Konten dari Pengguna

Supremasi Kuantum: Hanya Persaingan antara Entitas Terkaya?

Rizky Ridho Pratomo
Seorang Content Writer di Yayasan Generasi Literat, sebuah yayasan yang bergerak di isu pendidikan, literasi, dan perdamaian. Menyukai isu futuristik seperti bioteknologi, AI, keamanan data.
27 Juni 2022 16:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizky Ridho Pratomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by imgix: https://unsplash.com/photos/pgdaAwf6IJg
zoom-in-whitePerbesar
Photo by imgix: https://unsplash.com/photos/pgdaAwf6IJg
ADVERTISEMENT
Tidak berlebihan rasanya jika teknologi kuantum akan mengubah tatanan masyarakat. Dalam cerita-cerita sains fiksi, masa depan tidak bisa lepas dari teknologi ini. Menerapkan cara kerja teori kuantum, para ilmuwan berusaha menciptakan teknologi super canggih ini ke hadapan kita.
ADVERTISEMENT
Membayangkan bahwa masa depan kita akan menggunakan teknologi kuantum dalam kehidupan sehari-hari membuat kita merinding karena excited. Bagaimana nanti dunia dalam 10 - 15 tahun mendatang? Jawaban itu sedang ditunjukkan oleh para ilmuwan kita.

Semakin Banyak Terobosan

Memang, teknologi ini belum akan terlihat dalam beberapa tahun mendatang. Namun, para ilmuwan telah menunjukkan banyak kemajuan. Misalnya, peneliti dari Universitas Teknologi Delft berhasil mengirimkan informasi menggunakan prinsip entanglement.
Entanglement secara garis besar adalah sebuah peristiwa di mana dua partikel saling terkait. Misalnya, jika satu partikel berwarna kuning, maka yang lain berwarna hijau. Kedua partikel ini seakan sudah bersepakat satu sama lain.
Ini artinya, informasi bisa dikirim sejauh apapun jarak partikel yang satu dengan yang lainnya jika partikelnya saling terkait. Jarak menjadi tidak relevan selama masing-masing partikel mempertahankan karakteristiknya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2021 lalu, ada terobosan cukup besar dalam komputer kuantum. Pertama, peneliti dari Universitas New South Wales (UNSW) menunjukkan bahwa memproduksi komputer kuantum yang error-free memungkinkan.
Terobosan kedua terjadi di Universitas Stanford. Mereka berhasil membuat model komputer kuantum yang lebih sederhana, sehingga membangun optimisme banyak pihak bahwa teknologi ini bisa menjadi kenyataan dalam waktu dekat.
Satu per satu terobosan telah diperlihatkan oleh para ilmuwan. Kemajuan terus ditunjukkan. Apabila ilmuwan berhasil merubah cara kerja teknologi ini dengan lebih sederhana dan mudah digunakan, komputer kuantum akan menjadi salah satu terobosan yang sangat berdampak bagi masyarakat.
Namun, masih banyak yang harus diselesaikan, baik itu persoalan prinsip dan praktis. Kita perlu menunggu agar kita bisa menikmati teknologi kuantum.
ADVERTISEMENT

Progress di Indonesia

Indonesia memiliki perhatian pada isu ini. Dua universitas di Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berada di posisi terdepan dalam isu ini.
Tahun 2020 lalu, SpeQtral, Sekolah Tinggi Teknik Elektro dan Informatika ITB, dan Kennlines Capital Group menjalin kerja sama untuk membangun jaringan aman melalui teknologi kuantum. Mereka akan mencoba memberikan kontribusi maksimal dalam pembangunan teknologi kuantum di tanah air ini. Pada tahun 2022, ilmuwan ITB berkontribusi dalam telaah aspek dinamika kuantum dan efek noise lingkungan.
Beberapa hari lalu, ITS mendirikan Kelompok Teknologi Informasi Kuantum pertama di Indonesia. Kelompok ini diharapkan menjadi wadah diskusi untuk pengembangan riset kuantum, baik nasional maupun internasional. Kegiatan mereka akan berpusat pada telaah teori-teori kuantum untuk diaplikasikan dalam riset dan best practices.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Juni tahun 2022, Inggris dan Indonesia menjalin kerja sama di industri pertahanan, keamanan, dan siber. Tiga industri ini punya peran penting dalam penciptaan teknologi - teknologi mutakhir.
Internet juga awalnya dikembangkan untuk sektor keamanan dan pertahanan. Inggris adalah salah satu pemain terdepan dalam teknologi semikonduktor, komputer kuantum, dan kecerdasan buatan. Kemitraan ini akan bermanfaat strategis, khususnya bagi Indonesia.
Sejauh ini, tiga perkembangan ini yang menghiasi dinamika isu teknologi kuantum di Indonesia. Mungkin saja terdapat banyak kegiatan lainnya yang belum terekspos ke publik.
Tetapi, apakah Indonesia bisa jadi pemain penting atau setidaknya terlibat dalam perlombaan teknologi kuantum tergantung dari seberapa besar political will dari semua pihak: akademisi, pemerintah, dan swasta. Kolaborasi tentunya menjadi ujung tombak pengembangan teknologi kuantum.
ADVERTISEMENT
Namun, ada satu hambatan yang membuat teknologi kuantum tidak begitu hype di Indonesia. Teknologi kuantum menurut penulis terlalu segmented. Terlalu segmented dalam artian bahwa hanya orang-orang tertentu yang memahami soal ini. Kemungkinan hanya ilmuwan dan orang-orang yang punya kepentingan di isu ini yang aktif bermain.
Selain itu, teknologi kuantum merupakan industri yang sangat mahal. Tidak bisa dipungkiri bahwa mengembangkan teknologi kuantum harus memiliki finansial yang sangat kuat.
Sebagai contoh, untuk membangun perangkat keras komputer kuantum membutuhkan dana setidaknya 10 miliar dollar. Jika dirupiahkan sesuai dengan nilai saat ini (sekitar 14.800), nilainya sebesar 148 triliun rupiah.
Bukan berarti tidak fokus ke isu ini, namun kemungkinan besar, Indonesia akan fokus ke isu lain yang lebih bernilai praktikal untuk masyarakat. Terlebih, Indonesia sekarang ingin membangun ibu kota baru dan membutuhkan biaya 466 triliun rupiah.
ADVERTISEMENT

