Konten dari Pengguna

Demokrasi Sepak Bola Akan Mewarnai Pemilu 2024

Muhammad fakhrur rodzi
Lingkar pinggir bima, salah satu NGO yang bergerak di Bidang pendidikan Politik dan penguatan demokrasi lokal.NTB Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
27 September 2023 11:27 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad fakhrur rodzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar : Demokrasi sepakbola lewat pemilu.  Sumber Foto : KPU
zoom-in-whitePerbesar
Gambar : Demokrasi sepakbola lewat pemilu. Sumber Foto : KPU
ADVERTISEMENT
Pemilu yang datang satu kali dalam 5 tahun adalah salah satu pilar pelaksanaan demokrasi untuk memilih calon pemimpin yang akan memimpin Indonesia pada masa yang akan datang, baik memilih pemimpin ditingkat eksekutif (PRESIDEN/WAKIL), ditingkat legislatif (DPR RI,DPRD PROVINSI, KAB/KOTA).
ADVERTISEMENT
Pemilu juga ibarat seperti perhelatan piala dunia yang merupakan pesta rakyat yang sama-sama hadir satu kali dalam 5 tahun yang akan diikuti oleh beberapa peserta untuk mengikuti kontestasi ataupun kompetisi.
Pemilu dan piala dunia diibaratkan sebagai tempat untuk berkompetesi/kontentasi untuk mendapatkan tujuan yang ingin diraih, yang di mana di dalamnya terdapat peserta, penyelenggara, partisipan dan komponen lainnya. Dalam konteks pemilu pada tahun 2024 mendatang di Indonesia akan berlangsung fenomena politik yang biasa terjadi yakni.

Demokrasi Sepakbola pada Pemilu 2024

Pada perhelatan pemilu 2024 nanti akan terjadi demokrasi sepakbola. Demokrasi sepakbola yang akan terjadi pada pemilihan presiden/wakil, maupun pada pemilihan anggota legislatif tingkat pusat sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Demokrasi sepakbola diibaratkan Penulis bermaksud menjelaskan terkait dengan demokrasi sepak bola, yaitu Pemilu diibaratkan sebagai perhelatan piala dunia yang di mana di dalamnya terdapat peserta pemilu diibaratkan dengan peserta piala dunia negara-negara yang mengikuti kompetisi.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan tim sukses pada pemilu juga diibaratkan seperti para pendukung tim sepak bola yang akan mendukung negaranya untuk ikut berkompetisi. Pemilu dan Piala Dunia sama halnya mempunyai lembaga penyelenggara, di pemilu ada lembaga Komisi Pemilihan Umum maupun (KPU) dan badan pengawas Pemilu (BAWASLU) sebagai penyelenggara dan pengawas dari proses demokrasi elektoral di negara demokrasi.
Begitupun sebaliknya, pada perhelatan Piala Dunia juga diibaratkan sebagai penyelenggara adalah FIFA yang di mana berperan sebagai lembaga yang menaungi sepak bola di seluruh dunia.
Demokrasi sepak bola yang dimaksud juga ketika para pendukung/tim sukses dari bakal calon presiden wakil presiden maupun anggota DPR mulai dari pusat sampai dengan daerah telah mendukung berkorban hingga mengeluarkan tenaga hingga materi demi mendukung tim/calon kebanggaan meraka, dan ibarat pendukung tim sepakbola pada piala dunia mereka/suporter rela mengorbankan tenaga bahkan materi mereka demi mendukung tim/negara mereka untuk bertanding memenangkan kontestasi yang berlangsung. Tetapi mirisnya kita tim yang mereka dukung menang maka mereka akan merayakan kemenangan dengan sendirinya padahal kemenangan itu diraih dengan dukungan dari timnya dan sampai puncak kesuksesan atau mendapatkan piala begitupun dengan pemilu mendapatkan akses kekuasaan yang hanya merasakan kekuasaan itu adalah hanya elite politik dan masyarakat ditinggal sama seperti halnya pendukung sepak bola yang mendukung tim mereka ketika mengantarkan untuk mendapatkan piala dunia setelah itu yang merasakan kemenangan serta piala hanya tim atau negara tersebut saja. Penulis menulis tersebut bahwa pada pemilu tahun 2024 nanti yang merupakan fenomena demokrasi sepakbola akan kembali terjadi dirasakan oleh masyarakat kita sebagai tim yang mendukung calonnya pada kontestasi pemilu 2024. Harapan dan impiannya mudah-mudahan para kandidat calon atau para pemimpin yang terpilihnya nanti tidak melupakan masyarakat yang telah berjuang yang telah mengantarkan mereka mulai dari awal kampanye sampai dengan pemilihan beserta mereka tidak melupakan masyarakat sebagai subjek utama dari proses penyelenggaraan pemilu ini. Di mana pun masyarakat sebagai open atau ibarat sebagai salah satu loyalitas partisipan yang mendukung calon mereka dan mengantarkan mendekat sampai mendapatkan kekuasaan semoga mereka tidak dilupakan dan tidak hanya dirasakan oleh calon atau pemimpin yang mendapatkan kekuasaan saja akan tetapi akan dirasakan oleh semua elemen yang ada dalam peralatan demokrasi elektoral yang sudah dilewati dan dilalui nanti berjalan dengan aman dan damai semua dengan harapan seluruh masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT