Konten dari Pengguna

Kasus Perceraian Meningkat Akibat Faktor Ekonomi

Rizqi Fitra
Mahasiswa Uin Syarif Hidayahtulah Jakarta
30 November 2021 19:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizqi Fitra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/images/id-908743/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/images/id-908743/
ADVERTISEMENT
Pada masa pandemi seperti sekarang ini, banyak kita temui masalah yang muncul, mulai dari sulitnya keluar rumah dan keterbatasan kita untuk beraktivitas hingga hanya ingin bekerja saja itu sangat susah ini adalah usaha yang sangat sulit bagi keluarga dan hampir setiap keluarga pada masa pandemi sekarang ini pasti mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Salah satu seorang ibu rumah tangga ketika ditanya tentang pandemi Covid-19 ini meyatakan bahwa pandemi virus Covid-19 dan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) ini sangat berdampak besar terhadap ekonomi, ketahanan dan keharmonisan keluarga.
Sejumlah perusahaan di Tangerang melakukan Pemutusan Hubugan Kerja (PHK) terhadap karyawan ditengah pandemi Covid-19, tingkat stress masing-masing keluarga dengan adanya PHK itu sangat tinggi dikarenakan kehilangan penghasilan, pembelajaran jarak jauh yang membosankan anak-anak dan orang tua, terutama semua ibu yang semula hanya bertanggung jawab atas rumah, tiba-tiba harus bertindak jadi guru dan tinggal bersama untuk waktu yang lama di rumah.
Selain itu, alasan perceraian adalah ekonomi yang terus menurun di beberapa keluarga, pasangan belum siap membangun rumah tangga akibat pernikahan dini dan juga sulitnya beraktifitas untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup kita dan keluarga pada masa sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Dan ternyata banyak terjadi di kota-kota besar seperti Tangerang saat ini, kota Tangerang mencatatkan cukup tinggi tingkat perceraiannya, berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Juni 2021.
Inkuisisi kota Tangerang telah memutuskan bahwa angka perceraian meningkat secara cepat, dan selama masa pandemi perceraian mencapai 1.162 kasus per tahun.
"Rata-rata faktor ekonomi menjadi masalah utama terjadinya perceraian," kata Kepala Kantor Agama Kota Tangerang, angka perceraian di masa normal sekitar 2.000 sampai dengan 2.500 per tahun, namun adanya pandemi Covid-19 ini angka perceraian naik bahkan mencapai 2 kali lipat lebih tinggi dari yang sebelum pandemi.
Selain itu, banyak bisnis dan pengusaha terkena dampak pandemi dan semua orang terkejut, seperti pemutusan hubungan kerja secara tiba-tiba dan mereka tidak tahu harus apa setelah diberhentikan dari pekerjaanya.
ADVERTISEMENT
Lain halnya seperti kota-kota kecil yang ada di Indonesia, kota Tangerang memiliki populasi yang cukup besar, sehingga segala sesuatu mulai dari toko pakaian hingga elektronik dan memasak adalah masalah kerja dan praktik, persaingan sangat ketat ini membuat sangat sulit untuk mencari pekerjaan atau memulai bisnis disana, terutama di kota Tangerang.
Begitu besar dampak pandemi yang dirasakan oleh banyak keluarga, khususnya dalam segi ekonomi keluarga, pemutusan hubungan kerja dilakukan di mana-mana dan banyak bisnis atau usaha-usaha tutup seperti usaha kuliner, pakaian, dan alat elektronik karena sepinya pembeli dan masih banyak lagi faktornya yang menyebabkan usaha mereka terpaksa berhenti sehingga mereka harus kehilangan mata pencaharian.
Tujuan dari artikel ini dibuat adalah untuk memberi tahu ke semua orang bahwa dampak dari pandemi ini sangat begitu besar, bukan hanya virus yang mematikan, tapi dibalik itu semua ada banyak teman kita yang kehilangan keluarga, kerabat, pekerjaan, dan bahkan hingga mata pencaharian mereka pun harus menjadi korban dari ganasnya pandemi ini, mereka harus menerima kenyataan pahit dari ekonomi yang sangat sulit dan lebih buruknya lagi rumah tangga mereka harus kandas.
ADVERTISEMENT