news-card-video
7 Ramadhan 1446 HJumat, 07 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Ramadhan dan Kenaikan Harga: Solusi atau Kebiasaan Ekonomi yang Tidak Tersentuh?

Rizkiani Iskandar
Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako
27 Februari 2025 16:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizkiani Iskandar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pedagang sembako di pasar. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang sembako di pasar. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setiap tahun, menjelang bulan suci Ramadhan, fenomena kenaikan harga bahan pokok kembali menjadi perhatian utama. Seperti sebuah siklus yang tak pernah terhindarkan, harga-harga kebutuhan dasar—seperti beras, minyak goreng, daging, telur, cabai, hingga bawang—kembali meroket. Hal ini selalu memicu perbincangan panas di kalangan masyarakat, terutama bagi mereka yang berada di kelas menengah ke bawah. Tetapi, apakah fenomena ini hanya sekadar tradisi ekonomi yang datang setiap tahun, atau ada faktor-faktor mendalam yang menyebabkan harga-harga tersebut melonjak begitu tajam?
ADVERTISEMENT
Pola Kenaikan Harga: Permintaan vs. Spekulasi
Secara teori, hukum ekonomi sederhana menjelaskan bahwa semakin tinggi permintaan, semakin tinggi pula harga barang yang diminta. Selama Ramadhan, konsumsi masyarakat memang meningkat tajam—baik untuk persiapan sahur, buka puasa, maupun kebutuhan lain menjelang Lebaran. Namun, apakah hanya peningkatan permintaan yang menjadi pemicu utama kenaikan harga? Tentu tidak.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa selain faktor permintaan, spekulasi harga oleh pedagang besar dan panjangnya rantai distribusi bahan pokok turut berperan besar. Stok barang yang "tiba-tiba" langka di pasaran sering kali dimanfaatkan oleh distributor untuk menaikkan harga dengan dalih pasokan yang terbatas. Ini memicu keresahan di kalangan konsumen yang harus merogoh kocek lebih dalam untuk barang-barang pokok mereka.
ADVERTISEMENT
Peran Pemerintah dan Solusi yang Dibutuhkan
Menanggapi lonjakan harga yang kerap terjadi, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan dan Bulog biasanya melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga. Meskipun langkah ini terkadang memberikan hasil sementara, efektivitasnya masih sering dipertanyakan. Apakah operasi pasar ini benar-benar mampu menekan harga secara permanen, ataukah hanya solusi yang tidak menyentuh akar masalah?
Penting untuk dicatat bahwa pengawasan distribusi bahan pokok harus lebih diperketat. Penegakan hukum terhadap spekulan yang menimbun barang dan mendistorsi harga harus lebih tegas. Selain itu, penguatan sistem distribusi yang langsung menghubungkan petani atau produsen dengan pasar bisa menjadi solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Dengan sistem distribusi yang lebih efisien, harga bisa lebih terkendali, dan masyarakat pun tak lagi merasa terbebani.
ADVERTISEMENT
Masalah yang Tidak Tersentuh
Meskipun berbagai kebijakan dan upaya telah diterapkan, kenyataannya kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan tetap berulang setiap tahun. Masalah utama yang tidak tersentuh adalah ketimpangan pasokan yang sering terjadi. Sering kali, pasar tidak mampu menyerap pasokan bahan pokok secara merata, yang menyebabkan harga melonjak tajam di beberapa daerah. Bahkan, masalah distribusi yang buruk masih menjadi salah satu penyebab utama kenapa harga-harga bahan pokok terus merangkak naik.
Selain itu, ketergantungan pada kebijakan sementara seperti operasi pasar tanpa solusi struktural yang mendalam membuat fenomena ini seakan menjadi kebiasaan yang tak pernah selesai. Masyarakat pun kembali dihadapkan pada dilema yang sama setiap tahunnya.
Solusi Jangka Panjang: Menyusun Sistem yang Lebih Berkelanjutan
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini secara jangka panjang, pemerintah perlu memperkuat rantai pasok bahan pokok dengan membangun sistem distribusi yang lebih efisien. Menghubungkan petani dan produsen langsung dengan pasar dapat mengurangi ketergantungan pada pihak perantara yang kerap memainkan harga. Selain itu, kebijakan yang lebih transparan dan berkelanjutan dalam mengatur pasokan bahan pokok bisa mengurangi ketidakstabilan harga yang sering terjadi.
Lebih dari itu, perubahan dalam kebijakan ekonomi pangan Indonesia sangat diperlukan. Sistem ekonomi yang berbasis pada stabilitas harga dan kesejahteraan masyarakat harus diutamakan, bukan sekadar mengandalkan kebijakan sementara yang tidak menyentuh akar masalah.
Kesimpulan: Komitmen untuk Solusi yang Nyata
Kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan bukan lagi sekadar fenomena ekonomi tahunan yang bisa dianggap remeh. Masalah ini terus berulang akibat lemahnya pengawasan dan ketimpangan distribusi yang tidak terselesaikan. Pemerintah dan seluruh pelaku ekonomi harus berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga secara berkelanjutan, agar masyarakat, terutama yang kurang mampu, tidak terbebani dalam menjalankan ibadah di bulan suci.
ADVERTISEMENT
Jika tidak ada langkah konkret yang dilakukan, maka tahun depan kita akan kembali menghadapi "tradisi" yang sama: mengeluhkan harga yang terus merangkak naik.