Konten dari Pengguna

Tantangan Indonesia Dalam Menarik Investasi Asing: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Rizki Pradipto Widyantomo
Central Banker at Bank Indonesia
29 Juli 2024 17:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Pradipto Widyantomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : shutterstock

Investasi asing menjadi salah satu aspek penting dalam pengembangan ekonomi nasional di Indonesia. Kolaborasi antara kementerian terkait menjadi aspek penting untuk menarik investasi asing.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam era globalisasi, perdagangan dan investasi memainkan peran krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, efektivitas upaya Bank Indonesia (BI) dan kementerian terkait, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dalam meningkatkan daya saing perdagangan dan menarik investasi asing ke Indonesia patut dipertanyakan. Pertanyaannya adalah seberapa jauh inisiatif ini telah benar-benar mendukung ekonomi nasional dan apa saja yang masih perlu diperbaiki.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, berbagai inisiatif yang diluncurkan oleh Bank Indonesia dan kementerian terkait memang patut diapresiasi. Penyediaan informasi pasar yang relevan dan terkini kepada pelaku usaha, pameran dagang internasional, dan forum investasi merupakan langkah konkret yang dapat menarik minat investor asing. Kebijakan suku bunga rendah dan stabilitas nilai tukar juga memberikan kepastian bagi investor, yang ditambah dengan insentif fiskal seperti tax holiday dan tax allowance.
Namun, data dari Bank Indonesia dan Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan bahwa meskipun nilai ekspor Indonesia meningkat rata-rata 5% per tahun dalam lima tahun terakhir dan investasi asing langsung (FDI) menunjukkan pertumbuhan sebesar 7% per tahun, hasil ini tidak terlepas dari tantangan yang signifikan. Negara-negara seperti Singapura, Jepang, dan China memang menjadi sumber investasi terbesar, tetapi apakah ini benar-benar mencerminkan kepercayaan yang kuat terhadap perekonomian Indonesia atau hanya manfaat sementara dari kebijakan insentif yang ada?
ADVERTISEMENT
Salah satu masalah utama yang terus menghambat pertumbuhan ekonomi adalah birokrasi yang rumit dan regulasi yang tumpang tindih antara pemerintah pusat dan daerah. Proses perizinan yang panjang dan kompleks seringkali membuat investor enggan untuk berinvestasi. Reformasi birokrasi dan harmonisasi regulasi yang dijanjikan tampaknya masih berjalan lambat, dan ini menjadi tantangan utama yang harus diatasi.
Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan juga menjadi kunci untuk mendukung distribusi barang dan jasa. Namun, investasi dalam infrastruktur digital masih jauh dari cukup untuk menghadapi era Industri 4.0. Tanpa infrastruktur yang memadai, daya saing Indonesia di pasar global akan sulit meningkat, dan ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan terampil adalah aset berharga dalam menarik investasi di sektor-sektor berteknologi tinggi. Program pelatihan dan pendidikan vokasional harus diperkuat untuk menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan industri modern. Sayangnya, upaya dalam pengembangan SDM sering kali tidak selaras dengan kebutuhan industri, menyebabkan ketidaksesuaian antara kualifikasi tenaga kerja dan permintaan pasar.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta memang harus terus ditingkatkan. Namun, pemerintah perlu lebih responsif terhadap masukan dari pelaku usaha dan investor untuk menciptakan kebijakan yang lebih efektif. Reformasi birokrasi, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan SDM adalah tiga pilar utama yang harus diperkuat.
Pada akhirnya, keberhasilan dalam menarik investasi dan meningkatkan perdagangan tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun, tanpa komitmen yang kuat dan langkah yang lebih progresif, upaya yang dilakukan saat ini mungkin hanya akan menghasilkan manfaat jangka pendek tanpa memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Sebagai kritikus ekonomi, saya percaya bahwa ada banyak hal yang masih perlu dibenahi untuk menciptakan iklim perdagangan dan investasi yang benar-benar kondusif.
ADVERTISEMENT