Konten dari Pengguna

Belajar Makna Bersyukur dengan Nenek Salimah

7 November 2017 12:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Mubarok tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belajar Makna Bersyukur dengan Nenek Salimah
zoom-in-whitePerbesar
Matahari belum terlihat penuh, namun nenek Salimah sudah bersiap untuk beraktivitas di ladangnya. Ketika kumparan (kumparan.com) menemui dia di daerah Kelurahan Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat pada Selasa (7/10) kami berkesempatan untuk mengikuti kegiatannya selama sehari.
ADVERTISEMENT
Nyai Salimah, begitu dia biasa disapa, merupakan seorang nenek berusia 90 Tahun yang harus mencari nafkah sendiri. Kebutuhan ekonomi memang menjadi faktor utama, selain itu dia juga mengaku melakukan aktivitas fisik tersebut untuk menambah kegiatan.
"Kerja kaya gini karena gak punya uang mas, selain itu daripada bengong di rumah juga gak sehat," Ujar Salimah.
Beliau mengatakan bahwa untuk kebutuhan sehari-hari sejatinya sudah ditanggung anak-anaknya, namun sebagai orang tua dia merasa tidak enak hati apabila ditanggung oleh anak-anaknya, sedangkan di lain sisi anaknya juga tidak bisa dibilang berkecukupan.
"Kalau kebutuhan kaya makan sih ngikut anak mas, tapi gak enak kalau kita diam saja di rumah, anak juga sama-sama susah," ucap Salimah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ibu 7 anak tersebut mengaku merasa kasihan dengan kondisi ekonomi anak-anaknya, bahkan beliau mengungkapkan bahwa sampai saat ini anak-anaknya masih tinggal satu atap dengan dia.
"Saya tadinya punya anak 12, terus sisa 7. Sisa 7 aja masih ngikut saya semua, padahal udah pada punya anak mereka, gede-gede lagi," Ucap Salimah.
Selain menggarap tanah milik PEMDA, sebelumnya Salimah juga sempat menjual sayuran, namun karena masalah umur akhirnya dia memutuskan untuk tidak berjualan lagi.
"Kalau dulu jualan sayuran juga mas, di gendong sayurannya. Sekarang karena udah tua, gak kuat lagi ke pasarnya," tambah Salimah.
Salimah tidak pernah mengeluh dengan keadaannya, ketika saya berbincang dengan dia, selalu ada tawa yang tergurat di wajahnya yang sudah keriput itu, dia juga mengaku selalu menerima apa yang di tetapkan oleh Tuhan, yang terpenting dia sudah berusaha.
ADVERTISEMENT
"Rejeki dari mana saja, kadang juga tetangga ada yang bantu ngasih makanan, ngasih bahan makanan, yang penting bersyukur saja," ucap Salimah.
Dari nenek Salimah sejatinya kita bisa belajar, belajar berani untuk hidup, belajar bersyukur terhadap hidup kita.