Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Belajar dari Kesalahan Nokia: Jangan Terlalu Nyaman di Zona Aman
21 Desember 2021 14:51 WIB
·
waktu baca 10 menitTulisan dari Rizky Pratama Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Revolusi industri pada awal abad ke-18 telah mendorong munculnya inovasi di berbagai sektor kehidupan manusia, inovasi yang paling cepat berkembang adalah inovasi di bidang teknologi, hal ini dikarenakan manusia selalu membutuhkan suatu hal atau alat yang lebih praktis dan cepat dibandingkan sebelumnya, hal ini juga dapat dilihat dari berbagai perangkat keras dan lunak yang telah diciptakan manusia seperti komputer, gawai pintar, Android, Windows, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Inovasi teknologi merupakan bentuk kebaharuan yang menghancurkan struktur lama dan menciptakan yang baru, konsep ini dengan fokus pada sektor manufaktur dan sangat didasarkan pada penelitian dan pengembangan (R&D) yang hadir dalam bentuk kecepatan proses, kemutakhiran produk dan kecepatan dalam pengiriman dan bermain dalam jumlah data yang besar (Butler,1988; m. li, zhang, & Hu, 2017; Teece, 2010).
Salah satu perusahaan tingkat dunia yang menjadi pelopor inovasi teknologi terkhususnya dibidang gawai adalah Nokia, Nokia awalnya merupakan pabrik pengelolaan bubur kertas (pulp) dan karet yang didirikan oleh Fredrik Idestam pada tahun 1865 di Finlandia bagian selatan. Pada tahun 1967, Nokia menjelma menjadi perusahaan yang bergerak di bidang kabel telepon dan juga elektronik dikarenakan Nokia bergabung dengan Finnish Rubber Works untuk memperbesar pangsa pasar perusahaan dikarenakan Nokia sadar bahwa industri kertas pada suatu hari akan tersingkirkan dengan sesuatu yang baru.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1981, Nokia resmi merilis gawai pertama yaitu Mobira Senator, gawai yang diproduksi melalui anak perusahaan Nokia yaitu Mobira.
Pada tahun 1990an, Nokia Corpotation mulai mengeluarkan gawai untuk kebutuhan telekomunikasi, hal ini ditandai dengan diluncurkannya Nokia 1101 yang sudah menggunakan jaringan GSM, Nokia terus mengembangkan lini gawai mereka hingga mereka mengeluarkan gawai yang cukup populer di zamannya, seperti Nokia 7560, N73, N95, 808 PV, dan masih banyak lagi. Kesuksesan ini disebabkan desain gawai yang dikeluarkan oleh Nokia memiliki desain yang cukup unik dan kualitas kamera yang terbilang bagus di eranya.
Pada tahun 2007, Nokia menghadapi tantangan yang cukup berat yaitu lahirnya iPhone 2G yang diperkenalkan oleh Steve Jobs, iPhone pada saat itu sudah memiliki layar yang lebar serta sistem pengoperasiannya menggunakan layar sentuh, hal ini semakin diperparah pada tahun 2008 dimana iPhone 3G dan 3GS diluncurkan beserta dengan fitur app store dan asisten pribadi siri, untuk menghadapi tantangan yang cukup berat dari Apple, Nokia meluncurkan Nokia 5800 Express Music dengan fitur layar sentuh, aplikasi musik, dan OVI store.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2010an, Nokia menghadapi masalah yang semakin besar, yaitu lahirnya sistem operasi Android yang diciptakan Google, melihat hal ini Nokia bersama Intel mengerjakan proyek MeeGo yang berfokus pada pengembangan perangkat lunak saingan Android dan iOS, namun sayang proyek ini tidak berjalan.
Pada tahun 2011, Nokia menjalin kerja sama dengan Microsoft untuk bekerja sama dalam perihal penggunaan perangkat lunak Windows di gawai Nokia. Nokia Lumia 800 merupakan seri gawai pintar pertama Nokia yang menggunakan perangkat lunak dari Windows, namun sangat di sayangkan bahwa peminat gawai pintar Windows sangat sepi peminat, hal ini terus terjadi hingga pertengahan tahun 2012 yang menyebabkan harga saham Nokia terus turun hingga di bawah $2.
