Konten dari Pengguna

Pertobatan Ekologis Dalam Terang Ensiklik Laudato Si'

Rizki Maulana Firdaus
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia
16 Januari 2023 5:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Maulana Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Paus Fransiskus dengan latar perubahan alam. Sumber foto : Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Paus Fransiskus dengan latar perubahan alam. Sumber foto : Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Tepat pada hari Pentakosta tanggal 24 Mei 2015 di Vatikan Paus Fransiskus menerbitkan Ensiklik Laudato Si'. Ensiklik ini secara khusus berbicara tentang perawatan bumi yang menurut bahasa ensiklik itu diartikan sebagai “rumah kita bersama”. Laudato Si’ sendiri merupakan bahasa Italia yang apabila diterjemahkan bermakna “Puji Bagi-Mu” yang sekaligus menjadi kalimat awal pada Ensiklik itu.
ADVERTISEMENT
Laudato Si’ merupakan ensiklik ke dua yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus. Ensilkik ini adalah bentuk nyata kepedulian Paus Fransiskus akan krisis ekologis dan perubahan iklim yang memasuki fase kritis dewasa ini. Paus Fransiskus mendasarkan hidup St. Fransiskus dari Asisi sebagai inspirasi bagi kelahiran ensiklik ini.
Bait pengantar Ensiklik Laudato Si' berbicara tentang bagaimana kita memaknai bumi yang di ibaratkan sebagai "rumah kita bersama". Santo Fransiskus dari Asisi mengingatkan kita bahwa rumah kita bersama (bumi) bagaikan saudari yang berbagi hidup dengan kita.
Kita harus menyadari krisis ekologis yang terjadi dewasa ini
Ilustrasi limbah plastik. Sumber foto : Pixabay.com
Manusia pada hakikatnya diciptakan sebagai makhluk yang berakal budi sehingga mempunyai kemampuan untuk berpikir. Sebagai mahluk yang mempunyai akal dan pikiran seharusnya manusia mampu untuk melindungi, merawat dan mensejahterakan alam sekitarnya. Namun dewasa ini tidak dapat dimungkiri bahwa dewasa ini dengan kemampuan akal budinya dan kemajuan dalam ilmu pengetahuannya manusia sering kali bertindak menyimpang, yang seharusnya merawat dan melestarikan lingkungan dan segala isinya tetapi pada realitasnya dewasa ini justru sebaliknya, manusia malahan meruska alam dan segala isinya untuk mensejahterakan dirinya.
ADVERTISEMENT
Realitas ini tentu merupakan masalah besar yang harus segera ditangani yang apabila tidak segera ditangani maka dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia secara keseluruhan dewasa ini. Melihat realitas kehidupan manusia dan keberadaan alam semesta yang semakin lama semakin rusak ini seharusnya kita harus berpikir untuk dapat membuat sesuatu yang telah menyimpang ini menjadi baik kembali dengan menyadari terlebih dahulu bahwasanya apabila terus menerus manusia melakukan hal demikian maka kita semua berada dalam kehancuran yang kian dekat.
Konsumerisme menjadi ancaman yang nyata
Ilustrasi kehidupan masyarakat kota. Sumber foto : Pixabay.com
Prilaku konsumtif masyarakat dewasa ini dalam bentuk keserakahan dalam memanfaatkan alam demi kepuasan pribadi menjadi amat sangat mengkhawatirkan. Prilaku konsumtif ini membentuk semacam ideologi konsumerisme. Singkatnya, konsumerisme adalah merupakan ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan, tanpa sadar dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Alhasil sumber daya bumi pun dijarah karena konsep konsumerisme ini,  perdagangan dan produksi tidak berlandaskan keberlanjutan hanya terpaku pada jangka pendek saja. Akibatnya adalah hilangnya habitat dan ekosistem hayati dewasa ini. Hilangnya  rimba dan kawasan hutan lainnya ini membawa serta hilangnya  spesies yang dapat menjadi sumber daya yang sangat penting  di masa depan, tidak hanya untuk pangan, tetapi juga untuk  penyembuhan penyakit dan berbagai kegunaan lainnya.  Berbagai spesies mengandung gen yang bisa menjadi sumber  daya penting di tahun-tahun mendatang untuk memenuhi  kebutuhan tertentu manusia dan mengatur beberapa  masalah lingkungan.
Melakukan Pertobatan Ekologis untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik
Ilustrasi tangan berdoa menggenggam rosario. Sumber foto : Pixabay.com
Pertobatan ekologis Paus Fransiskus sebagaimana yang ditulis dalam Ensiklik Laudato Si’ mensyaratkan pengakuan dosa yang dilakukan manusia terhadap alam dan memandang alam sebagai tanda kehadiran Allah di dunia. Pertobatan ekologis dimaknai sebagai perubahan dalam cara kita memandang, berinteraksi, dan berperilaku dengan alam. Menciptakan organisme yang baik antara manusia dan alam adalah inti dari pertobatan ekologis.
ADVERTISEMENT
Pertobatan ekologis bisa dilakukan oleh siapapun baik Katolik maupun non-Katolik. Dari hal sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, dan juga mengolah limbah dapur menjadi pupuk atau cairan eco enzyme, hal tersebut telah memperlihatkan bahwa kita telah berkonstribusi membuat alam menjadi lebih baik melalui pertobatan ekologis.
Harus disadari bahwa hati yang kita gunakan untuk mengasihi itu adalah hati yang sama dengan yang kaugunakan untuk merusak lingkungan, itu bukan hati yang terpisah. Jadi, bagaimana kita bisa mengasihi jika pada saat yang sama kita merusak alam ciptaan Tuhan ini. kejahatan terhadap alam adalah dosa terhadap diri kita sendiri dan dosa terhadap Allah.