Konten dari Pengguna

Profesi Pustakawan : Antara Ada dan Tiada

Rizki Akbar Abadi
Freshgraduate Librarian at Airlangga University
13 Februari 2025 22:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Akbar Abadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dokumentasi Pribadi : Kegiatan Shelving Koleksi Perpustakaan.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi : Kegiatan Shelving Koleksi Perpustakaan.
Hingga saat ini, banyak orang masih beranggapan bahwa pustakawan hanya bertugas di perpustakaan dan menjaga buku di rak. Padahal, cakupan kerja pustakawan jauh lebih luas. Dari pengolahan bahan pustaka, preservasi koleksi, literasi informasi, hingga pengelolaan data digital—semuanya membutuhkan keahlian khusus. Sayangnya, apresiasi terhadap peran ini masih sangat minim. Banyak institusi yang belum menyadari bahwa perpustakaan bukan sekadar ruang baca, melainkan pusat informasi yang dapat mendukung pendidikan dan penelitian. Bahkan, ironisnya, di beberapa institusi nakal, pustakawan hanya direkrut demi memenuhi persyaratan akreditasi. Cukup ironis memang, namun hal tersebut tampaknya sudah lumrah dan marak terjadi di institusi pendidikan.
ADVERTISEMENT

Pustakawan: Lebih dari Sekadar Penjaga Buku

Sebagian besar masyarakat masih memandang perpustakaan sebagai tempat yang sunyi dengan rak-rak penuh buku, dan pustakawan sebagai penjaga yang hanya mencatat peminjaman serta pengembalian koleksi. Pandangan ini harus diubah. Di balik kesunyian perpustakaan, pustakawan bekerja keras mengelola informasi agar dapat diakses dan dimanfaatkan oleh pengguna secara maksimal.
Seorang pustakawan memiliki peran penting dalam manajemen informasi. Mereka bertanggung jawab atas katalogisasi dan klasifikasi koleksi, memastikan bahwa setiap bahan pustaka dapat ditemukan dengan mudah oleh pengguna. Selain itu, pustakawan juga mengelola koleksi digital, mendigitalkan naskah-naskah penting, serta merancang sistem pencarian data yang efektif. Tanpa pustakawan, sistem pengelolaan informasi di banyak institusi akan berantakan dan menyulitkan pencarian sumber yang valid.
ADVERTISEMENT

Tantangan Pustakawan di Era Digital

Era digital membawa tantangan tersendiri bagi dunia perpustakaan dan kepustakawanan. Dengan akses internet yang semakin mudah, banyak yang merasa perpustakaan sudah tidak relevan lagi. Padahal, peran pustakawan justru semakin dibutuhkan dalam menghadapi banjir informasi (information overload), memilah sumber terpercaya, serta mengajarkan literasi digital kepada pengguna. Tanpa pustakawan, pencarian informasi bisa menjadi tidak terarah dan rentan terhadap misinformasi.
Pustakawan juga memiliki peran dalam mengembangkan repositori institusional, yaitu platform digital yang menyimpan dan mengelola karya akademik, penelitian, dan publikasi ilmiah. Dengan demikian, perpustakaan bukan hanya menjadi tempat penyimpanan buku fisik, tetapi juga pusat dokumentasi dan penelitian berbasis digital.

Minimnya Apresiasi terhadap Profesi Pustakawan

Salah satu tantangan terbesar dalam profesi pustakawan adalah kurangnya apresiasi terhadap peran mereka. Banyak institusi yang masih menganggap perpustakaan sebagai unit pendukung yang tidak memerlukan perhatian lebih. Hal ini menyebabkan rendahnya kesejahteraan pustakawan, terbatasnya anggaran untuk pengembangan perpustakaan, serta kurangnya dukungan untuk peningkatan kompetensi pustakawan.
ADVERTISEMENT
Di beberapa tempat, pustakawan hanya dianggap sebagai tenaga administratif yang sekadar mengurus peminjaman dan pengembalian buku. Padahal, di negara-negara maju, pustakawan memiliki posisi strategis dalam dunia akademik dan profesional. Mereka tidak hanya menjadi pengelola informasi, tetapi juga berperan dalam penelitian, pengarsipan, hingga pengembangan sistem informasi.

Membangun Kesadaran akan Pentingnya Peran Pustakawan

Untuk meningkatkan apresiasi terhadap profesi pustakawan, perlu ada perubahan paradigma di masyarakat dan institusi terkait. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
ADVERTISEMENT
Selain itu, pustakawan juga harus lebih aktif dalam mengembangkan program literasi informasi, membantu masyarakat memahami cara memilah sumber yang valid, serta mengedukasi tentang pentingnya hak cipta dan akses terbuka dalam dunia akademik. Selama informasi tetap menjadi "kebutuhan" manusia, pustakawan akan selalu memiliki tempat. Kini saatnya pustakawan bangkit dan menunjukkan eksistensinya sebagai garda terdepan dalam pengelolaan informasi dan literasi digital.