Konten dari Pengguna

Bukan Pengawet, Ini Sebab Makanan Kaleng Bisa Bertahan Hingga 2 Tahun

Rizki Dwi Setiawan
Dosen Departemen Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Universitas Andalas dan Praktisi Industri Pangan
21 September 2024 14:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Dwi Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat kita membeli makanan kaleng di supermarket, mungkin muncul pertanyaan: bagaimana mungkin makanan di dalam kaleng tersebut bisa bertahan hingga dua tahun atau lebih tanpa basi? Apakah makanan ini penuh dengan pengawet?
ADVERTISEMENT
Ternyata, rahasianya bukanlah pada pengawet kimia, melainkan pada proses pengolahan dan pengemasan yang sangat terkontrol.
Proses Pengalengan: Kunci Keamanan dan Daya Tahan
Makanan kaleng, atau yang sering disebut makanan steril komersial siap saji, melalui dua proses utama yang membuatnya mampu bertahan lama yaitu sterilisasi termal dan pengemasan kedap udara. Setelah makanan dimasukkan ke dalam kaleng, produk ini dipanaskan pada suhu tinggi dalam jangka waktu tertentu melalui proses yang dikenal sebagai sterilisasi komersial. Suhu yang digunakan bisa mencapai 121,1°C atau lebih, tergantung pada jenis makanan yang diolah. Pada suhu tersebut, bakteri patogen seperti Clostridium botulinum, yang bisa menyebabkan botulisme, dimusnahkan. Bahkan, spora bakteri yang lebih tahan terhadap suhu tinggi pun bisa dibasmi.
ADVERTISEMENT
Sterilisasi ini dilakukan menggunakan alat khusus seperti autoklaf atau retort, yang memanfaatkan uap bertekanan tinggi untuk memastikan makanan benar-benar steril. Dengan begitu, makanan di dalam kaleng menjadi aman untuk disimpan dan dikonsumsi dalam waktu lama tanpa memerlukan bahan pengawet.
Pengemasan Kedap Udara: Penghalang Terhadap Kontaminasi
Sterilisasi saja tidak cukup. Agar makanan kaleng benar-benar tahan lama, pengemasan kedap udara menjadi faktor krusial. Dengan menghilangkan udara, terutama oksigen, lingkungan di dalam kaleng menjadi tidak kondusif bagi bakteri atau mikroorganisme untuk tumbuh.
Oksigen juga dikenal sebagai penyebab utama proses oksidasi pada makanan, yang membuatnya cepat basi atau rusak. Oleh karena itu, pengemasan yang kedap udara mampu memperlambat proses oksidasi dan memastikan makanan tetap segar meski disimpan dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Tanpa Pengawet, Tetap Aman dan Tahan Lama
Salah satu keunggulan makanan kaleng dibandingkan dengan metode pengawetan lainnya adalah tidak dibutuhkannya pengawet kimia tambahan. Karena proses sterilisasi dan pengemasan sudah sangat efektif dalam menjaga kebersihan dan keamanan makanan, penggunaan pengawet tidak diperlukan. Inilah yang membuat makanan kaleng berbeda dari produk lain yang sering menggunakan pengawet untuk memperlambat pertumbuhan mikroorganisme atau mencegah oksidasi.
Selain itu, kaleng itu sendiri berfungsi sebagai pelindung fisik dari faktor eksternal seperti cahaya, udara, dan kelembapan, yang bisa merusak makanan. Dengan begitu, makanan tetap steril dan aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Apa Itu Fâ‚€ dan Pentingnya dalam Proses Sterilisasi
Untuk memastikan efektivitas proses sterilisasi, ada satu parameter penting yang harus diperhatikan, yaitu nilai kecukupan panas (Fâ‚€). Fâ‚€ menunjukkan seberapa efektif suatu produk dipanaskan untuk mencapai sterilisasi yang cukup, khususnya dalam membunuh bakteri spora.
ADVERTISEMENT
Nilai F₀ diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu tertentu (biasanya 121,1°C) dan seberapa lama makanan dipanaskan pada suhu tersebut. Semakin tinggi nilai F₀, semakin efektif proses sterilisasi dalam membunuh mikroorganisme. Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menetapkan standar F₀ minimal sebesar 3 untuk produk makanan kaleng, meski angka ini bisa bervariasi tergantung pada jenis makanan dan tingkat keasamannya (pH).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Makanan Kaleng
Meskipun makanan kaleng bisa bertahan hingga 2 tahun atau lebih, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketahanannya. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Kondisi Penyimpanan
Makanan kaleng sebaiknya disimpan di tempat sejuk dan kering, jauh dari sinar matahari langsung. Panas dan kelembapan bisa mempercepat kerusakan kaleng dan menurunkan kualitas makanan.
ADVERTISEMENT
2. Kondisi Fisik Kaleng
Pastikan kaleng tidak penyok atau rusak. Kaleng yang penyok dapat menyebabkan kebocoran udara, yang berpotensi merusak sterilisasi dan menyebabkan kontaminasi.
3. Tanda-Tanda Kerusakan
Selalu periksa tanda-tanda kerusakan seperti kaleng yang menggembung, bocor, atau berkarat. Kaleng yang menggembung adalah tanda adanya kontaminasi mikroorganisme, dan makanan di dalamnya tidak boleh dikonsumsi.
Jenis Makanan yang Cocok untuk Pengalengan
Tidak semua makanan cocok untuk diawetkan dalam kaleng. Makanan dengan kadar air tinggi dan rendah asam, seperti sayuran, daging, ikan, dan produk susu, membutuhkan sterilisasi yang lebih ketat agar aman disimpan dalam waktu lama. Sementara itu, makanan asam seperti buah-buahan, saus tomat, dan acar lebih tahan terhadap pertumbuhan bakteri dan bisa diawetkan dengan proses yang lebih sederhana.
ADVERTISEMENT
Ketahanan makanan kaleng hingga dua tahun atau lebih bukanlah hasil dari penggunaan pengawet, melainkan dari proses pengolahan dan pengemasan yang sangat teliti. Dengan kombinasi sterilisasi termal yang efektif dan pengemasan kedap udara, makanan di dalam kaleng tetap steril dan aman dikonsumsi untuk jangka waktu lama. Oleh karena itu, makanan kaleng menjadi pilihan praktis dan aman untuk keperluan penyimpanan jangka panjang tanpa perlu tambahan bahan pengawet kimia.
Jika disimpan dan dikonsumsi dengan tepat, makanan kaleng adalah salah satu solusi terbaik untuk memastikan makanan tetap segar, bernutrisi, dan aman dari bakteri tanpa harus bergantung pada pengawet.