Sastra Cyber: Dampak Positif atau Dampak Negatif?

Rizkyana Azelia
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
1 Juni 2022 15:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizkyana Azelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Sastra dari masa ke masa mengalami perkembangan yang pada akhirnya menjadi ciri khas dari setiap periode itu sendiri. Sastra yang pada awal kehadirannya datang dari mulut ke mulut, tetapi kini sudah mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Di masa yang serba digital ini, sastra juga mengalami perkembangan di dunia digital atau dikenal dengan nama sastra cyber. Sastra cyber pada awalnya bermula dari kata cybersastra. Cybersastra berasal dari kata cyber dan sastra. Sejalan dengan itu Endraswara (2013: 182-183) mengungkapkan bahwa cybersastra berasal dari kata cyber yang dalam bahasa Inggris tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus berdampingan dengan kata lain cyberspace, cybernate, dan cybernetics. Kata cyber pada ketiga kata tersebut mengacu pada sistem jaringan atau komputer. Jadi dapat disimpulkan pengertian sastra cyber atau cybersastra adalah segala bentuk kegiatan atau aktivitas sastra yang menggunakan komputer atau internet. Penggunaan istilah sastra cyber sendiri menyatakan jenis medium yang digunakan sama halnya dengan istilah sastra koran, sastra buku, sastra dinding, dan sebagainya. Jadi semua tulisan sastra yang diunggah melalui medium tersebut disebut sastra cyber.
ADVERTISEMENT
Sastra cyber mulai dikenal pada masa era reformasi tahun 1998 dan terus berkembang sampai dengan sekarang. Sebenarnya sastra cyber sudah ada sejak 1990, tetapi baru semenjak tahun 1998 mulai mencapai popularitasnya. Komunitas-komunitas sastra mulai bermunculan dengan memanfaatkan teknologi, seperti mailing list (milis), situs, forum, dan juga blog. Dengan internet, baik pencipta karya sastra maupun yang mengapresiasinya seakan tidak lagi memiliki batasan dalam hal apapun. Sastra cyber seakan menjadi wadah pelarian dalam menciptakan karya sastra selain media cetak seperti koran, majalah, dan sebagainya. Lantas bagaimana dampak dari kemudahan yang diberikan oleh sastra cyber ini?
Di era sekarang ini pemanfaatan teknologi tidak lagi terbatas pada mailing list, situs, forum, atau blog. Pemanfaatan teknologi sudah lebih dari sekadar itu, kini sudah banyak aplikasi yang dibuat memang khusus untuk menampung semua tulisan sastra dalam dunia digital, misalnya Wattpad, Webtoon, dan masih banyak yang lainnya. Sastra cyber juga tidak terbatas pada aplikasi khusus tadi, bahkan seluruh aplikasi di media sosial pun bisa menjadi ruang atau wadah bagi sastra cyber. Ruang-ruang tersebut memuat siapapun pencipta karya sastra baik bagi para sastrawan yang sudah lebih dulu dikenal maupun yang belum.
ADVERTISEMENT
Melihat perkembangan sastra cyber yang begitu pesat, segelintir pro kontra tentu muncul. Di antara bentuk kontra itu adalah pada Graffiti Gratitude yang merupakan buku antalogi puisi cyber. Ahmadun Yosi Herfanda dalam artikelnya secara terang-terangan menyebut puisi yang terbit di internet sebagai “tong sampah”, hal ini karena karya yang terbit di internet adalah jenis sastra yang tidak bisa terbit di media cetak. Terlepas dari adanya kontra tersebut, pandangan tentang dampak positif dan negatif sastra cyber bergantung pada perspektif masing-masing orang.
Jika kita melihat dampak positif sastra cyber, tentu hal ini merupakan bentuk kemudahan yang patut dimanfaatkan bagi para pencipta karya sastra. Para sastrawan dapat dengan mudah menampilkan karyanya, begitu pun dengan para penikmat karya yang dapat lebih mudah untuk mengapresiasinya. Selain itu, dengan adanya sastra cyber juga menjadikan siapapun dapat berproses dalam bidang sastra tanpa adanya batasan sastrawan harus begini, sastrawan harus begitu. Namun tidak dapat dipungkiri dampak positif akan selalu beriringan dengan lawannya , yaitu dampak negatif. Dampak negatif sastra cyber yang menjadi sorotan utama adalah hilangnya batasan-batasan sastra itu sendiri. Dunia digital yang sangat luas dan mudah dijangkau oleh siapa saja menjadikan sastra seperti kehilangan jati dirinya karena terlalu banyaknya karya yang dilabeli sebagai karya sastra sehingga menghilangkan esensi sastra itu sendiri. Terlepas dari kedua dampak hadirnya sastra cyber, sastra cyber merupakan bentuk kemajuan dari proses panjang perjalanan di setiap periodenya.
ADVERTISEMENT