Konten dari Pengguna

Kecerdasan Buatan untuk Pelestarian Bahasa Lokal

Rizki Dewantoro
Pegiat Komunitas Literasi Pendidikan Iqro Movement
12 Oktober 2024 17:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Dewantoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kecerdasan Buatan. Sumber Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Kecerdasan Buatan. Sumber Foto: Unsplash

Perubahan zaman melaju begitu cepat. Perkembangan teknologi dan digitalisasi kian tak terbendung. Lanskap kehidupan dan manusia sebagai aktor sejarah telah menciptakan teknologi untuk membantu beragam aktivitas sehari-hari. Namun di sisi lain teknologi yang tadinya membantu turut menuntut manusia bersaing dengan teknologi yang diciptakannya.

ADVERTISEMENT
Kita sudah melewati fase industrialisasi zaman milenium ketika mesin berangsur-angsur menggantikan peran manusia. Pabrik-pabrik dengan ribuan tenaga karyawan bersaing dengan efisiensi oleh perangkat-perangkat keras yang mampu bekerja secara lebih presisi.
ADVERTISEMENT
Tuntutan industri dalam produksi massal memang mengandalkan mesin. Meskipun secara alur dan kerangka besar masih di tentukan oleh manusia. Karena sesungguhnya muara dari hadirnya teknologi dan mesin untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
Walakin, bagaimana jika alur dan kerangka besar itu malah ditentukan juga oleh mesin? Itulah era otomatisasi yang disebut juga era robot atau kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Bagai dua sisi mata pisau, teknologi termasuk AI dapat memberikan manfaat, dapat juga menjadi ancaman. Di sinilah nurani kita sebagai manusia tergugah bahwa masih ada aspek yang tak dapat tergantikan.
Belum lagi tren perkembangan teknologi kerap berkiblat ke dunia barat terutama Amerika dan Eropa. Meskipun negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok tengah di jalur cepat dalam pembangunan teknologinya.
ADVERTISEMENT
Alih-alih rendah diri, kita sebagai bangsa Indonesia perlu optimis menatap era ini dan tentunya masa depan. Karena baru-baru ini salah satu putra terbaik bangsa Endang Aminudin Aziz masuk dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh dalam bidang kecerdasan buatan tahun 2024.
Berkat upaya Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi itu berhasil menyelamatkan lebih dari 700 bahasa di Indonesia. Aminudin mengumpulkan data untuk korpus bahasa daerah bagi pengembangan Large Language Model (LLM).
Berkat kerja sama dengan perguruan tinggi, aktivis bahasa daerah, dan masyarakat lokal, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga telah mengembangkan perangkat Al untuk mendeteksi daya hidup bahasa daerah pemetaan bahasa daerah. Lembaga ini memiliki lebih dari 350 kamus bahasa daerah.
ADVERTISEMENT
Badan Bahasa telah melaksanakan beberapa inisiatif penting untuk merevitalisasi bahasa daerah. Pertama, melalui Kajian Vitalitas Bahasa, mereka memetakan daya hidup bahasa daerah berdasarkan jumlah penutur dan penggunaan bahasa tersebut. Kedua, Peta Bahasa di Indonesia dibuat untuk memetakan sebaran geografis bahasa, dialek, dan subdialek.
Untuk mempermudah proses identifikasi, Aminudin mengusulkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) sebagai solusi. Program ini telah dikembangkan di Badan Bahasa, sehingga tak perlu lagi dilakukan survei lapangan yang mahal. Melalui perangkat yang terhubung internet, masyarakat di daerah dapat menyumbangkan data, seperti rekaman suara, yang akan dianalisis oleh AI.
Ketiga, AI juga berperan dalam penerjemahan bahasa. Dengan adanya data besar dan korpus dari berbagai bahasa daerah, masyarakat dapat dengan mudah memahami dan mempelajari bahasa-bahasa tersebut. Tantangannya terdapat 718 bahasa daerah di Indonesia, sebagian besar kondisinya mengalami kemunduran, kritis, bahkan terancam punah.
ADVERTISEMENT
AI dapat memberikan penjelasan mengenai penggunaan bahasa populer di suatu wilayah. Proses ini didukung dengan pembangunan korpus yang dilakukan bersama Perpustakaan Nasional dan para ahli AI. Semakin besar jumlah data yang dikumpulkan, semakin cerdas AI dalam memberikan penjelasan yang sesuai dengan konteks.
Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lentera. Seperti itulah kita ketika menghadapi begitu kuatnya teknologi mempengaruhi kehidupan. Tak hanya itu bangsa Indonesia perlu bangga dan bergembira karena sejak 2023, Bahasa Indonesia disetujui untuk dapat digunakan sebagai salah satu bahasa resmi dalam Sidang Umum UNESCO.
Pencapaian tersebut didukung berbagai kegiatan diplomasi budaya Indonesia yang efektif, salah satunya melalui program pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Tercatat, saat ini ada 56 negara yang memiliki program BIPA. Ke depanya diharapkan bahasa Indonesia dapat diajarkan di lebih banyak negara lagi.
ADVERTISEMENT