Konten dari Pengguna

Beban Siswa Menghadapi Peer Pressure di Sekolah

Robin Wijaya
Pengajar dan penulis lepas Part of National Global School Founder of Writing Clinic and Kotak Langit Indonesia
2 Juli 2023 21:00 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Robin Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak sangat mungkin mengalami tekanan oleh teman sebaya di sekolah. Foto: Unsplash/ Morgan Basham
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak sangat mungkin mengalami tekanan oleh teman sebaya di sekolah. Foto: Unsplash/ Morgan Basham
ADVERTISEMENT
Sebagai ruang interaksi, sekolah tentu memberikan peluang untuk masuknya berbagai pengaruh, baik itu pengaruh positif maupun negatif. Salah satu pengaruh yang jamak dikenal belakangan adalah tekanan dari teman sebaya atau lebih dikenal dengan istilah peer pressure.
ADVERTISEMENT
Peer pressure adalah pengaruh yang diberikan oleh suatu kelompok terhadap anggota individunya agar berperilaku sesuai tuntutan kelompok tersebut. Peer pressure ini biasanya akan menghasilkan perasaan di mana seseorang merasa harus melakukan hal yang sama seperti orang lain agar disukai atau dihargai, meski terkadang tindakan atau perilaku tersebut bertentangan dengan karakternya.
Tekanan yang merupakan efek dari peer pressure ini sebetulnya tidak selalu bersifat negatif. Ada kalanya, sesama siswa juga memberikan pengaruh yang positif seperti semangat kompetisi dalam prestasi di sekolah, maupun pencapaian dalam bidang non akademik.
Namun, jika pengaruh negatif yang dihasilkan melalui peer pressure ini diterima terus-menerus, bisa saja menjerumuskan siswa untuk melakukan hal-hal yang merugikannya, hanya karena alasan agar tidak dikucilkan, dipandang rendah, atau ditolak.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari American Pyschological Association, dampak panjang dari peer pressure ini memiliki konsekuensi negatif bagi kesehatan mental dan fisik siswa. Oleh karena itu, penting bagi tenaga pendidik untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai peer pressure ini, agar tidak hanya bertindak sebagai pengawas perilaku dan sikap siswa di lingkungan sekolah, tetapi juga memberikan edukasi yang tepat kepada siswa maupun orang tua.
Fenomena peer pressure ini nyatanya telah berjalan sejak lama, bahkan menjadi lebih mudah terbentuk dengan perkembangan teknologi informasi dan media sosial seperti sekarang ini. Informasi yang masif tanpa filtrasi yang kuat sangat mudah mempengaruhi siswa dalam perubahan sikap dan pengambilan keputusan.
Hal ini kemudian diteruskan lagi kepada rekan-rekannya di sekolah, sehingga menciptakan standar kelompok yang ingin dicapai oleh siswa lainnya. Tentu, bagi mereka yang tidak bisa mencapai atau mengikuti standar tersebut, akan memberikan dampak psikologis yang negatif.
ADVERTISEMENT
Bukan sebuah hal baru mendengar paparan berita mengenai siswa yang mengalami kecemasan dan depresi di usia yang masih sangat muda atau kenakalan remaja yang semakin rentan selama beberapa tahun belakangan. Hal-hal tersebut hanyalah beberapa contoh dari dampak yang dihasilkan oleh peer pressure yang tidak ditangani dengan baik.
Pada beberapa kasus, dampak negatif lainnya bisa membuat siswa menarik diri dari lingkungan karena memiliki pandangan buruk tentang dirinya sendiri, atau malah salah dalam memilih identitas diri.
Pengetahuan dan pemahaman tenaga pendidik mengenai peer pressure ini menjadi sangat penting karena perubahan arus informasi dan perkembangan mental generasi saat ini membutuhkan bimbingan dan pengawasan yang kuat.
Biar bagaimanapun juga, siswa perlu mendapatkan arahan dan edukasi agar mengenal diri sendiri, sehingga mereka mampu membangun benteng perlindungan dari gelombang pengaruh negatif. Dan peran itu, sebagian dari porsinya ada di tangan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan dan para guru sebagai tenaga pendidik.
ADVERTISEMENT

6 Jenis Peer Pressure dan Mengetahui Ciri-Ciri Siswa yang Mengalaminya

Dikutip dari situs Choosing Therapy, ada enam jenis peer pressure agar tenaga pendidik maupun orang tua dapat memahaminya lebih lanjut.

