Konten dari Pengguna

Pentingnya Penerapan Hidup Sederhana bagi Remaja untuk Kesejahteraan Bangsa

Rizki Fadhli
Mahasiswa Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
27 Mei 2023 10:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Fadhli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi remaja bermain sosial media. Foto: Rawpixel.com/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja bermain sosial media. Foto: Rawpixel.com/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketika masih berusia remaja, seseorang seringkali salah paham tentang hidup sederhana. Hidup sederhana tidak selalu berhubungan tentang materi, penampilan, atau gaya hidup yang dimiliki saja, namun juga tentang cara menjalani kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Di era globalisasi ini banyak remaja yang kurang mempedulikan bagaimana sesungguhnya hidup yang baik bagi kehidupannya. Pola hidup merupakan kebiasaan yang terus menerus digunakan oleh manusia untuk kepentingan sendiri maupun untuk orang lain.
Kita ketahui bahwa usia remaja berada pada usia peralihan atau transisi. Mereka tidak lagi merasa menjadi anak-anak, tetapi mereka belum mampu untuk untuk memegang tanggung jawab seperti orang dewasa.
Pada masa transisi ini remaja menjadi aktif dan agresif untuk mengetahui segala hal. Keadaan tersebut merupakan adanya pertumbuhan, perkembangan dan pembentukan yang ada pada jiwa remaja.
Ilustrasi remaja bernyanyi di taman. Foto: Tom Wang/Shutterstock
Kondisi demikian menyebabkan remaja mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Remaja selalu tertarik dan cenderung untuk mengadopsi hal-hal yang baru baik di lingkungan sekitar tempat tinggalnya terutama sekali semenjak era globalilasi.
ADVERTISEMENT
Kemudian perkembangan fisik yang pesat menyebabkan remaja cenderung untuk berupaya tampil semenarik mungkin, baik dalam pergaulan terhadap sesama jenis, lawan jenis, maupun dengan masyarakat luas pada umumnya.
Remaja yang mempunyai kecenderungan untuk mengikuti trend mudah tersugesti oleh pesan-pesan yang disampaikan oleh iklan. Kebanyakan remaja mengkonsumsi suatu bukan saja karena manfaatnya, melainkan karena memang produk-produk tersebut menampilkan trend atau teknologi baru yang mereka lihat di media massa.
Contoh trend terbaru adalah rela melakukan pinjaman online demi membeli tiket konser Coldplay yang harganya dari jutaan sampai puluhan juta rupiah demi memenuhi gaya hidup. Hal inilah yang melahirkan budaya hidup hedonisme yang mana hal tersebut bukanlah budaya bangsa Indonesia.
Ilustrasi pria menemani wanita belanja. Foto: Elnur/Shutterstock
Oleh karena itu, penerapan pola hidup sederhana dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam melawan dampak negatif globalisasi untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan dampak positif menerapkan pola hidup sederhana di antaranya: mengurangi konsumsi berlebihan, mengurangi stres, mengembangkan prioritas yang jelas, kesadaran lingkungan, meningkatkan kemandirian, kreativitas, hubungan sosial, keberlanjutan ekonomi dan masih banyak lagi dampak positif lainnya.
Dengan menerapkan hidup sederhana sejak remaja, individu akan membentuk pola pikir dan perilaku yang baik sepanjang hidup mereka.
Pola kehidupan sederhana dapat membuat remaja selalu semangat dalam menjalani hari-harinya. Selain itu, hidup sederhana juga lebih mudah merasa bahagia dan menularkannya pada orang lain yang mungkin juga membutuhkan kebahagian. Ini akan berdampak positif pada kesejahteraan mereka secara pribadi dan juga pada kemajuan dan keberlanjutan bangsa secara keseluruhan.

