Konten dari Pengguna

Komunikasi Terapeutik dan Informatif: Pelajaran Berharga dari Profesi Apoteker

Rofa Asadel
Mahasiswa Universitas Airlangga 2024
8 Januari 2025 11:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rofa Asadel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Apoteker. Foto: cottonbro studio/pixels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Apoteker. Foto: cottonbro studio/pixels.com
ADVERTISEMENT
Tidak ada satupun profesi yang tidak baik. Semua profesi mempunyai kontribusi yang besar di masing-masing bidang, tak terkecuali profesi apoteker. Hayo, siapa yang mempunyai dream job sebagai apoteker juga? Mari kita bahas lebih dalam tentang apoteker.
ADVERTISEMENT
Profesi apoteker tidak sebagai pemberi atau pengelola obat saja, tetapi juga mencakup dalam artian yang lebih luas.
Tentunya untuk mencapai itu semua tidaklah mudah ya, sobat kumparan. Perlu menempuh perkuliahan Srata 1 selama 4 tahun, mendapat gelar S.Farm. Kemudian melanjutkan profesi apoteker selama 1 tahun, mendapat gelas Apt. Lalu, menjalankan serangkaian proses untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP) yang dibutuhkan untuk mendapatkan beberapa pekerjaan, seperti praktek di apotek, rumah sakit, klinik, industri farmasi dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Seperti profesi lainnya, profesi apoteker juga mempunyai Kode Etik dan Disiplin, serta Standar Kompetensi Apoteker yang berguna untuk memastikan bahwa praktik kefarmasian dilakukan secara profesional, bermoral, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta untuk menjaga dan menjunjung martabat apoteker.
Kita telah mengetahui tugas-tugas seorang apoteker secara teoritisnya, namun bagaimana seorang apoteker dalam kehidupan nyata dari POV seorang pasien? Untuk mengetahui lebih dalam tentang seorang apoteker, saya melakukan sebuah pengamatan di apotek terdekat. Pengamatan profesi apoteker yang saya lakukan pada November 2024 ialah di apotek di Mulyorejo Utara, Surabaya, Jawa Timur.
Saya datang ke apotek melakukan pengamatan dengan membeli obat dan vitamin di apotek tersebut, sekaligus menkonsultasikan terkait obat yang saya bawa. Sepanjang proses interaksi saya berlangsung, saya melihat bahwa sang apoteker telah menerapkan konsep komunikasi terapeutik dengan baik. Apoteker memberikan perhatian penuh saat mendengarkan keluhan saya, menggunakan bahasa sederhana untuk menjelaskan cara kerja obat, serta mengajukan pertanyaan terbuka untuk memastikan saya memahami instruksinya dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Selama berada di apotek, saya juga memperhatikan bagaimana apoteker tersebut bersikap adil kepada semua pasien yang datang. Contoh nyata yang kami alami, kami sebagai seorang mahasiswa baru diperlakukan sama dengan pengunjung lainnya, tidak terlihat adanya pengremehan ataupun semacamnya. Sikap profesional seperti ini mencerminkan integritas seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan prinsip etika profesi.
Lambang Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Foto: Nasrul Wathoni/gudangilmu.farmasetika.com
Profesionalitas dari sang apoteker tidak hanya terlihat dari sikap dan komunikasinya, tetapi juga memberikan penjelasan informasi dengan sangat baik. Ketika mengkonsultasikan terkait obat yang saya bawa yaitu, sang apoteker menjelaskan secara rinci mengenai kedua obat tersebut menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Sikap ini telah sesuai sebagaimana dalam Etika Profesi Apoteker, Bab 1 pasal 7, yang menegaskan bahwa seorang apoteker harus menjadi sumber infomasi yang dapat diandalkan yang sesuai dengan profesinya (IAI.id).
ADVERTISEMENT
Setelah memberikan informasi mengenai obat yang saya bawa, beliau juga memberikan saran terkait obat alternatif yang dinilai lebih efektif untuk kondisi saya. Namun, yang membuat pengalaman ini semakin positif adalah cara apoteker melibatkan saya dalam proses pengambilan keputusan. Setelah semua informasi diberikan, saya diajak berdiskusi mengenai pilihan obat yang akan digunakan, sehingga keputusan yang diambil benar-benar mempertimbangkan preferensi dan kebutuhan saya sebagai pasien.
Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi yang baik dalam dunia kesehatan. Tidak hanya sekadar memberikan informasi, tetapi juga bagaimana tenaga kesehatan seperti apoteker dapat membangun kepercayaan dan rasa nyaman melalui sikap adil, empati, dan profesionalisme dalam melayani pasien. Dengan pengamatan tersebut, menambah semangat saya untuk menjadi seorang apoteker. Bagaimana dengan kamu? Mari terus bersemangat untuk menjadi apoteker yang baik!
ADVERTISEMENT