Konten dari Pengguna

Work From Home: Solusi Jangka Panjang atau Hanya Tren Sementara?

Rizqia Ananda Mulya Permata
MAHASISWI ADMINISTRASI PUBLIK - Universitas Muhammadiyah Bandung
13 Oktober 2024 14:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizqia Ananda Mulya Permata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
SDM menjadi faktor terpenting dalam keberhasilan suatu perusahaan pada era revolusi digital, dianggap akan lebih produktif; inovatif; dan adaptif pada setiap generasi, apabila suatu perusahaan mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Ditandai dengan cyber fisik serta adanya kolaborasi manufaktur hadirnya industri 4.0 otomatis menggantikan industri 3.0 . Work From Home sedunia diperingati pada tanggal 10 April setiap tahunnya. WFH atau bekerja dari jarak jauh bukan merupakan konsep baru. Melainkan sudah ada jauh sebelum era digital. Kebijakan WFH diberlakukan di Amerika Serikat tahun 1970-an. Hal ini terjadi karena melonjaknya harga bensin yang disebabkan oleh embargo minyak OPEC tahun 1973. Meningkatnya harga bensin membuat biaya perjalanan ke kantor menjadi lebih mahal, sehingga perusahaan membuat kebijakan tersebut. Masa itu, kebijakan memperbolehkan karyawan bekerja dari mana saja selama membatasi perjalanan yang mengeluarkan uang bensin. Mereka diizinkan berangkat ke kantor secara berkala dan bebas mengendalikan jadwalnya sendiri. Lalu mengambil kebijakan WFH semakin meningkat di tahun 2000-an berkat teknologi dan kemunculan komputer pribadi, internet, email, ponsel, dan sebagainya. Di beberapa perusahaan, kebijakan bekerja jarak jauh bahkan disinyalir sudah mampu meningkatkan efisiensi kerja karyawan. Sekarang, tren bekerja di mana saja mulai populer di Indonesia dan banyak diterapkan di berbagai macam perusahaan. Di masa awal pandemi, para karyawan sejumlah perusahaan “dipaksa” untuk membiasakan diri dengan sistem Working From Home. Proses menyesuaikan dengan sistem kerja secara online tersebut memang tidak mudah termasuk untuk lulusan baru dan anak magang yang baru mau masuk ke dunia kerja. Sekarang meskipun pandemi belum selesai, pemerintah mulai meringankan kebijakan tersebut. Beberapa perusahaan diizinkan untuk kembali beroperasi secara offline, walau kapasitas karyawan yang hadir masih dibatasi. Meskipun pandemi belum tuntas secara keseluruhan, meredanya pandemi telah membuat perusahaan dapat beroperasional secara normal. Perusahaan yang sebelumnya mewajibkan sistem bekerja secara remot, sekarang mulai memberlakukan sistem kerja di kantor seperti saat sebelum ada pandemi. Tetapi faktanya, karyawan yang sebelumnya menjalani sistem WFH sebagian besar merasa lebih nyaman untuk melanjutkannya. Suatu investigasi yang dilakukan EY ASEAN dalam judul ‘Work Reimagined Employee Survey’ pada Juli 2021 lebih dari 16.000 responden di 16 Negara yang mayoritas responden dari Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia; menemukan fakta bahwa 32% pekerja memilih untuk tetap bekerja secara remot sesudah pandemi, 29% memilih WFH penuh waktu, dan 29% lainnya memilih sistem kerja hybrid yakni kombinasi antara WFH dan Work From Office dan/atau WFO. Berdasarkan uraian kalimat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan terkait opini menurut penulis bahwa WFH bisa menjadi tren sementara karena keterbatasan infrastruktur yakni tidak semua pegawai memiliki kualitas jaringan yang bagus sehingga kantor mempertimbangkan kembali untuk bekerja kembali ke kantor masing – masing.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka :
Widya, Arintha. (2021). Sejarah Tren Bekerja Jarak Jauh Mulai dari WFH hingga WFA, Apa Itu ? . Diakses pada 11 Oktober 2024. Dari https://www.parapuan.co/read/533035984/sejarah-tren-bekerja-jarak-jauh-mulai-dari-wfh-hingga-wfa-apa-itu
Work From Home menjadi tren sementara. Foto : Pngtree_Work From Home to reduce.