Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Rindu Merbabu
1 Oktober 2017 21:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Rizqia Shabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun 2015 adalah awal mula saya jatuh cinta kepada Gunung Merbabu. Waktu itu karena saya bisa memandangnya dari jarak yang sangat dekat, yakni saat pendakian Gunung Merapi. Sungguh Merbabu sangat cantik terpampang di depan mata ketika dilihat dari Pos Pasar Bubrah. Sejak saat itu, saya berkeinginan sekali suatu hari bisa mendapat kesempatan untuk mendaki Merbabu. Meskipun belum pernah singgah langsung kesana, saya sudah bisa merasakan rindu kepada Merbabu.
ADVERTISEMENT
Sekitar setelah dua tahun penantian, waktu itu karena sibuk menyelesaikan kuliah dan skripsi, maklum mahasiswa tingkat akhir hahaha, akhirnya kesempatan yang saya tunggu datang juga, bulan Juli Tahun 2017, tepat seminggu setelah saya wisuda.
Saya berangkat bersama satu orang teman dari UNS, dan 8 orang teman-teman UMS. Karena kami dari Solo, kami memilih jalur terdekat untuk mendaki Merbabu, yaitu via Selo, Boyolali. Jalur pendakian Selo ini sangat cocok bagi pendaki pemula, karena selama pendakian kita masih banyak menemukan jalur landai. Selain itu, dari jalur ini juga kita akan banyak menemukan pemandangan cantik selama pendakian seperti hutan, bukit, sabana, dan lain-lain. Hanya saja pendakian via Selo ini tidak terdapat mata air, jadi tempat pengisian air terakhir Cuma terdapat di pos pendaftaran simaksi.
ADVERTISEMENT
Kami start mendaki dari basecamp sekitar pukul 11 malam, perjalanan hingga pos 1 Dok Malang memakan waktu hampir 3 jam. Kami jalan cukup santai, treknya berupa hutan pohon-pohon besar, banyak ditemukan jalur landai, tetapi juga harus melewati jalur-jalur menanjak berupa tanah dan bebatuan. Di pos 1 kami beristirahat sejenak. Karena pendakian kami waktu itu malam hari, kami segera bergegas melanjutkan perjalanan sebab udara gunung yang semakin dingin dan angin yang cukup kencang.
Dari pos I ke pos II (Pandean) membutuhkan waktu sekitar satu jam, treknya masih berupa tanah dan hutan-hutan, tetapi semakin menanjak. Karena kondisi cuaca waktu itu sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendakian, serta beberapa teman kami juga sudah mulai kelelahan, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pos II. Dingin sekali udaranya, anginnya juga semakin kencang, untungnya malam itu tidak sampai turun hujan.
ADVERTISEMENT
Kami mendirikan dua buah tenda untuk sepuluh orang. Setelah tenda beres, beberapa dari kami sampai tak bisa tertidur saking dinginnya walaupun sudah memakai sleeping bag dan jaket tebal, padahal lelah dan ngantuk sekali. Jadilah kami berbaring di tenda tetapi malah saling mengobrol satu sama lain dan melempar candaan, hahaha. Saya sendiri waktu itu hanya satu jam saja terlelap, ketika bangun jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
Dari luar tenda saya mendengar ternyata dua orang teman saya sudah asyik berfoto menikmati pemandangan matahari terbit yang bisa kita lihat dari pos II Merbabu. Padahal angin kencang sejak tadi malam belum reda juga. Tetapi saya tidak mau kehilangan momen, sambil melawan dingin dan kantuk saya bergegas keluar tenda untuk menyaksikan sunrise.
ADVERTISEMENT
Sungguh cantik sekali pemandangannya, saya sudah berada di ketinggian diatas awan. Hanya rasa takjub dan bersyukur yang saya rasakan saat itu. Pagi yang cerah, hangatnya sinar matahari, terpaan angin, dan suara-suara burung yang sesekali terdengar. Tak lupa saya juga mengambil beberapa gambar. Terlalu sayang jika momen seperti ini hanya dilewatkan tanpa direkam. Setelah puas berfoto-foto, berikut ini adalah momen yang juga sangat dirindukan sekali saat mendaki gunung. Apalagi kalau bukan memasak, menyiapkan makanan, lalu makan bersama. Nikmat sekali.
Saat itu kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan hanya sampai pos 3 (Watu Tulis), karena bisa dibilang kami sudah terlalu siang jika ingin mendaki sampai sabana, apalagi ke puncak, takutnya saat perjalanan turun kami akan kemalaman. Barang-barang berat seperti tas dan yang lain tetap kami tinggal di tenda, kami hanya membawa air minum dan tas kecil, kamera, dan handphone masing-masing.
ADVERTISEMENT
Dari pos II ke pos III trek nya didominasi tanah-tanah yang semakin menanjak, hati-hati jika musim kemarau tanahnya sangat kering, kurang bisa untuk dipijak dengan kuat sehingga licin dan rawan terpleset. Angin yang belum reda juga membuat debu-debu berterbangan, jangan lupa untuk memakai masker pelindung.
Pemandangan yang bisa dinikmati sepanjang menuju jalur pos III yaitu lembah pegunungan yang sudah mulai banyak ditumbuhi bunga-bunga edelweis. Saat kita berdiri di tanah menanjak lalu menghadap kebelakang terlihat kita sudah berada di ketinggian, cantik sekali viewnya. Perjalanan ke pos III ini membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Sampai di pos III, akhirnya pemandangan khas gunung Merbabu yang selama ini hanya bisa saya lihat di foto sekarang nyata ada didepan kedua mata saya. Apalagi kalau bukan hijaunya sabana Merbabu. Tak cukup itu saja indah pemandangan yang ditawarkan, yang tak kalah luar biasa lagi adalah akhirnya saya bisa memandang gagahnya gunung Merapi dari Merbabu. Rasa syukurnya sampai tak bisa lagi saya ungkapkan dengan kata-kata. Merbabu benar-benar mengobati rindu.
ADVERTISEMENT
Sekitar satu jam menikmati pemandangan di pos Watu Tulis, kami bergegas kembali ke pos II untuk packing barang-barang dan tenda. Setelah semuanya beres, kami melanjutkan perjalanan turun ke basecamp. Tidak seperti saat pendakian, perjalanan turun tentu saja membutuhkan waktu yang lebih singkat, dari pos III ke basecamp hanya sekitar 3 setengah jam saja.
Lega, dan bersyukur rasanya kami bisa kembali dengan selamat. Makan bersama, minum kopi atau teh, serta ngobrol di basecamp sebelum pulang juga merupakan suasana yang hangat menyenangkan bersama teman-teman.
Terima kasih untuk perjalanan kita kali ini. Terima kasih kalian telah menemani saya mengobati rindu indahnya Merbabu. Semoga di lain kesempatan kami masih bisa kembali kesini, baik untuk sekedar kembali merasakan kebersamaan, ataupun mengulang pendakian Merbabu hingga ke puncak.
ADVERTISEMENT