Konten dari Pengguna

Digital Diplomasi: Memperluas Aktor Dalam Diplomasi Internasional

Rizki Faisal Ali
Mahasiswa Magister Hubungan Internasional Peminatan Digital Transformation and Competitiveness Universitas Gadjah Mada
31 Agustus 2023 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Faisal Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi diplomasi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi diplomasi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gaya diplomasi sekarang mempunyai banyak opsi, diplomat dulu datang ke sebuah konferensi untuk menggungkapkan kepentingannya secara tradisional tetapi sekarang banyak sekali alat dan opsi bagaimana diplomat mencapai kepentingan negaranya. Sasaran berdiplomasi bukan hanya aktor negara tetapi lebih kompleks lagi. Diplomasi modern skupnya dapat vertikal dan horizontal. Bukan hanya seorang pemimpin yang dapat merepresentasikan kepentingan tetapi semua aktor di ranah internasional. Target diplomasi sekarang bukan tradisional tetapi ada ekonomi dan sosial. Contohnya diplomasi lingkungan 1972 Stockholm UN yang hanya memancing 2 pemimpin, tetapi pada tahun 2009 di konferensi partai di Copenhagen yang menghadirkan 100 yang didalamnya 20 anggota langsung bernegosiasi yang melibatkan Pemimpin AS Presiden Obama yang intens dengan melibatkan para pemimpin dari selatan (Cooper, Heine, and Thakur 2013). Ada juga saat Fifa World Cup diselenggarakan yang dimana banyak aktor negara terlibat. Peran diplomat dalam ranah internasional mempunyai peran yang sentral tetapi bukan hanya untuk menjalin kerja sama dengan negara lain, tetapi mereka mengenalkan dan mempromosikan produk-produk apa saja dari negaranya di kancah internasional. Menyusun strategi dalam isu-isu baru penting sekali untuk diplomat yang membutuhkan waktu.
Illustrasi perusahan-perusahaan besar. Foto: Unsplash
Pada diplomasi modern ini diplomat mempunyai banyak sekali opsi dan alat dalam mewakilkan negaranya. Contohnya lagi seperti saat Obama mengunjungi negara-negara di Asia, dia jelas sekali ingin membuka pasar untuk produk-produk negaranya dan membuka lapangan pekerjaan di AS, tetapi dia juga akan membantu produk-produk dari negara lain untuk masuk pasarnya yang hubungannya antara negara dengan perusahaan dan SME (Cooper, Heine, and Thakur 2013). Perusahaan-perusahaan besar juga mempunyai peran besar dalam menjalin diplomasi di ranah internasional seperti perannya CEO. Diplomat diharapkan memiliki peran untuk memecahkan masalah yang sangat kompleks antar negara karena mereka dipilih sebagai orang yang kompeten yang mempunyai nilai tinggi dalam memecahkan masalah.
Illustrasi diplomasi level individu. Foto: Pixabay
Tetapi pada masa sekarang sebenarnya peran apa yang dijalankan oleh seorang diplomat, yang pasti dia bukan hanya untuk membuka hubungan secara resmi dari negara tetapi untuk berbagai entitas di level internasional. Menurut Barston dalam (Cooper, Heine, and Thakur 2013) bahwa “diplomat fokus pada mengelola hubungan antara aktor negara dan non-negara”. Ada juga yang berpendapat bahwa diplomasi ini bukan hanya dilakukan oleh negara dan organisasi, tetapi sampai pada skup kecil yaitu individual dan kelompok yang mempunyai ketertarikan dalam isu-isu tertentu. Apabila level individual saja sudah masuk dalam ranah diplomasi, tetapi apakah mereka akan menjadi bagian dari diplomasi negara karena pasti sebagian dari mereka akan menjadi oposisi dari proses diplomasi negara. Seperti yang kita ketahui diplomasi di level non-negara sekarang sudah mempunyai pengaruh yang lebih besar pada bisnis dan masyarakat seperti perusahaan-perusahaan besar dan selebriti, tetapi apakah mereka bagian dari diplomasi negara atau mereka secara natural adalah diplomasi itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Tujuan negara secara natural untuk menjual brand mereka seperti Al-Jazeera media dari Qatar. Diplomasi pada dulu hanya berfokus pada metode bukan tujuan karena di masa depan akan datang berbagai macam jenis masalah yang harus diselesaikan. Transparansi juga kurang seperti saat masalah kesehatan SARS 2003 dan Covid-19 muncul (Cooper, Heine, and Thakur 2013). Kita terus mencari cara bagaimana cara menyelesaikan masalahnya tetapi tidak menentukkan tujuan yang jelas. Pada masa diplomasi modern ini pemerintah bukan lagi aktor tunggal yang menciptakan masalah dan solusinya. Berbagai macam aktor muncul untuk menyelesaikan masalah di ranah internasional yang bagian dari diplomasi karena apabila pemerintah sendiri menyelasaikan masalahnya, mereka tidak mampu karena pendekatan mereka pada sosial dan bisnis kurang.
Illustrasi cybersecurity. Foto: Unsplash
Apabila antar aktor di masa diplomasi modern sangat terbuka, itu dapat membuka ancaman dan peluang. Pemerintah membuka layanan yang lebih, bukan hanya untuk memenangkan kepentingan nasionalnya tetapi masyarakatnya juga seperti bencana tsunami 2004 dan krisis politik 2011 di Libya yang membuat beban negara menjadi lebih besar (Cooper, Heine, and Thakur 2013). Apalagi sekarang informasi yang terbuka, berbagai macam pendekatan dilakukan seperti para diplomat ingin lebih menggunakan teknologi untuk kepentingan negaranya tetapi ancaman cybersecurity membayangi mereka. Ancaman seperti itu masih bias karena kita belum tahu siapa yang menyerang dan mereka menyerang dari jarak sangat jauh yang tidak kita ketahui tidak seperti masalah yang nyata terlihat. Ini menjadi tantangan yang baru bagi level diplomasi negara. Gaya diplomasi sekarang bukan negara dengan negara atau kepentingan nasional bertemu dengan kepentingan nasional, individual dan group interest masuk didalamnya yang bagian dari diplomasi
ADVERTISEMENT
Sumber:
Cooper, Andrew Fenton, Jorge Heine, and Ramesh Thakur. 2013. The Oxford Handbook of Modern Diplomacy. Oxford: Oxford University Press. https://books.google.co.id/books?id=e4xKXDiwz0AC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=twopage&q&f=false.