Konten dari Pengguna

Menyusuri Lelah Arus Balik: Dari Mall yang Padat Hingga Dawet Pinggir Sawah

Novanda Tegar Maulana Rizki Sugiarto
Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Amikom Purwokerto
6 April 2025 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novanda Tegar Maulana Rizki Sugiarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Arus balik Lebaran 2025 membentuk lanskap baru di berbagai titik, tidak hanya di jalan raya, tetapi juga pusat-pusat perbelanjaan dan tempat persinggahan di pedesaan. Setelah berjumpa keluarga dan kampung halaman, para pemudik memulai perjalanan kembali menuju kota dengan wajah lelah, namun penuh cerita.
ADVERTISEMENT
Pusat perbelanjaan menjadi semacam ‘ruang transisi’ bukan hanya antara desa dan kota, tetapi antara suasana hangat silaturahmi dan kehidupan produktif yang segera datang. Di antara deretan etalase dan food court, para pemudik menyeret kaki yang mulai pegal, namun masih menyimpan sisa semangat dari rumah halaman. Anak-anak tampak mengantuk dalam gendongan, sementara orang tua mereka membandingkan harga sepatu sekolah atau menunggu kopi siap di ujung antrean.
Dokumentasi Pribadi: Pusat perbelanjaan menunjukkan keramaian pengunjung (5/4/2025)
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi: Pusat perbelanjaan menunjukkan keramaian pengunjung (5/4/2025)
Di Jalur Lintas Selatan Jawa Tengah kendaraan dari arah Yogyakarta menuju Bandung/Jakarta mengalami peningkatan sejak pagi hari. Mobil keluarga berderet dengan barang bawaan menumpuk di atap. Sementara itu, motor pemudik menyelinap perlahan di antara jalur yang sempit dan padat. Klakson sesekali terdengar, tapi lebih banyak lagi adalah diam wajah-wajah lelah, namun tenang yang fokus menuju rumah mereka di perantauan. Di tengah padatnya lalu lintas, para pemudik motor berhenti sejenak di warung dawet pinggir jalan. Di sinilah mereka melepas penat, memandangi hamparan sawah yang tenang di bawah langit cerah.
Dokuentasi Pribadi: Kepadatan arus balik Lebaran daerah Rawalo (5/4/2025)
Arus balik bukan hanya soal perpindahan massa, tapi juga tentang ritme hidup masyarakat pasca-Lebaran. Mall menjadi destinasi “penutup libur” tempat membelikan mainan untuk anak atau sekadar cuci mata. Sementara di desa, momen berhenti sejenak di warung pinggir sawah menjadi kebiasaan pelepas rindu akan suasana kampung yang damai.
ADVERTISEMENT
Di jalan-jalan desa yang menjadi rute alternatif dengan adanya warung sederhana berdiri di bawah pohon rindang atau di pinggir hamparan sawah. Di sinilah para pemudik berhenti melepas penat dengan duduk di bangku kayu dan menikmati segelas dawet dingin yang disajikan dengan senyum ramah. Lewat semilir angin yang membawa aroma dawet yang menyegarkan, memberikan jeda di antara perjalanan panjang yang melelahkan.
Dokumentasi Pribadi: Para pemudik bersinggah melepas penat dengan meminum dawet (5/4/2025)
Pada malam hari, ritme jalan perlahan berubah. Arus balik Lebaran yang sejak pagi memenuhi berbagai ruas jalan nasional kini mulai lenggang. Di beberapa titik yang semula padat, sekarang kendaraan bergerak lebih leluasa, bahkan sesekali berhenti dalam keheningan. Seperti satu babak besar yang perlahan menutup tirai, sebagian besar pemudik telah mencapai tujuan akhir mereka.
ADVERTISEMENT
Meskipun lalu lintas mulai lengang, perjalanan itu belum benar-benar usai. Di balik jendela kendaraan yang kini melaju lebih tenang, tersimpan sisa-sisa emosi yang masih hangat. Di dalam mobil, di atas motor yang kembali melaju, ada yang masih menyimpan sisa peluk, tawa, dan rindu yang menggantung seolah ingin memperlambat kepulangan ke kota.
Dokumentasi Pribadi: Arus balik Lebaran pada malam hari ramai lancar (5/4/2025)
Akhir dari arus balik bukan hanya ditandai dengan kepadatan lalu lintas atau padamnya aktivitas di terminal dan stasiun. Ia berakhir dalam momen-momen kecil yang sunyi namun bermakna. Di tengah tumpukan barang bawaan, di sela kemacetan panjang, dan di balik lelah yang terbungkus diam, para pemudik sedang menyelesaikan satu episode penting dalam hidup mereka. Tak semua letih datang dari perjalanan. Banyak pula yang muncul dari hati yang tulus karena harus kembali menahan rindu, kembali ke rutinitas yang dingin, kembali ke kota yang kadang terasa asing. Pulang yang tak sebentar, dan berpisah yang tak mudah.
ADVERTISEMENT