1. Spoken Peer Pressure

Seperti istilahnya, spoken peer pressure adalah pengaruh yang diucapkan atau disampaikan secara langsung dan terang-terangan. Individu atau kelompok yang memberikan pengaruh biasanya meminta individu lain untuk berpartisipasi melakukan perilaku tertentu. Jenis peer pressure ini akan memberikan dampak yang lebih kuat jika pelakunya adalah sebuah kelompok.

2. Unspoken Peer Pressure

Jenis peer pressure ini membuat seseorang terpapar terhadap perilaku, tren atau pilihan-pilihan orang lain. Biasanya pengaruh dari peer pressure ini membuat seseorang merasa tertekan sehingga berusaha untuk menyesuaikan dirinya. Contohnya, keinginan untuk memiliki berat badan ideal, kulit wajah yang putih, mengikuti tren fesyen atau mencoba jajanan kekinian.
ADVERTISEMENT

3. Direct Peer Pressure

Peer pressure jenis ini datang dari teman sebaya secara langsung. Bentuknya dapat berupa perilaku yang diucapkan maupun tidak diucapkan. Lingkungan terdekat dari seorang siswa seperti teman sekelas atau teman seangkatan berperan besar dalam memberikan pengaruh ini.

4. Indirect Peer Pressure.

Berbeda dengan jenis peer pressure sebelumnya, pengaruh tekanannya seringkali tidak terjadi secara langsung dan tidak begitu kuat. Akan tetapi, jenis pengaruh ini memberikan validasi atas perilaku atau aktivitas yang ingin dicoba oleh seorang siswa dan belum pernah dilakukan sebelumnya.
Misalnya, mencoba merokok, membolos, atau melakukan aktivitas seksual. Pengaruh tersebut memvalidasi bahwa tindakan yang dilakukan siswa adalah sesuatu yang wajar untuk dilakukan di usianya meskipun hal tersebut sebetulnya salah.

5. Peer Pressure Positif

Peer pressure ini membawa pengaruh yang baik pada siswa. Misalnya, sikap kompetitif yang mendorong siswa lebih giat belajar demi mengejar prestasi, menabung untuk mendapatkan pencapaian tertentu seperti membeli gawai atau travelling, dan yang lainnya.
ADVERTISEMENT

6. Peer Pressure Negatif

Kebalikan dari jenis peer pressure sebelumnya, jenis ini mendorong siswa melakukan hal-hal buruk dan didukung oleh motivasi yang juga salah.

Ciri-Ciri Siswa yang Sedang Mengalami Peer Pressure

Keterbukaan memang adalah yang utama. Namun, tidak jarang siswa cenderung menyembunyikan masalah yang sedang dihadapinya. Dan tenaga pendidik maupun orang tua perlu memperhatikan dengan cermat jika terjadi perubahan sikap dan perilaku pada anak didik atau putra-putrinya.
Berikut adalah ciri-ciri umum jika seorang siswa atau anak tengah mengalami peer pressure dari lingkungannya:
Beberapa ciri di atas juga bisa mengindikasikan bahwa siswa mengalami perundungan atau bahkan mengalami gangguan kesehatan mental dengan tingkatan yang berbeda-beda. Jika beberapa dari ciri di atas sudah terjadi, tak ada salahnya jika tenaga pendidik ataupun orang tua mengambil tindakan atau meminta bantuan tenaga ahli seperti konselor jika dibutuhkan.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Seharusnya Tenaga Pendidik dan Orang Tua Bertindak Menangani Peer Pressure di Sekolah?

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan tenaga pendidik maupun orang tua untuk membantu siswa dan putra-putrinya dalam mencegah pengaruh dari peer pressure.