Melihat hal ini, pada awal tahun 2013 Nokia meluncurkan seri Nokia Asha dan berhasil mendapatkan sambutan yang hangat di berbagai negara terkembang termasuk di Indonesia, namun hal ini belum cukup untuk menutupi kerugian perusahaan yang disebabkan oleh penjualan gawai pintar Windows yang sangat terpuruk, pada akhir tahun 2013 Nokia mengumumkan penjualan lini gawai dan teknologi ke Microsoft, hal ini dilakukan untuk menutup kerugian Nokia yang semakin besar.
Pada tahun 2014 Nokia resmi diakusisi oleh Microsoft dan tidak mengeluarkan gawai pintar dengan merek Nokia melainkan menggunakan merek Microsoft Mobile, setelah Nokia menjual lini gawai pintar dan teknologi, Nokia berfokus kepada pengembangan jaringan melalui divisi Nokia Networks. Sebagai langkah awal Nokia untuk berfokus pada pengembangan jaringan, Nokia bekerja sama dengan China Mobile untuk menyediakan kabel dan jaringan dengan nilai kontrak $970 juta untuk waktu penyediaan pada tahun 2014 dan 2015. Pada 2016, Microsoft menjual Nokia Mobile ke HMD Global, yaitu sebuah perusahaan yang didirikan mantan petinggi Nokia yaitu Jean-Francois Baril.
ADVERTISEMENT
Pada Tahun 2017, HMD Global meluncurkan Nokia 3,5,dan 6 yang berbasis Android di Mobile World Congress Barcelona, hal ini menandakan kembalinya Nokia ke divisi gawai pintar sekaligus memberitahukan kepada dunia bahwa Nokia masih ada dan akan terus mengeluarkan gawai terbaik, sampai saat tulisan ini dibuat, Nokia sudah meluncurkan berbagai produk dan layanan seperti Nokia X series, C series, G series, kamera OZO, timbangan digital, dan masih banyak produk yang Nokia luncurkan setelah menjadi milik HMD Global.
Perubahan organisasi adalah suatu keadaan dimana sebuah organisasi mengalami sesuatu yang berbeda dengan apa yang biasa dilakukannya untuk mempertahankan dan atau mengembangkan organisasi tersebut. Pada dasarnya semua perubahan yang dilakukan mengarah pada peningkatan efektivitas organisasi dan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan organisasi yang dinamis serta perubahan perilaku setiap anggota organisasi. Perubahan dalam organisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai cara membuat segala sesuatunya menjadi berbeda. Perubahan organisasi akan selalu terjadi dalam setiap organisasi baik secara sengaja maupun secara tidak direncanakan. Tujuan utamanya adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan di lingkungannya dan berusaha mengubah perilaku karyawan. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengelola terjadinya perubahan dalam organisasi serta mampu memotivasi, menemukan, dan mengimplementasikan visi ini (Robbins, 2018).
ADVERTISEMENT
Robbins (2018) mengemukakan enam dimensi kunci yang mempengaruhi sekaligus mengharuskan terjadinya perubahan dalam organisasi.
Yang pertama adalah perubahan alami lingkungan internal dan eksternal organisasi. Setiap organisasi harus senantiasa dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang beragam, perubahan demografi, termasuk perubahan perilaku setiap anggota dalam organisasi.
Dimensi kedua adalah teknologi yang juga berkaitan erat dengan kondisi lingkungan organisasi yang dinamis dan senantiasa berubah mengikuti perkembangan zaman.
Dimensi ketiga adalah guncangan ekonomi yang akan memberikan dampak besar seiring berjalannya organisasi, resesi ekonomi yang terjadi akan mengancam keberadaan dan keberlangsungan organisasi dan hal ini harus diantisipasi dengan menginisiasi sebuah perubahan.
