Konten dari Pengguna

Artificial Intelligence: Manfaat atau Risiko? Sebuah Dilema di Masyarakat

RIZKY RAHMADANI
Halo!, kenalkan aku Rizky seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Politeknik Statistika STIS dengan Prodi D-IV Komputasi Statistik. Saya suka belajar hal baru dan menggali potensi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
22 Agustus 2024 10:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RIZKY RAHMADANI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ilustrasi manusia dan robot, dibuat menggunakan teknologi AI melalui www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi manusia dan robot, dibuat menggunakan teknologi AI melalui www.freepik.com
“Keberhasilan dalam menciptakan AI akan menjadi peristiwa terbesar dalam sejarah manusia. Sayangnya, ini mungkin juga merupakan peristiwa yang terakhir” ~Stephen Hawking.
ADVERTISEMENT
Begitulah pernyataan yang diungkapkan oleh salah seorang fisikawan asal Inggris paling terkenal dalam sejarah, Stephen Hawking. Ungkapan tersebut sudah cukup memberikan gambaran yang cocok untuk mendeskripsikan Artificial Intelligence (AI) dan segala potensi yang dibawanya.
Tetapi, apakah benar jika teknologi AI benar-benar dapat mengancam peranan manusia dan tatanan kehidupan di masa depan?
Ketika mendengar istilah AI kebanyakan dari kita akan beranggapan bahwa AI adalah sebuah konsep baru atau sebuah teknologi yang berasal dari masa depan. Padahal, jika ditelusuri ke belakang ternyata konsep AI sudah cukup lama diperkenalkan yaitu sejak tahun 1956. Istilah AI pertama kali dicetuskan oleh McCarthy dalam sebuah program AI bernama Darthmouth Summer Research Project on Artificial Intelligence (DSRPAI). Namun, pada saat itu project ini tidak berjalan mulus, akibat kurangnya komitmen dan semangat dari para peneliti untuk mengembangkan dan mempelajarinya lebih jauh. Tetapi, momentum inilah yang menjadi awal mula terciptanya AI hingga bisa berkembang seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun terakhir, terutama sejak kemunculan wabah Covid-19 tren penggunaan teknologi berbasis AI atau kecerdasan buatan kian melonjak dengan pesat. Teknologi AI yang dulunya hanya digunakan untuk keperluan bisnis atau penelitian, kini sudah mulai banyak digunakan oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan. Saat ini pemanfaatan AI hampir selalu dapat kita temukan dari berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, industri, bisnis, militer, kesenian, dan banyak lagi.
Teknologi AI juga digadang-gadang dapat menjadi alat yang powerful untuk mengubah cara dunia bekerja, sehingga menjadi kunci masa depan. Lalu, apakah AI itu?
Secara sederhana, Kecerdasan Buatan atau biasa disebut Artificial Intelligence (AI) merupakan sebuah ide atau konsep yang beranggapan bahwa komputer atau mesin dapat berpikir atau berperilaku layaknya manusia. AI juga merupakan cabang ilmu komputer yang menggunakan kemampuan mesin untuk menyelesaikan tugas dan aktivitas yang biasa dilakukan oleh manusia.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan teknologi AI memberikan kemudahan dalam menyelesaikan berbagai tugas rutin dan berulang yang pastinya akan menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Pekerjaan yang dulunya memerlukan campur tangan manusia untuk mengerjakannya kini dapat dilakukan secara otomatis dan cepat dengan bantuan AI. Melalui proses data training yang baik, teknologi AI akan memberikan performa yang semakin optimal .
Besarnya manfaat yang ditawarkan teknologi AI menyebabkan semakin banyak perusahaan yang berlomba-lomba dalam mengembangkan teknologi ini guna membantu dan memudahkan berbagai pekerjaan. Berbagai perusahaan berusaha bersaing menciptakan teknologi AI yang canggih dan mudah digunakan karena dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan saat ini dan di masa depan. Meskipun memiliki fungsi dan tujuan yang serupa suatu produk AI tentunya memiliki keunggulannya tersendiri agar bisa tetap eksis di pasaran dan bersaing.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh penggunaan teknologi AI yang sangat populer saat ini adalah chatbot bernama ChatGPT. Menggunakan ChatGPT seseorang dapat dengan mudah memeroleh jawaban atas suatu pertanyaan hanya dengan mengetikan perintah berupa pertanyaan atau memfotokan pertanyaan kemudian akan langsung dijawab oleh AI sesuai pertanyaan yang diberikan. Seringkali jawaban yang diberikan oleh Chat GPT sangat bagus dan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Bahkan jawaban yang diberikannya mirip sekali dengan cara seorang manusia dalam menjawab pertanyaan. Teknologi AI lainnya yang mungkin tanpa disadari sering kita gunakan sehari-hari antara lain mesin pencarian (google,bing), Asisten Virtual (Google Assistant,Siri), Aplikasi Belanja Online (shopee,tokopedia), Peta Online (Google Maps), Sosial Media (Instagram,TikTok,X), dan lain sebagainya.
