Konten dari Pengguna

Ditarik Pemudik, ATM di Kampung Tinggal Kenangan

Rizma Dita
Mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto Prodi Ilmu Komunikasi
1 April 2025 15:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizma Dita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
orang sedang mengantre atm minimarket, foto: Rizma Dita C
zoom-in-whitePerbesar
orang sedang mengantre atm minimarket, foto: Rizma Dita C
ADVERTISEMENT
Pada siang hari di desa Cipari, Jawa tengah antrean panjang terlihat mengular di depan mesin ATM di sebuah minimarket. Suasana terasa sesak, dengan mereka yang entah ingin menarik uang dan yang sekadar berbelanja kebutuhan Lebaran 2025. Bahkan rasanya pendingin ruangan pun tidak ada harganya di antara udara orang-orang yang mengantri. Seorang kasir tampak sibuk melayani pembeli, sementara beberapa orang berdiri dengan wajah cemas di depan ATM, berharap saldo mereka bisa segera cair. Seiring gelombang pemudik yang membanjiri kampung halaman, kebiasaan kota pun ikut mengalir bersama mereka. Minimarket yang dulu lengang kini berubah riuh, rak-raknya nyaris kosong diserbu para perantau yang terbiasa dengan kemudahan belanja serba instan. Aroma modernitas bertemu dengan suasana desa, menggantikan tawar-menawar pasar tradisional dengan bunyi bip mesin kasir.
ADVERTISEMENT
Di rumah-rumah, amplop-angpau telah disiapkan, siap menjadi senyum di wajah anak-anak yang tak sabar menanti. Sementara itu, ATM-ATM di sudut kampung bekerja tanpa henti, namun tak butuh waktu lama sebelum layar mereka hanya menampilkan satu pesan menyedihkan: “Saldo Habis.” Warga yang datang belakangan hanya bisa menghela napas panjang, mencoba mencari celah lain agar uang tetap mengalir untuk memenuhi segala kebutuhan Lebaran.
seorang warga yang sedang melakukan transaksi tarik tunai, foto: Rizma Dita C.
Di kampung ini, ATM bagaikan mata air di musim kemarau—langka dan cepat mengering. Hanya ada segelintir mesin yang tersedia, sementara gelombang pemudik dan warga terus berdatangan, mengular dalam antrean panjang dengan harapan bisa menarik uang tunai. Namun, tak sedikit yang harus gigit jari saat layar mesin menampilkan pesan saldo habis. Tak ingin pulang dengan tangan kosong, sebagian mencari celah lain—menyelinap ke minimarket yang menawarkan layanan tarik tunai atau mendatangi agen keuangan kecil yang, meski mengenakan biaya tambahan, setidaknya masih bisa menjadi penyelamat di tengah keterbatasan. “Banyak orang mudik nih pada narik duit, yang biasanya atm bisa unlimited sekarang cepet banget abisnya. Ini aja saya udah bolak balik dari kemaren baru dapet hari ini” keluh Mery, salah satu pejuang tarik tunai di mesin atm.
ADVERTISEMENT
Bagaikan lumbung yang habis dipanen, agen-agen keuangan yang biasanya menjadi penyelamat terakhir kini tak lagi punya cadangan. Dari kios kecil hingga gerai pulsa yang melayani tarik tunai, satu per satu kehabisan uang, tak sanggup memenuhi permintaan yang terus mengalir. Mesin EDC yang biasanya sibuk kini hanya teronggok diam, sementara pemiliknya menggeleng pasrah pada pelanggan yang datang dengan harapan, tetapi pulang dengan tangan hampa. Di tengah hiruk-pikuk Lebaran, uang tunai berubah menjadi barang langka, membuat banyak orang harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan mereka. “Ini aja saya bingung mau bisnis gimana ya orang ga ada duit tunainya” Seorang salah satu agen bercerita bahwa bisnisnya lancar jaya hingga ia saja bingung untuk menjalankan bisnis transaksi tunainya.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini terus berulang setiap musim Lebaran—ATM kosong bak ombak yang selalu kembali ke pantai, antrean mengular, dan warga yang kelimpungan mencari uang tunai. Setiap tahun, kampung ini menghadapi kemacetan transaksi, di mana kebutuhan melonjak sementara ketersediaan tak mampu mengejar. Warga sudah hafal pola ini, namun solusi tak kunjung datang, seolah menjadi ritus tahunan yang harus diterima dengan pasrah. Dari pasar hingga minimarket, dari ATM hingga agen keuangan, semua merasakan denyut yang sama: hiruk-pikuk yang berulang, meninggalkan jejak keluhan yang kembali menggema di tahun berikutnya.