Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Efektifkah?

Pardomuan Robinson Sihombing
Seorang ASN, Fungsional Statistisi Ahli Muda, yang bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta. Lulusan D-IV statistika ekonomi STIS dan S2 statistika terapan Unpad. Saat ini, melanjutkan studi doktoral statistika dan sains data di IPB University
Konten dari Pengguna
30 Juli 2021 11:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pardomuan Robinson Sihombing tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pembelajaran (koleksi Penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pembelajaran (koleksi Penulis)
ADVERTISEMENT
Semua insan Pendidikan, baik tenaga pendidik seperti guru atau dosen maupun peserta didik mulai berbenah mengikuti perkembangan situasi dan kondisi pendidikan saat ini. Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, semua pola aktivitas dan kegiatan berubah secara drastis. Pemerintah menganjurkan bekerja dari rumah alias work from home (WFH), sekolah dari rumah dan beribadah dari rumah.
ADVERTISEMENT
Salah satu sektor yang mengalami perubahan drastis adalah sistem pendidikan. Di mana semua aktivitas dilakukan dari rumah secara dalam jaringan (daring). Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus mengikuti mulai dari tingkatan terendah, pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga Pendidikan tinggi, pasca sarjana mengikuti proses pembelajaran dari rumah.
Proses PJJ
Apakah proses PJJ ini merupakan hal yang baru? Tentu saja proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini sudah ada sebelum adanya pandemi saat ini. Bahkan di Indonesia, 1 universitas negeri dan 1 universitas swasta telah lama menjalankan proses pembelajaran jarak jauh. Pada awalnya program ini diselenggarakan untuk para pekerja/karyawan yang berada jauh dari akses pendidikan, selain karena kesibukan waktu dalam bekerja. Dalam sistem ini terkadang diadakan tatap muka baik peserta didik yang berkumpul sebulan sekali atau saat ujian maupun pengajar yang datang ke lokasi murid jika ada beberapa murid yang mampu membiayai kedatangan tenaga pendidik tersebut.
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 sudah hampir 2 tahun, belum juga ada tanda-tanda pandemic ini akan berakhir. Pertanyaan yang timbul dan berkembang di masyarakat efektifkah sistem PJJ yang dijalani saat ini?
Hal ini tentunya sangat tergantung dari berbagai sudut pandang baik dari sisi pendidik maupun peserta didik yang bersangkutan. Jika persepsi yang dianggap bahwa, pengajar adalah hanya sebagai fasilitator, dan siswa yang harus aktif dalam mempelajari materi yang diberikan pendidik maka pembelajaran ini menjadi efektif.
Akan tetapi jika orientasinya hanya untuk gelar, sehingga siswa dapat saja hanya mengerjakan tugas dan ujian itupun dapat menggunakan jasa “joki”, tanpa mempelajari seluruh materi secara mandiri, maka makna dan tujuan PJJ ini menjadi tidak efektif.
Melihat gambaran kondisi di atas ya, memang berjalan. Hal ini dikarenakan keadaan peserta didik yang jauh dari akses pendidikan dan keterbatasan waktu di tengah kesibukan kerja dan aktivitas lainnya. Lalu bagaimana dengan PJJ yang terjadi di saat pandemi ini? PJJ saat ini lebih dikarenakan adanya paksaan dari keadaan yang tidak memungkinkan adanya pembelajaran secara tatap muka/luring.
ADVERTISEMENT
Dampak Negatif
Efektifkan PJJ saat ini? Mari kita coba telaah dari berbagai aspek. Aspek pertama, aspek kesiapan, dari para pendidik dan peserta didik. Di masa-masa awal, banyak pendidik dan peserta didik yang “kagok”/ tidak siap dengan adanya PJJ. Di mana yang umumnya biasa bertatap muka secara langsung, tiba-tiba hanya melalui laptop/ PC Komputer/HP. Barulah mulai berkembang adanya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan untuk pendidik, bagaimana menyiapkan materi pembelajaran yang baik dan menarik. Kedua, adanya keterbatasan fasilitas. media pembelajaran/platform yang digunakan. Beberapa media konferensi memiliki durasi akses yang terbatas. Ketiga, jaringan internet yang belum stabil dan sama antar wilayah. Di mana beberapa daerah yang belum terkoneksi secara baik.
Keempat, listrik, di beberapa daerah yang masih belum stabil, bahkan masih ada daerah yang durasi listrik padam lebih besar dari durasi listrik nyala. Hal ini menjadi tantangan lainnya dalam PJJ, sehingga PJJ menjadi kurang efektif.
ADVERTISEMENT
Ini baru dari aspek non teknis, ada lagi dari aspek teknis. Misalkan bagaimana PJJ dilakukan untuk mata pelajaran yang berbasis laboratorium seperti pada bidang kedokteran, kimia, fisika dan ilmu alam lainnya yang membutuhkan praktik langsung dan kesiapan alat yang hanya ada di lab. Untuk beberapa kampus dalam hal ini menyiasati dengan menunda waktu pembelajaran yang berbasis lab. Selain dari sisi teknis dan non teknis, yang menjadi kendala dalam PJJ adanya berkurangnya nilai-nilai interaksi sosial yang selama ini mungkin dapat terjadi ketika antar sesama peserta didik maupun dengan tenaga pendidik.
Dampak Positif PJJ
Apakah PJJ selalu berdampak buruk? Tentu saja PJJ ini memiliki sisi positif, di mana dengan adanya PJJ, baik tenaga pendidik dan peserta didik tidak perlu keluar rumah untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan kata lain lebih banyak waktu yang dapat digunakan bersama keluarga. Di sisi lain, dengana adanya PJJ, biaya pendidikan bisa menjadi lebih murah karena, pihak kampus mengurangi biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang disebabkan pengurangan biaya-biaya operasional apabila pembelajaran dilakukan tatap muka di kampus. Saat ini bahkan di Indonesia sudah berdiri Universitas yang 100 persen pembelajarannya dilakukan secara daring.
ADVERTISEMENT
Dari pembahasan di atas PJJ yang saat ini dilakukan memiliki dampak positif dan dampak negatif. Seberapa efektif dilakukan PJJ tergantung dari kondisi dan kesiapan baik dari sisi infrastuktur, tenaga pendidik dan peserta didik. Ke depan PJJ menjadi sesuatu hal yang biasa, hanya saja perlu diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Tidak serta merta langsung menyamaratakan kondisi semua daerah. Jadi efektifkah PJJ saat ini? Semua tergantung keadaan di lapangan.