Konten dari Pengguna

Merangkul Kekurangan dan Kelebihan: Cintai Diri Sendiri Dengan Self-Acceptance

Rofa Asadel
Mahasiswa Universitas Airlangga Angkatan 2024
24 Desember 2024 12:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rofa Asadel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lustrasi self-acceptance. Foto: Andrea Piacquadio/pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Lustrasi self-acceptance. Foto: Andrea Piacquadio/pexels.com
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, kesehatan mental sering diabaikan. Padahal seseorang yang dikatan sehat tidak hanya dilihat dari fisik saja.
ADVERTISEMENT
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sehat tidak hanya tentang fisik tetapi juga tentang mental dan sosial seseorang. Dimana seseorang memapu menyadari potensi diri, mengatasi tekanan hidup sehari-hari, bekerja produktif, dan berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar. Ciri-ciri seseorang mempunyai mental yang sehat:
Salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan mental dan ketika saat merasa tidak baik-baik saja, ialah dengan Self-Acceptance. Berikut yang akan kita bahas terkait Self-Acceptance
ADVERTISEMENT
 Pengertian Self-Acceptance dan Dampak yang Akan Dirasakan
 Tantangan dan Cara Mengatasinya
 Contoh dari Self-Acceptance Dari Drama Korea Start-Up
 Menunjang Self-Acceptance dengan Self-Esteem
Self-Acceptance adalah ketika seseorang mempunyai penerimaan diri yang baik, kemampuan seseorang untuk menerima dirinya sendiri secara utuh, termasuk segala kelebihan dan kekurangannya, baik penerimaan bentuk fisik, perasaan atau emosi, kepribadian, hingga penerimaan keterbatasan diri. Hal ini merupakan salah satu fondasi kuat untuk menjaga kesehatan mental. Adapun dampaknya terhadap kesehatan mental adalah dapat mengurangi stress dan kecemasan, meningkatkan harga diri, memperbaiki mood, meningkatkan kualitas hubungan, dan mampu menghadapi kesulitan. Penerimaan diri adalah kunci utama dalam proses penyembuhan. Seseorang yang sudah memiliki penerimaan diri berarti bahwa ia dapat menerima kekurangan sebagai bagian dari dirinya, menghargai setiap kelebihan, mempu mencintai diri sendiri, tidak takut akan penilaian orang lain, mempu mengatasi kegagalan, mampu mengungkapkan rasa, menerima masa lalu, dan merasa puas dengan hidupnya.
ADVERTISEMENT
Self-Acceptance tentunya tidak mudah dan berjalan lancar bergitu saja, akan ada tantangan yang dirasakan oleh masing-masing orang dalam prosesnya. Menurut Paramita dan Margaretha (2013) secara umum ada dua faktor, yaitu faktor eksternal dengan adanya tekanan sosial, perbandingan dengan orang lain, ekspektasi keluarga atau teman, hingga pengalaman masa lalu yang negatif. Kemudian, faktor internal dengan adanya pikiran negatif, rasa tidak aman, dan preksionisme.
Lalu, bagaimana untuk menghadapi tantangan tersebut? Kembali lagi dengan mencintai diri sendiri. Kita perlu mengenali diri, cek alarm-alarm yang telah ada di dalam tubuh kita, perhatikan kebutuhan diri. Kemudian kita niatkan berproses ke arah menerima dan memaafkan. Kita juga perlu mempunyai batasan, punya waktu untuk diri sendiri, dan menjalin hubungan positif dengan orang lain, atau apabila merasa kurang mampu menghadapi itu semua sendiri, dapat meminta bantuan kepada professional jika dibutuhkan. Ingatlah, bahwa apa yang kita pikiran akan mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaa akan mepengaruhi pikiran dan perilaku, perilaku akan mempengaruhi pikiran dan perasaan, dan berulang seperti itu.
