Konten dari Pengguna

Guru Honorer Bukan Bekerja, Ia Mengabdi untuk Pendidikan Indonesia

Rizki Feby Wulandari
Penulis lepas.
2 Mei 2024 17:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Feby Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aksi demo guru honorer di depan DPR, Senin (6/11/2023). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Aksi demo guru honorer di depan DPR, Senin (6/11/2023). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Pendidikan; untuk semua orang yang mengusahakan pendidikan semakin baik dan baik ke ke depannya di negeri ini. Bicara tentang pendidikan, tidak afdhol jika guru tidak disenggol. Ujung tanduk Pendidikan siapa lagi jika bukan mereka yang berjuang di akar rumput?
ADVERTISEMENT
Meskipun mereka hanya wayang yang dimainkan pemerintah dengan segala kebijakannya. Tuan-tuan yang duduk di belakang meja kebijakan, izinkan saya sebagai guru, lebih tepatnya guru honorer untuk mengungkapkan perasaan terpendam.
Silakan dibayangkan, bagaimana perasaan guru honorer yang sama sekali belum diakui meski hanya di pemerintah daerah. Layaknya hubungan yang sedang ngetrend di kalangan kaula muda, Hubungan Tanpa Status (HTS). Guru honorer layaknya menjadi badut dalam suatu hubungan. Ia ada namun tidak dianggap, tidak diakui, tidak diperhitungkan. Kasarnya, ia mereka dipanggil hanya saat dibutuhkan.
Semua orang harus melewati proses pengabdian dulu, iya betul oke. Saya paham, dan mencoba menikmati setiap proses ini dengan Ikhlas hati. Setahun dua tahun, masih okelah. Tapi untuk berlarut dalam ketidakpastian dan diombang-ambingkan, mohon maaf kami juga punya batas bukan kesabaran; melainkan batas waktu dan berbagai keperluan lain yang harus terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Saya guru honorer yang ada di salah satu kota kecil, saya mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar negeri di suatu kecamatan kecil di Kota X. Mengajar, bagi saya adalah cita-cita yang sedari kecil yang saya impikan. Mengajar di sekolah negeri pun saya dedikasikan proses ini untuk pengabdian pada negara pada mulanya.
Meskipun, awal menjadi guru honorer waktu lingkungan dan orang sekeliling saya membuat saya ragu. Banyak teman yang mempertanyakan, yakin jadi guru honorer di sekolah negeri? Bayarannya berapa? Kenapa ga milih swasta aja?
Bahkan saya sempat merasa minder dengan karyawan pabrik; jika disandingkan dengan gaji yang mereka terima. Miris, entah saya yang tidak mensyukuri atau bagaimana yang jelas saya merasa sedih. Sampai kapan mau seperti ini?
ADVERTISEMENT
Ada suatu cerita juga, saat Pemerintah Daerah bagian Disperinaker (Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja) kota saya mengadakan pelatihan keterampilan sebagai bekal wirausaha. Tentu menarik bagi guru honorer untuk menambah penghasilan. Karena miris sekali jika harus mengandalkan honor yang tiap bulannya jauh dari kata pantas,bukan saya tidak mensyukuri, namun kita bicara fakta.
Tibalah di sesi wawancara, ada yang bisa tebak berakhir bagaimana? Yang mewawancarai saya mengatakan, “Mbak kan sudah kerja jadi guru honorer, ini pelatihan keterampilan untuk yang belum punya pekerjaan.”
Sakitttt.
Dengan tegas saya katakan, “Saya belum kerja, Pak. Mengajar dengan status guru honorer itu masuk dalam pengabdian bukan pekerjaan. Jika bekerja, seharusnya saya mendapat gaji yang sebanding dengan apa yang saya kerjakan.”
ADVERTISEMENT
Saya juga dibuat bingung, berkaitan dengan pembaharuan KTP saya dari status mahasiswa jika harus diperbaharui, apakah saya pantas mengaku saya guru dengan status masih honorer? Serba di ambang kebingungan, mau mengaku menjadi guru, tapi kok belum diakui negara.
Kepada Mas Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dan Pak Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas; saya sebagai guru honorer PAI yang belum tercatat di Dapodik merasa mendapat angin segar saat ada info terbuka CPNS 2024 untuk guru tanpa memandang honorer berapa lama. Karena saya tahun lalu belum bisa ikut CPNS 2023 karena ada ketentuan harus K2 (honorer sejak 2005).
Saya tahu pak, semua kebijakan dari bapak yang berada di meja pemerintahan buat itu mengusahakan yang terbaik. Mohon pak, beri kesempatan juga bagi kami sebagai pendidik yang belum terakui ini untuk ikut serta mengasah kemampuan ikut CPNS tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Saya dengar isu yang mematahkan hati guru honorer yang merasa tidak dianggap di negara, bahwa yang boleh ikut CPNS formasi guru hanya mereka yang sudah menamatkan sekolah profesi (PPG). Kami yang serba kurang dan tidak bisa leluasa bergerak ini tidak bisa berkutik pak.
Tolong, Pak. Jangan buat hati guru honorer patah lagi. Apa harus honorer lama baru engkau akui? Apa ingin, sepi jurusan Pendidikan yang ada di negeri ini hanya karena takut tidak diperhatikan negara dengan baik? Jika ingin pendidikan baik, perbaiki dulu nasib guru.