Kisah Saya Ambil Alih Mobil 'Travel' Bandung-Jakarta

Rizki Gaga
Wartawan Tempo 2011 - 2016, Redaktur kumparan 2016 - sekarang. Orang Bandung lulusan Jurnalistik Unpad.
Konten dari Pengguna
2 Juli 2018 5:25 WIB
comment
81
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kemacetan saat mudik. (Foto: Antara/Oky Lukmansyah)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kemacetan saat mudik. (Foto: Antara/Oky Lukmansyah)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Laju mobil berkode CT-91 terhuyung. Kiri, kanan, kiri lagi. Waswas, saya tengok wajah pengemudi. Waduh, matanya hampir tertutup. Kantuknya sudah berat.
ADVERTISEMENT
Ini sekitar pukul 02.50, Senin pertama di Juli 2018. Saya penumpang yang duduk di sebelah si sopir bermata "5 watt".
Mobil ini ada di lajur paling kanan, di tol, kilometer 15 menuju Jakarta. Artinya, sebelah kanan mobil ini adalah tembok seng untuk proyek light rail transit yang SANGAT buahaya.
Lajur ini sempit. Kalau sopir ketiduran (baca tentang microsleep di sini) dan menyerempet seng, pasti ia kaget dan banting setir ke kiri--lalu kemungkinan menyenggol mobil di sebelahnya.
"Pak!" kata saya sambil menepuk pundak pak sopir. Entah siapa namanya, tak ada kartu identitas di dashboard--saya hanya lihat tulisan "airbag".
"Bapak ke kiri. Sekarang," kata saya agar ia ke lajur darurat. Setibanya di bahu jalan, saya bilang, "Bapak duduk di sini (menunjuk kursi saya), saya yang nyopir."
ADVERTISEMENT
Pak sopir nurut. Kami bertukar posisi. Lalu terjadilah pengalaman dahsyat: Menggantikan sopir travel.
Saya lihat arloji, menghitung. Mobil ini berangkat dari Dipatiukur Bandung lima setengah jam sebelumnya. Entah si sopir sudah menempuh berapa rit, tapi yang jelas ia ngantuk (apalagi ia makan nasi di rest area tadi--saya intip).
Mengantuk saat mengemudi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Mengantuk saat mengemudi (Foto: Thinkstock)
(Catatan: Gambar di atas adalah ilustrasi, BUKAN penampakan si pak sopir)
Oke.
Saya masukkan gigi 1, pelan-pelan lepas kopling, rem tangan, sambil injak gas. Gini toh rasanya Toyota Hiace. Torsi mirip Isuzu Panther tapi napasnya lebih panjang (dari dulu memang penasaran, he-he-he).
Bagi orang Bandung yang selalu ke Jakarta via tol Cipularang, pasti hafal rasa pahit macet kala berangkat Ahad malam. Tak ada rekayasa lalu lintas, tak ada pelarangan truk, lalu menggerutu sambil bercanda di Waze.
ADVERTISEMENT
Kalian mau sampai kapan begitu terus? -------> ini pertanyaan untuk kalian juga, bapak pejabat yang terhormat.
Untunglah selama menyetir, tak ada mobil berstrobo dan super berisik kalau enggak dikasih jalan.