ADVERTISEMENT
Potongan drama korea “Start-Up”. Foto: Thay/id.pinterest.com
Self-Acceptance sangatlah penting untuk kita dapat tumbuh. Dalam webinar bersama Dr. Melati Ariena, beliau memberikan contoh Self-Acception yang baik dari drama korea Start-Up. Ya, drama Korea tahun 2020 yang sempat menghebohkan Indonesia dan membuat terbagi menjadi tim Nam Do-San dan tim Han Ji-Pyong. Hayo kamu tim mana nih?
Dibalik viralnya drama tersebut, terdapat nilai Self-Acceptance yang sangat baik. Tokoh Nam Do-San, diawal cerita selalu gagal dalam bisnisnya, sering direndahin orang sekitar, dinilai tidak punya kerjaan dan lain-lain. Kemudian bertemu Han Ji-Pyong, seorang yang sukses di usia muda, mempunyai bisnis yang keren, sekaligus yang akan menjadi investor untuk bisnis Nam Do-San. Dari pandangan Han Ji-Pyong, Nam Do-San adalah anak yang tidak jelas, bisnis berantakan, penampilan sembarangan, kartu nama norak, manusia yang gagal. Akan tetapi, dengan semua pandangan buruk orang tentang dia, Nam Do-San tidak down, dia selelu berusaha bangkit. Ini karena dia tau kekurangan dan kelebihan dia.
ADVERTISEMENT
Walaupun dia tidak pintar bisnis, socially awkward, sense of fashion aneh, tapi dia paham dengan hal yang dia kerjain, dia pinter banget dan unggul di matematika, komputer, dan hal berbau coding. Dan dia tau bahwa dia overall is a good person, sifat dia baik, selalu mau bangkit dan belajar, juga punya teman-teman yang solid. Jadi dia menerima kekurangan dia dengan menerima kritik dan saran. Karena dinilai tidak bagus dalam bisnis, Han Ji-Pyong bilang bahwa dia tidak bisa jadi CEO, harus cari orang lain. Dan dia ngejalanin itu, walaupun dia bukan CEO, dia tetap mengontrol bagian computer (bukan nganggur tidak punya kerjaan). Socially awkward, dia mau belajar. Sense of fashion aneh, mau meminta orang orang untuk mengajari dia fashion yang bagus itu gimana. Dan ini adalah salah satu bentuk Self-Acception yang baik, dia menerima kekurangan dia dan mau memperbaiki, sehingga saat digunjing orang dia tidak down juga karena tau akan kelebihan-kelebihan yang ia punya.
ADVERTISEMENT
Dengan Self-Acception, ketika kita diberi kritik, dapat kita terima “oh oke”, jika kritik tersebut sesuai, maka kita respon dengam memperbaiki, jika tidak sesuai maka “yaudah”, cukup kita dengarkan saja. Ketika kita gagal, dengan adanya Self-Acception, kita dapat mengevaluasi diri dengan suasana yang nyaman, tanpa mengakimi diri dengan keras, kemudian hal yang bisa diperbaiki, maka diperbaiki dan hal yang tidak bisa diperbaiki, maka kata Dr. Melati Ariena ‘diakalin’. Contohnya, ada orang yang memang selalu mencari kesalahan kita, hal tersebut tidak bisa kita perbaiki karena itu di luar kehendak kita, maka ‘diakalin’ dengan meminimalisir interaksi yang berarti dengan orang tersebut.
• Menunjang Self-Acceptance dengan Self-Esteem
Supaya bisa menerima segala positif, negatif dan tidak positif, negatif, maka sangat perlu Self-Esteem. Self-Esteem ialah merasa nyaman dengan diri sendiri. Percaya diri dengan dirinya, baik keberhagaan, kemampuannya, atau moralitas.
ADVERTISEMENT
Beberapa cara untuk terus menabung Self-Esteem menurut Dr. Melati Ariena, ialah dengan melakukan hal yang disukai, melakukan hal yang kita ahli di bidang tersebut, melakukan hal yang membuat kita puas, dan kelilingi dirimu dengan orang yang membuat kita nyaman.
Jadi, sudahkah kamu mulai menerima dirimu hari ini? Sangat penting untuk menyadari bahwa You are inherently worthy.