkin membuat kita lebih peduli terhadap isu-isu yang diberitakan.
ADVERTISEMENT
Pendekatan Jurnalisme Immersif
Secara kasta, urutan yang paling tinggi adalah:
Augmented Reality (AR) merupakan teknologi yang menambahkan elemen digital ke dunia nyata, berbeda dengan VR yang menciptakan lingkungan sepenuhnya virtual. AR memungkinkan pengguna untuk melihat dan berinteraksi dengan dunia sekitar mereka sambil menerima informasi tambahan melalui perangkat seperti smartphone atau kacamata pintar, misalnya Apple Vision.
Dalam penyebaran informasi, AR membuka peluang baru yang menarik. Misalnya, saat berwisata di London, pengguna bisa mengarahkan kamera gawai mereka ke Big Ben dan langsung mendapatkan informasi seperti sejarah, tinggi bangunan, dan fakta-fakta menarik lainnya yang muncul di layar. Jadilah pengalaman wisata yang lebih informatif dan interaktif.
AR juga memiliki potensi besar dalam merekonstruksi sejarah. Contohnya, di lokasi bekas Tembok Berlin, beberapa majalah Jerman telah menggunakan AR untuk menghidupkan kembali momen-momen bersejarah. Pengunjung bisa menyaksikan adegan digital tentara yang menyeberang dari Jerman Timur ke Jerman Barat, atau melihat rekonstruksi peristiwa saat masyarakat beramai-ramai meruntuhkan tembok tersebut. Teknologi ini memungkinkan orang untuk "menyaksikan" peristiwa masa lalu tepat di lokasi aslinya, menciptakan pengalaman belajar sejarah yang lebih mendalam dan berkesan.
ADVERTISEMENT
Penerapan AI dalam Pengembangan Konten VR
Teknologi Artificial Intelligence (AI) membawa dimensi baru dalam pengembangan dan penggunaan Virtual Reality (VR) untuk jurnalisme, menciptakan pengalaman yang lebih mendalam, personal, dan interaktif.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Berita yang Lebih Mendalam dan Emosional
Dengan adanya integrasi VR dan AI, jurnalisme sekarang bisa bikin berita jadi lebih dari sekadar informasi, tapi juga nyentuh emosi.
Jadi, penonton bisa lebih terlibat secara emosional, misalnya saat meliput krisis kemanusiaan, perang, atau perubahan iklim, di mana mereka bisa "merasakan" dampak langsung dari situasi yang diberitakan. Pengalaman ini bikin orang lebih nyambung dan lebih memahami isu-isu yang rumit.
Tantangan dan Masa Depan Jurnalisme Immersif
Walaupun potensinya besar, jurnalisme immersif masih punya tantangan, seperti akses teknologi VR yang belum merata dan menjaga narasi tetap etis dan akurat. Tapi, dengan bantuan AI, diharapkan pembuatan konten jadi lebih mudah dan penggunaan VR di industri media bisa lebih luas. Ke depannya, mungkin kita bisa dapet berita yang interaktif, di mana kita bisa langsung "masuk" ke dunia virtual dan ngalamin berita itu seperti nyata.
ADVERTISEMENT
Dengan perkembangan AI di bidang pembelajaran mesin dan pemrosesan bahasa alami, kemampuan untuk bikin konten berita yang real-time, otomatis, dan immersif akan terus meningkat. AI juga bakal bikin pengalaman berita jadi lebih personal, di mana kita bisa pilih sendiri bagian cerita yang mau kita dalami. Jadi, lewat gabungan VR dan AI, jurnalisme gak cuma jadi cara buat ngasih informasi, tapi juga jadi platform buat kita ngalamin, ngerti, dan ngerasain berita secara langsung dalam skala yang lebih besar.