Dimensi keempat adalah kompetisi, yang seiring berjalannya waktu juga terus berkembang. Jika organisasi ingin terus bertahan dan eksis di tengah lingkungan yang dinamis dan beragam perubahan yang terjadi, maka organisasi tersebut harus mempersiapkan diri untuk berkompetisi dan memberikan inovasi-inovasi baru dalam rangka penyesuaian diri dengan lingkungan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya adalah tren atau kondisi sosial yang tidak statis, melainkan dinamis. Di tengah perkembangan peradaban, setiap organisasi dituntut untuk peka terhadap kondisi sosial yang terjadi dan terus melakukan pengembangan inovasi dari segi produk maupun jasa yang diperlukan.
Yang terakhir adalah kondisi global seperti situasi politik dan globalisasi. Situasi kondisi politik global yang tidak dapat diprediksi semakin membuktikan bahwa lingkungan berjalan dengan sangat dinamis, terutama di tengah era globalisasi. Hal inilah yang kemudian menjadi tugas utama organisasi dalam rangka untuk mempertahankan eksistensinya di tengah ketidakpastian.
Resistance to Change
Resistensi terhadap perubahan dapat diartikan sebagai sikap atau perilaku yang mengindikasikan tidak adanya keinginan untuk mendukung atau membuat sebuah perubahan. Resistensi terhadap perubahan juga terkait dengan perlawanan yang dilakukan karena adanya kekhawatiran akan kehilangan sesuatu yang berharga yang sudah diketahui sebelumnya dan akan digantikan dengan sesuatu yang baru yang belum diketahui (Yilmaz & Kilicoglu, 2013). Resistensi terhadap perubahan menurut Lines (dalam Erwin & Garman, 2010) adalah perilaku yang memperlambat atau mengakhiri usaha perubahan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa resistensi terhadap perubahan merupakan sikap negatif terhadap perubahan yang terdiri dari komponen afektif, behavioral, dan kognitif yang mencakup reaksi negatif, perlawanan, atau kekuatan yang menghalangi atau mencegah sebuah perubahan. Robbins (2018) menyatakan bahwa resistensi terhadap perubahan dapat menjadi hal yang positif apabila mengarah kepada situasi seperti diskusi dan debat terbuka. Situasi tersebut lebih dipilih dibandingkan situasi apatis atau diam. Situasi tersebut dapat mengindikasikan bahwa anggota organisasi ikut serta dalam proses perubahan. Robbins berpendapat bahwa resistensi dapat diatasi dengan delapan cara yaitu :
ADVERTISEMENT
Penolakan Nokia Terhadap Inovasi
Seperti yang sudah dijelaskan di pendahuluan, pada tahun 2011 ketika Google sudah mengembangkan perangkat lunak Android, Nokia dengan tinggi hati tetap mempertahankan Symbian sebagai sistem operasi gawai mereka sementara Sony dan Samsung sudah beralih menggunakan Android, dilansir dari detik.com satu eksekutif Nokia yaitu Jorma Olilla menolak rencana penggunaan sistem operasi Android yang sudah diusulkan oleh Risto Siilasma sebagai sistem operasi pengganti Symbian.
Pada awal tahun 2012, Nokia dan Microsoft menjalin kerja sama dengan menggunakan sistem operasi Windows di gawai pintar Nokia, hal ini dilakukan untuk menyediakan sistem operasi pilihan bagi pengguna sekaligus melawan dominasi Android dan iOS di pasar gawai pintar, namun sayang hal ini tidak membawa dampak baik bagi Nokia karena sistem operasi Windows tidak disukai oleh konsumen karena terlalu kaku dibandingkan Android dan iOS, hal ini menyebabkan penjualan gawai pintar Nokia turun drastis, hal ini dapat dilihat dari grafik dibawah:
Apabila dikaitkan dengan teori Robbins tentang keadaan yang memaksa sebuah organisasi untuk berubah , maka untuk permasalahan ini bisa kita katakan bahwa Nokia pada waktu tahun 2011 sudah mengalami 5 dari 6 dimensi yang ada, yaitu perubahan kondisi eksternal dan internal yang berubah, teknologi , tren, dan kompetisi.
