Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tantangan Distribusi Film Indonesia
14 November 2017 17:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Rizki Baiquni Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
'Night Bus' telah dinobatkan menjadi film terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2017. Film yang diproduseri oleh Darius Sinathrya dan Teuku Rifnu ini sukses mengalahkan film 'Posesif', 'Kartini', 'Pengabdi Setan', dan 'Cek Toko Sebelah'.
ADVERTISEMENT
Uniknya, film ini hanya bertahan selama dua hari di bioskop. Pun promosi filmnya begitu senyap. Baik jumlah penonton, atau bahkan promosinya, jelas kalah jauh dari film 'pengabdi setan'
Pertanyaannya, bagaimana mungkin sebuah film Indonesia yang berkualitas, yang bahkan memenangi FFI 2017 bisa begitu singkat tayang di bioskop. Juga tak dikenal oleh masyarakat luas.
Dalam sebuah diskusi di Ballroom Kuningan City, pada acara Kumparan Onboarding Batch 2, Selasa (14/11). Seorang produser dan sutradara, Handoko Hendroyono, memiliki pandangannya sendiri terhadap fenomena seperti itu.
Menurutnya, industri film Indonesia itu memang belum hidup. Semuanya masih dikerjakan sendiri. Serba belum siap.
"Saya melihat teman-teman film ini seperti pejuang" Ungkap Handoko
ADVERTISEMENT
Produser film Filosofi Kopi ini menyebut bahwa distribusi film kita masih jauh dari kata sempurna. Ada banyak tantangan, terutama soal kurangnya modal, juga maraknya pembajakan.
Lebih jauh lagi, ia menuturkan bila budget untuk promosi seringkali habis, tepat setelah film selesai dibuat. Tak ada lagi anggaran untuk membuat iklan.
Adanya pembajakan juga kian menkhawatirkan pada pembuat film. Itu kenapa ada banyak film Indonesia yang tidak didistribusikan melalui keping DVD.