Kompetisi antara yang Terkaya

Di sisi lain, jika bicara global, isu ini sangat hype. Banyak aktor yang mencoba untuk mengembangkan teknologi ini. Raksasa teknologi seperti Google, IBM, Microsoft, dan juga entitas negara seperti Tiongkok berlomba-lomba mengembangkan komputer tersebut. IBM pada tahun 2023 telah menetapkan target untuk menciptakan komputer kuantum yang memiliki kecepatan 1.000 qubit.
Saat ini, IBM memiliki komputer kuantum dengan kecepatan 127 qubit, menjadi komputer kuantum tercepat di dunia. Kondisi ini masih sementara, karena setiap entitas masih akan terus mengembangkan komputer kuantum, sampai mereka mencapai supremasi kuantum.
Ada satu hal yang menarik dari isu ini. Komputer kuantum menjadi ajang perlombaan supremasi dalam sisi politik. Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok mungkin contoh yang paling konkrit. AS tidak ingin kalah dari Tiongkok, yang saat ini sedang berupaya melengserkan tahta AS sebagai hegemoni global.
ADVERTISEMENT
Namun, persaingan tidak hanya terjadi antara kedua negara ini. Jerman, India, Korea Selatan, Perancis, Britania Raya, dan negara-negara maju lainnya juga ikut dalam persaingan ini.
Perusahaan teknologi yang memiliki sumber daya yang besar juga ikut dalam perebutan supremasi kuantum. Google, IBM, dan Microsoft adalah beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan teknologi ini.
Khusus bicara negara, negara-negara di atas telah mengalokasikan anggaran yang dikeluarkan dalam bidang kuantum. Sejak 2018 lalu, AS telah menggelontorkan dana sebesar 1,275 miliar dollar melalui UU Inisiatif Kuantum.
Prancis mengalokasikan sekitar 60 juta euro per tahun. Pada tahun 2020 lalu, Jerman mengeluarkan 2 miliar euro untuk riset komputer kuantum. Britania Raya telah menginvestasikan lebih dari 1 miliar euro untuk teknologi kuantum.
ADVERTISEMENT
Negara-negara di kawasan Asia juga tidak mau tertinggal. India pada tahun 2020 mengalokasikan INR 8.800 crores (sekitar 1 miliar dollar) selama lima tahun. Korea Selatan menginvestasikan 44,5 miliar KRW (39,7 juta dollar) selama lima tahun, terhitung dari tahun 2019. Negara-negara di kawasan Asia tidak ingin berdiam diri melihat negara lain memiliki kekuatan teknologi yang mumpuni.
Dengan kata lain, ada prestige yang ingin dicapai setiap aktor yang terlibat. AS dan Tiongkok bersaing memperebutkan hegemoni dalam bidang ini. Jerman dan Prancis tidak ingin menjadi penonton. Korea Selatan, Jepang, dan India tidak ingin menjadi penikmat semata. Mereka sama-sama ingin menjadi bagian penting dalam isu ini.
Tetapi, kemungkinan industri kuantum hanya akan didominasi oleh mereka yang memiliki daya finansial yang sangat kuat. Dari sisi praktis, teknologi kuantum masih butuh banyak sekali penyesuaian. Sampai saat ini, hanya entitas yang siap menggelontorkan dana riset yang tinggi yang bisa berbicara banyak.
ADVERTISEMENT
Jika melihat siapa entitas yang terlibat, baik itu perusahaan dan negara, cukup aman berasumsi bahwa teknologi kuantum adalah arena bermain entitas terkaya. Google, IBM, dan Microsoft memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Begitu juga dengan negara yang aktif di isu ini, yang memiliki GDP yang besar.
Oleh karena itu, entitas di atas akan menjadi pemain terdepan dalam pengembangan teknologi kuantum, entah itu dari sisi komputer maupun komunikasi kuantum. Entitas tersebut yang mungkin akan mendominasi hak paten teknologi kuantum.
Apabila teknologi ini sudah dipasarkan, entitas yang terlibat sekarang inilah yang mendapatkan keuntungan maksimal, meskipun nantinya teknologi ini sudah bisa diakses masyarakat luas.
Singkatnya, teknologi kuantum akan menjadi ajang supremasi dan perebutan monopoli negara dan perusahaan kaya. Bagaimana dengan Indonesia? Penulis berharap Indonesia bisa ikut bermain dalam isu ini, dalam hal riset, talenta, dan output. Penulis ingin sekali melihat negara kita meraih supremasi kuantum. Kita lihat saja nanti.
ADVERTISEMENT