ADVERTISEMENT
Perubahan kondisi eksternal dan internal terlihat dari bagaimana Nokia harus menghadapi gempuran sistem operasi baru yang lebih canggih dari Nokia dan di internal para eksekutif terus berdebat tentang masa depan Nokia, dari sisi teknologi, Nokia selama ini terlalu berfokus kepada perangkat keras seperti daya tahan gawai dan kerangka gawai, tetapi Nokia melupakan perangkat lunak yang menjadi bagian vital dari suatu gawai, sehingga iOS dan Google melihat celah untuk mengembangkan perangkat lunak yang bisa diterima oleh konsumen, dalam dimensi kompetisi Nokia sudah bisa dikatakan sudah kalah dengan merek lain yang sudah lebih dahulu menggunakan sistem operasi Android sementara Nokia menggunakan sistem operasi Windows yang kurang diminati oleh konsumen. Hal ini bisa dilihat pada gambar 3.1.
ADVERTISEMENT
Resistensi yang besar dalam diri Nokia serta komunikasi yang kurang bagus di dalam tubuh Nokia seperti divisi Meego dan Symbian yang terus berdebat tentang sistem operasi mana yang lebih bagus, serta keegoisan para eksekutif Nokia yang terus bertahan dengan sistem operasi Symbian dan menganggap remeh sistem operasi Android, hal ini membuat Nokia semakin terpuruk pada tahun 2013 dan akhirnya melebur dengan Microsoft pada tahun 2014.
Nokia sadar bahwa mereka sudah gagal dalam mengembangkan gawai pintar berbasis Symbian dan Windows serta perkembangan Android dan iOS yang luar biasa pesat, hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah:
Setelah Nokia resmi dilepas Microsoft karena dianggap tidak menguntungkan Microsoft, Nokia bebas untuk mengeluarkan gawai pintar dengan merek Nokia dengan bantuan dari HMD Global, HMD Global sadar bahwa satu-satunya cara adalah menggunakan sistem operasi Android sebagai sistem operasi gawai pintar Nokia dengan mempertahankan kualitas dan ketahanan gawai khas Nokia. Pada Maret 2017, HMD Global mengumumkan kehadiran Nokia 3,5,dan 6 dengan sistem operasi Android untuk pertama kalinya dan ini menandai kembalinya Nokia ke industri gawai pintar setelah mati suri selama 3 tahun semenjak dibeli oleh Microsoft.
Apabila kita melihat gambar di atas, Nokia masih belum mampu menduduki posisi 5 besar merek gawai dengan pangsa pasar terbesar di dunia, hal ini bisa dikatakan wajar karena Nokia baru dalam tahapan belajar untuk mengembangkan gawai pintar berbasis Android pada tahun 2017, meskipun begitu Nokia tetap merilis gawai pintar setiap tahun untuk mengejar ketertinggalan mereka selama ini.
ADVERTISEMENT
Nokia memiliki sejarah panjang dalam industri gawai, tetapi sangat disayangkan Nokia terlalu berpuas diri dengan sistem operasi Symbian dan daya tahan gawai mereka, Nokia lupa bahwa gawai akan terus berubah dari suara ke data seluler, hal ini yang menyebabkan Nokia hari ini bisa kalah saing dengan merek lain padahal Nokia pernah menjadi pelopor inovasi dan tren industri gawai yang ada di dunia. Saat ini Nokia sudah belajar dari kesalahan yang pernah dibuat dan sedang memperbaiki diri, sekarang saatnya Nokia untuk belajar dari merek lain untuk bisa bersaing dan menduduki pangsa pasar terbesar di dunia seperti tahun 1990-2010.