Konten dari Pengguna

Museum Keris Nusantara: Pelestarian Budaya Melalui Pariwisata

Rizki Prajna siwi
Mahasiswa UGM Fakultas Ilmu Budaya Prodi Pariwisata Semester 1
27 November 2024 13:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Prajna siwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pengalaman saya berkunjung ke Museum Keris Nusantara bermula dengan tugas observasi pengelolaan destinasi wisata, awalnya saya memilih Kampung Batik. Namun, karena sedang ada perbaikan, saya memutuskan untuk singgah ke Museum Keris yang bahkan baru pertama kali saya dengar.  
ADVERTISEMENT
Museum keris sendiri merupakan fasilitas yang bertujuan memperkenalkan kebudayaan Keris yang dibangun oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman sejak 2013 yang diresmikan oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo pada tanggal 9 Agustus 2017. Museum ini merupakan tindak lanjut dari diakuinya keris Indonesia oleh UNESCO sebagai warisan budaya. Bisa dibilang keris tidak hanya peninggalan budaya bersifat bendawi. Tetapi juga,terdapat unsur non-bendawi yaitu berupa filosofi bentuk keris, identitas dan status sosial pemilik, serta harapan dan keberanian yang terkandung dalam sejarah atau cerita di balik keris. 
Sebagai upaya pelestarian kebudayaan. Museum ini menyimpan sekitar 400 keris dan proses untuk menyumbangkan keris ke dalam museum ini akan diseleksi terlebih dahulu oleh dewan kurator. Daya tarik dari museum ini sendiri adalah ornamen khas budaya Jawa pada arsitektur bangunannya berupa ukiran kayu emas, gebyok, dan wayang. Selain itu, terdapat keris milik presiden Joko Widodo yaitu keris Kyai Tenggoro yang melambangkan Pancasila dan pamor wengkon sebagai simbol perlindungan, serta sarung merah yang menggambarkan perjuangan. Serta, berbagai koleksi keris yang memiliki sejarah menarik. Sebagai contoh, terdapat sebuah keris dengan jejak darah yang masih terlihat, karena dahulu digunakan untuk membunuh musuh.
Noda darah pada koleksi keris (dokumen pribadi).
Keris Kyai Tenggoro (dokumen pribadi).
Aksesibilitas untuk mencapai museum ini sangat mudah. Dapat menggunakan transportasi pribadi maupun umum. Jarak dari Stasiun Balapan sendiri relatif dekat hanya sejauh 2,5 km yang dapat ditempuh kurang lebih 9 menit. Museum ini buka setiap hari Senin hingga Minggu, kecuali pada hari Jumat. Jam operasionalnya dimulai pukul 09.00 hingga 15.00.
ADVERTISEMENT
Setibanya di lokasi, kesan pertama yang muncul adalah tempat ini benar-benar dikelola dengan baik. Ambiens yang tercipta sangat menyatu dengan koleksi mereka, yaitu keris. Bergegaslah saya ke loket tiket, di mana saya sebagai mahasiswa hanya dikenakan tarif sebesar Rp7.500.  
Selama berkunjung saya menyadari bahwa tanpa pendampingan pemandu wisata, museum terasa membosankan. Tanpa informasi yang mendalam, koleksi keris hanya menyuguhkan kepuasan visual saja. Untungnya, museum ini menyediakan layanan pemandu wisata secada gratis.
Menjadi pemandu wisata juga tidaklah mudah. Sebut saja pemandu ini Mas X. Seorang pemandu bukan hanya sekedar menyampaikan informasi terkait koleksi, tetapi juga harus mampu menciptakan penyampaian informasi yang interaktif kepada wisatawan sehingga mereka tidak merasa bosan. Menurut saya, Mas X sangat berhasil menghidupkan cerita dibalik setiap koleksi keris.
ADVERTISEMENT
Fasilitas pada museum ini cukup memadai. Terdapat AC di setiap lantai dan ruangan, tempat parkir, mushola, serta kamar mandi di setiap lantai. Selain itu, isu penyediaan sarana dan prasarana disabilitas juga diperhatikan di sini. Terdapat ramp untuk akses kursi roda, kursi roda yang disediakan, serta lift untuk memudahkan penyandang disabilitas menjangkau lantai atas. Fasilitas ini menunjukkan adanya komitmen untuk menciptakan ruang wisata yang inklusif.
Fasilitas pendukung lainnya adalah toko souvenir yang menjajakan cinderamata berupa gantungan kunci, kaos, dan sandal dengan nuansa Museum Keris. Keberadaan toko ini memenuhi aspek something to buy pada destinasi wisata sehingga memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk membawa  pulang buah tangan dari museum.
Sayangnya, meskipun fasilitasnya lengkap. Museum ini masih sepi pengunjung. Salah satu penyebabnya adalah stereotip bahwa keris berkaitan dengan hal-hal magis. Selain itu, minat masyarakat terhadap keris kini cenderung berkurang, umumnya hanya dari kalangan penempa keris atau akademisi yang tertarik pada sejarah di balik keris. Oleh karena itu, saya menilai museum ini lebih cocok dikategorikan sebagai wisata edukasi sejarah.  
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi tantangan ini, Museum Keris sudah cukup aktif dalam mempublikasikan destinasi wisatanya. Salah satunya melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok yang cukup aktif dan mengikuti tren zaman sekarang. Selain itu, melalui event seperti malam satu Suro di mana koleksi keris akan dimandikan di keraton Surakarta dan agenda rutin akhir bulan di mana pihak dari museum mengadakan pembuatan keris yang melibatkan wisatawan secara langsung.
Secara keseluruhan, Museum Keris memberikan pengalaman edukatif yang menyenangkan, terutama dengan dukungan pemandu wisata yang informatif dan fasilitas yang lengkap. Sebagai simbol budaya keris layak untuk mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Dengan menciptakan atraksi interaktif dan promosi yang tepat, museum ini dapat berpotensi untuk menjadi destinasi wisata edukasi yang populer.
ADVERTISEMENT