Melampaui Tantangan Berat Ambisi Laos Menjadi Baterai Asia Tenggara

Rizky Demas Arjunanda
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
19 Juni 2022 18:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizky Demas Arjunanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan Ekonomi di Sungai Mekong (Sumber: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Ekonomi di Sungai Mekong (Sumber: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sungai Mekong berperan penting bagi kehidupan dan perekonomian negara-negara yang dilaluinya. Aliran sungainya digunakan sebagai jalur transportasi dan irigasi pertanian sedangkan daerah subur di sekitarnya digunakan untuk pertanian dan tempat pemukiman. Potensi-potensi ekonomi ini menjanjikan kemakmuran bagi negara yang ia lewati.
ADVERTISEMENT
Salah satu negara di aliran Sungai Mekong adalah Laos. Sungai Mekong sangat penting bagi Laos. Laos tidak hanya memanfaatkan Sungai Mekong sebagai sarana transportasi dan pertanian. Sungai Mekong menyediakan kondisi potensial bagi Laos untuk mengembangkan sumber daya listrik tenaga air secara intensif. Kondisi ini dimanfaatkan Laos untuk mendorong ambisinya menjadi Battery of Southeast Asia atau Baterai Asia Tenggara dengan mengekspor energi listrik tenaga air. Ambisi ini ditunjukkan dengan target pembangunan seratus bendungan energi listrik tenaga air pada 2020. Namun, pengembangan proyek-proyek bendungan di Laos terus mendapatkan kontroversi. Berbagai kontroversi dan kritik yang muncul menggambarkan setidaknya dua tantangan berat bagi Laos untuk melanjutkan ambisinya menjadi Baterai Asia Tenggara.
Tantangan pertama adalah dampak lingkungan dan sosial. Signifikansi hasil ekspor energi listrik tenaga air terhadap perekonomian membuat pemerintah Laos menjanjikan pembangunan bendungan di sepanjang aliran Sungai Mekong akan mengedepankan aspek keberlanjutan. Pada kenyataannya pembangunan dan operasional bendungan-bendungan ini menghasilkan berbagai dampak destruktif terhadap lingkungan dan sosial. Mekong River Commission melaporkan bahwa bendungan di bagian Cina dan Laos telah mengubah aliran alami Sungai Mekong secara signifikan hingga tingkat air di wilayah bagian bawah Mekong mencapai level terendah hingga sekarang. Kondisi ini menyebabkan penurunan produksi pertanian, perikanan, dan kesuburan di daerah hilir sungai sehingga diprediksi mengancam keamanan pangan dan berpotensi meningkatkan tingkat kemiskinan. Selain itu, negara-negara di aliran Sungai Mekong lainnya juga mendapatkan dampak destruktif hingga memunculkan protes di Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Dampak destruktif juga berpotensi menimbulkan konflik antara Laos dengan tiga negara tersebut yang akan mengancam sektor energi karena Thailand dan Vietnam merupakan importir terbesar dari sektor energi Laos.
ADVERTISEMENT
Pembangunan dan pengelolaan operasional bendungan yang kurang baik juga berisiko berdampak terhadap lingkungan dan sosial. Runtuhnya bendungan Xepian-Xe Nam Noy di tenggara Laos menyebabkan ribuan orang kehilangan rumah dan ratusan orang hilang. Padahal kerusakan struktur bendungan telah ditemukan sebelum bendungan runtuh. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan dan operasional bendungan kurang memperhatikan potensi bahaya lingkungan.
Tantangan kedua adalah Thailand yang menghadapi surplus energi. Thailand bukan hanya importir terbesar tetapi juga salah satu investor utama sektor energi listrik tenaga air. Hingga kini, Thailand masih menyetujui untuk melanjutkan pembelian energi dari Laos. Namun, kelanjutan pembelian energi ini membuat Thailand terus mendapat kritik. Hal ini disebabkan Thailand surplus energi. Impor energi dari Laos berpotensi menjadi hutang daripada aset masa depan Thailand. Kondisi ini diperparah dengan besarnya biaya operasional bendungan dari perkiraan hingga Thailand menghentikan sementara impor listrik beberapa bendungan di Laos.
ADVERTISEMENT
Laos tetap teguh untuk melanjutkan ambisinya meskipun menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Hal ini disebabkan Laos tidak memiliki banyak alternatif selain mengembangkan sektor energi listrik tenaga air untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu, Laos memerlukan cara untuk melanjutkan sektor energinya. Salah satu opsi bagi Laos untuk melampaui tantangan-tantangan tersebut adalah dengan memanfaatkan forum-forum kerja sama regional.
Greater Mekong Sub-region (GMS) merupakan forum kerja sama ekonomi dan pembangunan sub-regional yang melibatkan enam negara yaitu, Laos, Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar, serta Provinsi Yunnan dan Guangxi di Cina. GMS berfungsi untuk memfasilitasi kerja sama dan pemanfaatan daerah aliran Sungai Mekong. Surplus energi listrik tenaga air dan lokasi geografis Laos menjadikan Laos pusat dari GMS. Posisi sentral Laos membuatnya strategis untuk memainkan peran signifikan dalam mempromosikan perdagangan regional energi listrik tenaga air yang lebih intensif. Melalui peran strategisnya di GMS, Laos dapat mendorong kerja sama lebih jauh mengenai pengelolaan bendungan yang lebih baik sehingga mengurangi dampak terhadap lingkungan dan sosial. Laos juga dapat mendorong kerja sama peningkatan kapasitas dan teknologi agar operasional bendungan lebih terjangkau sehingga tidak semakin memberatkan konsumennya, khususnya Thailand.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Laos juga dapat mendukung sektor energi listrik tenaga air melalui ASEAN. Ambiguitas permintaan impor Thailand perlu Laos antisipasi. Pada 2017, Laos memulai ekspor energi listrik tenaga airnya ke Malaysia serta berpotensi memperluas sayapnya ke Singapura dan Myanmar. Laos bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendorong kerja sama dalam bidang energi dengan mendiskusikan perkembangan sektor energi listrik alternatif di ASEAN. Melalui diskusi ini, Laos bisa mendapatkan dukungan dalam bidang teknologi dan memperluas pasar sehingga menjaga keberlanjutan sektor energi listrik tenaga air miliknya.