Konten dari Pengguna

Ngaji Bareng Mas Sonny: “Algoritma Viral” Wajah Politik Indonesia

Robit Nurul Jamil
Akademisi Universitas Jember
17 Agustus 2022 20:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Robit Nurul Jamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tepat hari rabu malam kamis 03/08/2022, saya dan beberapa teman dosen bertemu dengan anggota DPR RI komisi VI. Sonny T Danaparamita di rumah DE-GIRI Banyuwangi. Pertemuan tersebut awalnya berbicara mengenai progress buku autobiografi tokoh yang sedang kita kerjakan. Berawal dari itu diskusi mengalir dengan fenomena politik nasional yang sedang terjadi. Mulai dari bung Karno hingga aktivisme digital yang sedang menjadi tantangan masyarakat 5.0 kedepan.
ADVERTISEMENT
https://mobile.twitter.com/always_sonny/photo
zoom-in-whitePerbesar
https://mobile.twitter.com/always_sonny/photo
Diskusi kami mengawali sesuatu yang baru-baru ini menjadi perbincangan publik atau masalah yang viral. Tentu banyak hal yang kita bahas dan banyak berbagai masalah yang coba kita analisis bersama. Rasionalisasinya sesuatu yang viral tersebut mendapat respons dari masyarakat, baik negatif maupun positif sehingga menarik untuk kita kaji. Singkatnya beberapa polemik viral ini muncul dengan berbagai asumsi, masyarakat menganalisis dan berselancar dengan pikiran-pikiran liar melalui platform digital. Marwah demokrasi menjadi daya tawar etika publik. Bagaimanapun kebenaran menjadi zona sakral yang disepakati masyarakat. Masyarakat digital berbondong-bondong mengawal dan meng-update konten media sosial, untuk menciptakan kesadaran bersama tentang permasalahan tersebut. Dalam konteks ini permasalahan yang di maksud lebih dari satu masalah. Dari viralnya brigadir Joshua sampai Gus Syamsudin dari blitar tak luput dari bahasan kita
ADVERTISEMENT
Polemik ini membuktikan aktivitas dunia digital menjadi parameter moral etik demokrasi. Kongregasi politik kuno dan otoritarian klasik yang semi feodal mulai runtuh perlahan, meskipun di berbagai tempat masih ada sebagian yang gandrung dengan grande elegacy. Biasanya digunakan para tokoh, petinggi dengan status kehormatannya memobilisasi kepentingan dengan kacamata strata. Istilah jawa “sendiko dawuh” mungkin lebih tepat untuk di emblemkan kepada para tokoh tersebut, yang menjadi bahaya adalah merasa memiliki warisan keagungan tersebut, seolah-olah dengan status yang di dapat bisa melakukan apapun dan membikin kebijakan apapun baik formal maupun non-formal. Sehingga orientasinya adalah memiliki kekuasaan atau punya kuasa. Secara tidak sadar orientasi ini membentuk klaster nilai eksploitatif yang beragam di segala lini otoritas.
ADVERTISEMENT
Meminjam teorinya max weber mengatakan bahwa kekuasaan adalah sebuah kesempatan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk memenuhi keinginan atau kehendaknya dalam hubungan sosial walaupun harus menentang atau menghadapi kehendak orang lain. Berdasarkan pengertian ini, kekuasaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang menyeramkan karena harus memaksa orang lain untuk mewujudkan keinginannya. Tentu dalam kacamata politik, ini sangat mendominasi dalam wajah politik indonesia. Kecenderungan hirarkis dan grande elegacy mewarnai sycho-politik. Jabatan seolah membawa mandat penguasaan, padahal seharusnya sesuai idealisme demokrasi seharusnya membawa misi pelayanan, ini yang seringkali terjadi kesenjangan. Sehingga bagian atas merasa memiliki grande elegacy melekat lebih dekat. Kami rasa peristiwa Brigadir Joshua sudah sampai pada tahap yang di inginkan bersama.
ADVERTISEMENT
Masih berkaitan dengan grande elegacy tersebut. Fenomena sosial masyarakat juga tidak lepas dari keterkaitan hal tersebut. Di dunia realita memanglah grande elegacy itu masih bertahan, bahkan sengaja dibikin untuk kebutuhan materialistik. Beberapa tokoh banyak memanfaatkan hal tersebut, sedikit mengambil replika, fenomena dukun kondang yang konon sakti mandraguna Syamsudin di blitar-pun sempat mewarnai algoritma viral akhir-akhir ini. Bukankah itu grande elegacy yang di bikin? sehingga memiliki otoritas yang amat sakral, belakangan ini viral diakibatkan beberapa trik dan misi pengobatannya dipraktekkan dengan/tanpa zona yang sama. Artinya bisa dilakukan dengan manusia biasa saja. Masalah irasional mencoba di tafsir dengan rasional yang mendukung. Tentu ini sangat menarik, mengingat fenomena tersebut merupakan mindset kuno yang sebagian masyarakat masih mempercayainya. Percaya akan kekuatan gaib yang dimiliki seseorang yang mampu menyembuhkan penyakit yang konon katanya penyakit buatan atau semacam santet. Kita tidak asing mendengar hal tersebut, karena kita tau istilah santet menjadi local wisdom masyarakat Banyuwangi. Tentunya dengan segala analisis budaya dan sosial, tafsir santet sangat beragam di wilayah Banyuwangi. Kemunculan persatuan dukun nusantara di Banyuwangi merupakan bentuk nyata adanya budaya tersebut.
ADVERTISEMENT
Platform digital banyak menyadarkan masyarakat tentang itu, kemunculan algoritma viral brigadir J dan dukun kondang memberikan edukasi yang secara tidak langsung kepada masyarakat. Tentunya kita berharap masyarakat dapat menggunakan media digital khususnya media sosial dengan bijak tanpa mengurangi moral etik demokrasi dan marwah ideologi pancasila. kita sadar dan kita patut menyadarkan bahwa masyarakat digital harus memiliki martabat dan kode etik sosial yang tinggi, karena kita sadar banyak degradasi moral di sebelah sana.
Pada poinnya diskusi bersama mas Sonny ini sangatlah banyak dan bervariasi. Hebatnya waktu berlalu begitu sekejap tiba-tiba tidak terasa kita berdiskusi sampai jam 03.00 dini hari. Kami teringat fenomena nostalgia nyorog di pesantren yang sebagian santri lakukan di pesantren salaf, belajar tambahan kepada ustad hingga larut malam atau di luar waktu operasional pondok. Banyak pelajaran yang kita ambil, tentang grande elegacy dan keterkaitan dengan masyarakat bahkan kita membahas ekologi, hortikultura, wajah demokrasi dan lain sebagainya yang tidak bisa di ungkap satu-persatu, masalah di atas hanya sebagian kecil dari perbincangan kami. Pada intinya kami mengucapkan banyak terima kasih sudah menjamu kami dan memberikan sumbangan wawasan intelektual kepada kami.
ADVERTISEMENT