Namun, meskipun banyak sekali manfaat yang ditawarkan dengan penggunaan teknologi AI di masa kini, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa AI juga membawa segudang potensi buruk yang bisa saja muncul apabila digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab atau dengan tidak berhati-hati.
ADVERTISEMENT
Para ilmuan pun sepakat bahwa AI benar-benar bisa memberikan dampak negatif yang bisa membahayakan masa depan manusia. Menurut Max Tegmark, seorang profesor sekaligus ilmuan fisika dari Universitas MIT, Amerika Serikat, menyatakan bahwa teknologi kecerdasan buatan atau AI memberikan bahaya yang nyata tapi banyak sekali perusahaan raksasa teknologi yang menutupi fakta tersebut.
“Ketika AI sudah mampu membuat seseorang tidak dapat membedakan kepada siapa dia berbicara ,maka di situlah seseorang bisa kehilangan kendali,” ujar Max.
Sebagai contoh belum lama ini tepatnya pada tahun 2023 telah terjadi penipuan yang menyebabkan kerugian sebesar 8,9 triliun terhadap sebuah perusahaan teknologi di negara Cina. Penyalahgunaan dengan teknologi deepfake dan kecerdasan buatan (AI) adalah pusat permasalahannya. Pelaku penipuan menggunakan teknologi AI untuk meniru suara dan wajah dari teman si korban. Akibatnya, korban mentransfer uang sebesar 4,3 juta yuan atau sekitar 8,9 triliun ke akun pelaku. Contoh tersebut adalah satu dari banyaknya variasi kejahatan yang bisa ditimbulkan dari penggunaan teknologi AI yang salah.
ADVERTISEMENT
Dari sisi lapangan pekerjaan penggunaan AI merupakan ancaman yang paling nyata. Sebagai contoh, sebelumnya pekerjaan seperti desain grafis dilakukan oleh manusia yang memiliki kompetensi pada bidang tersebut, bahkan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk bisa menjadi ahli desain grafis. Tetapi, dengan teknologi AI pembuatan desain grafis bisa dibuat oleh berbagai pihak dengan lebih cepat dan mudah serta dengan biaya yang jauh lebih rendah. Menggunakan perintah sederhana dari sisi pengguna, AI dapat langsung menghasilkan desain atau gambar yang diinginkan dengan cepat, bahkan bisa disesuaikan lagi dengan keinginan pengguna setelah dihasilkan. Di samping itu, Presiden Jokowi pada Musrenbagnas RPJMN 2020-2024 bulan Desember 2019 lalu, sempat berkomitmen ingin menggantikan pekerjaan PNS dengan robot AI. Tujuannya tidak lain untuk mempercepat dan menyederhanakan proses birokrasi yang terlalu rumit. Selain itu banyak lagi bidang pekerjaan yang juga terdampak oleh AI seperti jurnalis, kasir, penerjemah bahasa, akuntan, dll. Pernyataan ini sungguh terdengar pahit bukan?.
ADVERTISEMENT
Cepat atau lambat perkembangan teknologi AI akan memberikan dampak yang tidak bisa kita hindari. Diperlukan kolaborasi antara SDM dan teknologi secara tepat agar peran teknologi bukan menjadi pengganti, tetapi menjadi alat untuk mendukung pekerjaan manusia. Cara kita menyikapi segala sesuatu dengan bijaksana adalah kunci untuk menghadapi potensi dari kemajuan teknologi AI. Selain itu, diperlukan sikap adaptif untuk senantiasa meningkatkan kemampuan diri/skill agar kita tetap dapat bersaing. Kemudian, diperlukan juga etika penggunaan AI yang tepat oleh berbagai pihak serta regulasi dan sanksi dari pemerintah supaya ada batasan yang jelas untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan teknologi AI di masa mendatang.