Remaja dan Korupsi

Ilustrasi Korupsi. Foto: Indra Fauzi/kumparan
Korupsi telah dinyatakan sebagai kejahatan luar biasa. Hal ini karena dampak perilaku korup yang telah menjangkau seluruh aspek kehidupan bangsa, sehingga semua sektor kenegaraan mengalami kerusakan.
ADVERTISEMENT
Dampak korupsi dapat dibuktikan dengan angka pengangguran yang tinggi, tingkat pendidikan yang rendah, angka putus sekolah yang tinggi, kualitas kesehatan masyarakat masih buruk, pendapatan per kapita masih rendah, kriminalitas yang tinggi, daya beli masyarakat di daerah yang rendah dan kualitas sektor industri yang masih buruk (KPK, 2014: 36-37). Jika kondisi ini dibiarkan, negara dapat menuju arah kehancuran.
Di zaman yang kian sibuk dan kompetitif ini, nilai-nilai materialisme kian mengemuka. Uang tidak lagi sekadar menjadi alat untuk mempermudah hidup, melainkan sudah menjadi ukuran tentang sejauh mana hebat atau kayanya seseorang.
Maka uang tidak lagi menjadi budak kita, tetapi sudah menjadi majikan kita. Orang-orang pun berlomba untuk memperoleh sebanyak mungkin uang dengan segala cara. Sampai-sampai ada pandangan kaya itu mulia, dan bagaimana kekayaan itu diperoleh tidak lagi terlalu penting.
Ilustrasi Jual-Beli Properti. Foto: Shutterstock
Kalau di dunia usaha, kita semua maklum itu sudah dari dulu, meskipun banyak juga pengusaha yang tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral. Tapi kalau pandangan itu juga dianut oleh para pemegang mandat rakyat, baik itu di eksekutif, legislatif maupun yudikatif, maka menjadi sangat berbahaya karena akan memacu korupsi.
ADVERTISEMENT
Para pelaku korupsi di kalangan orang dewasa pada awalnya adalah remaja yang gagal dalam penerapan pola hidup sederhana pada masa remajanya sehingga melahirkan perilaku koruptif.
Hal ini karena perilaku koruptif merupakan benih terjadinya tindak pidana korupsi. Penyebab munculnya perilaku koruptif pada remaja adalah tiadanya karakter jujur dalam diri remaja. Ketidakjujuran siswa salah satunya adanya mengenai kecurangan dalam Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
Pada UTBK/SNBT 2023 Pengguna Twitter membagikan adanya dugaan kecurangan peserta UTBK yang terjadi di Pusat UTBK Universitas Sumatera Utara (USU) dengan membawa alat elektronik ke dalam ruang ujian.
Ilustrasi korupsi. Foto: Shutter Stock
Wakil Rektor bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Kealumnian USU, Edy Ikhsan membenarkan kejadian itu. Ia menjelaskan temuan tindak kecurangan tersebut pertama kali ditemukan oleh pengawas ruangan yang mencurigai tindak tanduk peserta yang mencurigakan.
ADVERTISEMENT
Kita semua tahu, korupsi adalah kanker sosial dan ekonomi. Tidak ada negara yang bisa maju kalau dijerat korupsi. Negara kapitalis bisa maju, dan ternyata negara komunis pun bisa, asalkan korupsinya dikendalikan.
Tapi di negara teokratis (berdasarkan agama) pun pasti bangkrut kalau korupsi merajalela. Bersih-tidaknya remaja sebagai penerus masa depan bangsa dan negara sesungguhnya lebih penting ketimbang struktur kenegaraan dalam menentukan maju-tidaknya negara yang bersangkutan.
Kalau kita mau sejenak menengok sejarah, ternyata ada teladan-teladan nyata yang secara jelas menunjukkan hidup bisa dinikmati secara bersahaja.
com-Ilustrasi menolak korupsi Foto: Shutterstock
Para petinggi Republik yang memilih hidup sederhana, bersih, jujur, dan antikorupsi, tentu saja harus rela hidup sederhana bahkan serba lebih terbatas secara materi.
Namun kenyataannya hal itu sama sekali tidak mengurangi, malah sebaliknya menambah, kemuliaan mereka. Para pejabat korup bukan cuma tidak berguna, tapi mereka sesungguhnya bagian dari persoalan bangsa.
ADVERTISEMENT
Dengan tidak mengejar-ngejar materi, para tokoh bangsa sederhana ini pun menjadi bagian dari solusi, kekuatan murni yang mendekatkan rakyat Indonesia ke cita-cita Proklamasi, yakni Masyarakat Adil dan Makmur.