1. Ajari untuk membedakan mana yang baik dan buruk

Sangat mudah bagi pengaruh yang diterima untuk dapat menjerumuskan siswa dalam hal-hal negatif. Mengajari untuk membedakan mana yang baik dan buruk adalah sebuah langkah yang penting. Lakukan pendekatan secara personal dan ajak siswa untuk berpikir kritis tentang mana yang baik dan berguna untuknya.
Beri pengertian bahwa tekanan yang diberikan teman sebaya juga tidak selalu buruk. Meski demikian, perlu dipahami bahwa terkadang ada hal-hal yang begitu samar dan itu butuh pemahaman dari siswa sendiri.
Menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, bentuk peer pressure yang positif justru dapat mendorong seorang siswa untuk berkembang lebih baik, selama mereka mampu memilih dan memilah pengaruh tersebut dengan benar.
ADVERTISEMENT

2. Ajari untuk mengatakan ‘Tidak’

Berkata tidak memang bukanlah hal yang mudah. Terkadang, sebagai orang dewasa, kita pun kesulitan untuk menolak sebuah ajakan, terlebih jika ajakan tersebut datang dari orang-orang terdekat atau orang-orang yang kita kenal dengan cukup baik.
Sekali lagi, selalu ada pilihan untuk menolak jika memang ajakan tersebut bersifat negatif. Walau terasa tidak nyaman atau bahkan memicu munculnya respons yang buruk. Beri pemahaman kepada siswa bahwa yang dilakukannya sudah tepat, dan itu adalah bentuk penghargaan terhadap dirinya sendiri.

3. Bangun rasa percaya diri

Siswa dengan rasa percaya diri yang tinggi cenderung lebih mudah menolak tekanan dan pengaruh dari teman sebayanya. Namun, bagaimana caranya bisa membangun rasa percaya diri tersebut? Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh tenaga pendidik adalah memberikan dukungan.
ADVERTISEMENT
Hal ini tidak bisa dilakukan sesekali, tetapi merupakan sebuah upaya yang perlu terus-menerus dilakukan. Guru juga bisa menjadi panutan dengan bersikap percaya diri di depan siswanya. Role model bisa memberikan pengaruh yang baik sehingga memudahkan proses tersebut tercapai.

4. Menjaga komunikasi

Saat komunikasi terjalin dengan baik, siswa akan merasa lebih nyaman dan bicara secara terbuka. Dengan keterbukaan, siswa akan berani menceritakan mengenai masalah yang dihadapinya, dan akan lebih mudah bagi tenaga pendidik untuk membantunya. Ajari juga siswa untuk menghubungi orang-orang terdekat jika pengaruh tersebut membawanya ke dalam situasi yang berbahaya.

5. Ajari bahwa menjadi beda itu wajar

Identitas diri kerap menjadi masalah bagi siswa. Merasa berbeda adalah sesuatu yang bisa saja ditakuti atau membuat siswa merasa tidak nyaman. Ajari pada siswa bahwa perbedaan adalah sesuatu yang wajar.
ADVERTISEMENT
Akan ada banyak sekali perbedaan baik itu dalam penampilan fisik, prinsip, maupun pilihan. Menjadi berbeda bukanlah hal yang salah dan tidak harus menyamakan diri dengan orang lain jika ternyata hal itu kurang baik untuk dilakukan.

6. Ajari untuk berani speak up

Cara menghadapi peer pressure salah satunya adalah dengan memberanikan diri berbicara kepada teman atau lingkungan yang memberikan pengaruh negatif ke dalam hidupnya. Ajari siswa untuk berani berkata jujur dan menyampaikan alasan atas pilihan tersebut.
Tidak semua teman atau lingkungan siswa bisa menerima alasan tersebut. Namun, ada kalanya, penolakan dan alasan tersebut cukup efektif untuk menghentikan teman sebaya atau lingkungan untuk terus menekan dan memaksakan kehendak secara berulang.

Edukasi Menyeluruh

Hal-hal di atas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tenaga pendidik tentunya juga tidak bisa memberikan edukasi secara sepihak. Jika hal ini terjadi di lingkungan sekolah, maka edukasi secara menyeluruh dapat dilakukan. Baik itu untuk membentengi siswa dari pengaruh tekanan teman sebaya, maupun kepada siswa yang tidak menyadari kalau mereka telah bertindak sebagai orang yang memberikan pengaruh.
ADVERTISEMENT